Konservasi Gajah Prabowo di Aceh Resmi Beroperasi, Melibatkan Lahan 90 Ribu Hektare dan Peran Raja Charles III
Program Konservasi Gajah Prabowo di Takengon, Aceh, yang melibatkan lahan 90 ribu hektare milik Presiden Prabowo Subianto, kini telah resmi beroperasi. Bagaimana peran Raja Charles III di dalamnya?

Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni telah mengumumkan bahwa program konservasi gajah di Takengon, Aceh, kini resmi beroperasi. Inisiatif ini merupakan hasil kolaborasi dengan World Wide Fund for Nature (WWF) dan berlokasi di atas lahan konsesi hutan tanaman industri milik Presiden Prabowo Subianto.
Program yang diberi nama Peusangan Elephant Conservation Initiative (PECI) Aceh ini bertujuan utama untuk melindungi populasi gajah liar di wilayah tersebut. Pengumuman mengenai operasionalisasi program ini disampaikan oleh Raja Juli Antoni di Kantor PP Muhammadiyah, Yogyakarta, pada Selasa (22/7).
Langkah ini merupakan implementasi nyata dari komitmen yang sebelumnya telah disampaikan oleh Presiden Prabowo Subianto. Selain perlindungan satwa, program ini juga berfokus pada pemberdayaan masyarakat setempat melalui berbagai kegiatan konservasi yang terencana.
Inisiatif Konservasi Gajah Peusangan (PECI) Aceh
Raja Juli Antoni menjelaskan bahwa program konservasi gajah ini diawali dengan pembentukan PECI Aceh bersama WWF. Kawasan Peusangan di Takengon, Aceh, dipilih sebagai lokasi utama pelaksanaan inisiatif ini. Pemilihan lokasi ini sesuai dengan visi yang telah disampaikan oleh Presiden Prabowo Subianto sebelumnya.
Pelaksanaan program konservasi gajah ini telah melalui proses penyusunan peta jalan (roadmap) pengelolaan kawasan yang komprehensif. Roadmap tersebut mencakup berbagai aspek, termasuk pengayaan pakan untuk gajah. Upaya ini dilakukan untuk memastikan gajah memiliki sumber pakan yang cukup di dalam area konservasi.
Pengayaan pakan tersebut diharapkan dapat mencegah gajah masuk ke perkampungan penduduk, sehingga mengurangi potensi konflik antara manusia dan satwa. Selain itu, area konservasi ini juga dilengkapi dengan "salt lake" atau area khusus garam. Keberadaan area garam ini sangat penting bagi kesehatan dan kebutuhan mineral gajah.
Menhut Raja Juli Antoni menyatakan telah meninjau langsung lokasi tersebut sebanyak dua kali. Ia juga berkomitmen untuk terus memberikan pembaruan informasi kepada Presiden terkait perkembangan program ini. Ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam mendukung upaya konservasi gajah Prabowo ini.
Lahan Konsesi Prabowo dan Peran Internasional
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto telah mengungkapkan penyerahan 90 ribu hektare lahan konsesi hutan tanaman industri miliknya di Takengon, Aceh, untuk kawasan perlindungan gajah liar. Pernyataan ini disampaikan Prabowo saat Kongres Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di Solo pada Minggu malam (20/7).
Langkah penyerahan lahan ini bermula dari permintaan utusan WWF yang semula hanya mengajukan 10 ribu hektare. Namun, Prabowo menolak tawaran tersebut dan justru menawarkan luasan yang lebih besar, yaitu 20 ribu hektare. Ini menunjukkan komitmen kuatnya terhadap konservasi gajah.
Kabar mengenai inisiatif ini kemudian sampai kepada Raja Charles III di Inggris, yang merupakan salah satu pembina WWF. Presiden Prabowo menyebutkan bahwa ia menerima surat ucapan terima kasih langsung dari Raja Charles III. Surat tersebut disampaikan melalui Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Dominic Jermey, di Istana Merdeka, Jakarta.
Menanggapi apresiasi internasional tersebut, Presiden Prabowo memutuskan untuk menambah luasan lahan yang diserahkan untuk kawasan perlindungan. Dari total 98 ribu hektare yang dikelolanya, kini 90 ribu hektare di antaranya didedikasikan untuk program konservasi gajah ini. Ini adalah kontribusi signifikan untuk upaya pelestarian satwa langka.