Kementan: Teknologi dan SDM, Kunci Daya Saing Industri Sawit Indonesia
Direktur Tanaman Sawit Kementan menekankan pentingnya keseimbangan antara teknologi dan SDM untuk meningkatkan daya saing industri sawit Indonesia, serta menargetkan produksi CPO 100 juta ton pada 2040.

Jakarta, 14 Mei 2024 - Direktur Tanaman Sawit dan Aneka Palma Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan), Ardi Praptono, mengungkapkan bahwa kunci daya saing industri sawit Indonesia terletak pada keseimbangan pemanfaatan teknologi dan sumber daya manusia (SDM). Pernyataan ini disampaikannya di Jakarta, Rabu lalu. Ardi menekankan pentingnya efisiensi teknologi tanpa mengorbankan lapangan kerja, demi meningkatkan nilai tambah dan produktivitas industri sawit secara berkelanjutan.
Ardi menjelaskan bahwa penerapan teknologi, khususnya dalam program hilirisasi, sangat krusial untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk sawit dan turunannya di pasar global. Hal ini sejalan dengan tren global yang semakin mengandalkan digitalisasi di berbagai sektor. "Kita tidak bisa memungkiri bahwa semua negara-negara lebih beralih ke digitalisasi. Dengan ini, kita mendorong supaya digitalisasi sawit juga dari hulu sampai ke hilir juga terjadi," ujar Ardi.
Lebih lanjut, Ardi memaparkan bahwa Kementan, melalui Direktorat Jenderal Perkebunan dan dukungan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), telah menjalankan empat program utama untuk meningkatkan produktivitas sawit. Program-program tersebut meliputi peremajaan sawit, peningkatan sarana dan prasarana, pengembangan SDM yang mumpuni, serta riset dan pengembangan, termasuk perlindungan perkebunan.
Pentingnya Keseimbangan Teknologi dan SDM
Ardi menegaskan kembali pentingnya keseimbangan antara adopsi teknologi dan kebutuhan tenaga kerja. "Kalau kita bicara teknologi tentu berkaitan juga dengan bagaimana pemanfaatan lapangan kerja, dan ini harus kita seimbangkan. Artinya bahwa efisiensi yang dilakukan teknologi juga tidak meninggalkan dari tenaga kerja yang ada," katanya. Ia berharap agar teknologi dapat meningkatkan nilai tambah tanpa mengorbankan pekerja di sektor perkebunan.
Penerapan teknologi di industri sawit, menurut Ardi, tidak hanya meningkatkan efisiensi, tetapi juga mendukung program hilirisasi yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah produk sawit. Dengan demikian, Indonesia dapat bersaing secara efektif di pasar global yang semakin kompetitif.
Kementan berkomitmen untuk memastikan bahwa teknologi yang diadopsi tidak hanya efisien, tetapi juga inklusif dan berkelanjutan, sehingga dapat memberikan manfaat bagi seluruh pemangku kepentingan dalam industri sawit.
Target Produksi CPO 100 Juta Ton di 2040
Ardi juga menyampaikan optimisme Kementan dalam mencapai target produksi minyak sawit mentah (CPO) sebesar 100 juta ton pada tahun 2040. Ia menekankan pentingnya peran petani sawit rakyat yang mengelola sekitar 42 persen lahan sawit di Indonesia. "Nah, keempat program ini kita dorong semaksimal mungkin, supaya nanti dana pengelolaan perkebunan itu bisa kembali ke petani, dan nanti bisa men-support produktivitas dan produksi petani yang tadi saya sebut hampir 42 persen lahan sawit itu milik rakyat," jelas Ardi.
Dengan peningkatan produktivitas dan dukungan program-program Kementan, diharapkan target produksi CPO tersebut dapat tercapai. Hal ini akan memperkuat posisi Indonesia sebagai produsen CPO terbesar di dunia dan berkontribusi pada perekonomian nasional.
Keberhasilan program ini bergantung pada sinergi antara pemerintah, pelaku usaha, dan petani sawit. Kolaborasi yang kuat akan menjadi kunci dalam mencapai target produksi dan meningkatkan daya saing industri sawit Indonesia di kancah internasional.
Kementan terus berupaya untuk mendukung petani sawit melalui berbagai program dan inovasi, termasuk penyediaan akses teknologi dan pelatihan bagi petani. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan produktivitas petani, sehingga dapat berkontribusi pada peningkatan produksi CPO secara nasional.
Kesimpulan
Program-program Kementan yang terintegrasi, yang menekankan pada keseimbangan antara teknologi dan SDM, menunjukkan komitmen pemerintah untuk memajukan industri sawit Indonesia. Dengan strategi yang tepat dan kolaborasi yang kuat, Indonesia diharapkan dapat mencapai target produksi CPO dan memperkuat posisinya sebagai pemimpin pasar sawit global.