Kontributor Film Pemenang Oscar Ditangkap Israel, Ketegangan di Tepi Barat Meningkat
Penangkapan warga Palestina, Hamdan al-Harini, kontributor film dokumenter pemenang Oscar "No Other Land", oleh tentara Israel di Tepi Barat meningkatkan ketegangan di tengah konflik yang berkepanjangan.

Pada Senin malam, di tengah meningkatnya ketegangan di Tepi Barat, tentara Israel menangkap Hamdan al-Harini, seorang warga Palestina yang berkontribusi dalam pembuatan film dokumenter pemenang Oscar, "No Other Land." Penangkapan ini terjadi setelah serangan pemukim Israel terhadap komunitas Susya di wilayah Masafer Yatta, selatan Hebron. Al-Harini ditangkap bersama dua warga Palestina lainnya saat pasukan Israel tiba di lokasi kejadian.
Film "No Other Land" yang memenangkan penghargaan Oscar pada 2 Maret 2024, menyoroti pengusiran paksa keluarga-keluarga Palestina dari rumah mereka di Masafer Yatta oleh pemerintah Israel. Dalam pidato penerimaan penghargaan, para pembuat film menyerukan penghentian pembersihan etnis terhadap warga Palestina di Gaza dan Tepi Barat. Penangkapan al-Harini menimbulkan kecaman dan kekhawatiran atas meningkatnya kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia di wilayah tersebut.
Kejadian ini terjadi setelah serangan pemukim Israel terhadap warga Palestina di Susya. Laporan menyebutkan puluhan pemukim menyerang warga Palestina, menyebabkan al-Harini terluka. Para pemukim dilaporkan memukul kepala al-Harini, merusak tangki air, mencuri kamera keamanan, dan menghancurkan kaca mobil. Meskipun aktivis perdamaian menghubungi polisi, aparat keamanan dilaporkan tidak turun tangan hingga tentara Israel tiba.
Penangkapan dan Akibatnya
Osama Makhamra, aktivis Palestina anti-pemukiman, menjelaskan bahwa al-Harini ditangkap saat pemukim ilegal menyerang Susya. Pasukan dan polisi Israel tiba di lokasi dan menahan tiga orang, termasuk al-Harini. Menurut Makhamra, ketiga tahanan dibawa dengan tangan diborgol dan mata tertutup, meskipun salah satu di antaranya terluka. Hingga saat ini, nasib para tahanan masih belum diketahui, dan otoritas Israel belum memberikan pernyataan resmi.
Harian Israel, Haaretz, juga melaporkan serangan pemukim di Susya, yang menyebabkan al-Harini terluka. Saksi mata dan aktivis internasional mengkonfirmasi serangan tersebut, termasuk penyerangan fisik terhadap al-Harini dan perusakan properti. Tentara Israel bahkan menghentikan ambulans Bulan Sabit Merah yang membawa al-Harini ke rumah sakit, menangkapnya, dan menyerahkannya kepada pasukan lainnya.
Kepala dewan lokal Susya, Jihad Nuwaja, membenarkan bahwa empat warga Palestina mengalami luka dan memar akibat serangan para pemukim. Sebelumnya, Makhamra juga melaporkan sekitar 30 pemukim Israel menyerbu Susya, melepaskan tembakan ke udara, dan menyerang warga. Insiden ini mencerminkan meningkatnya ketegangan dan kekerasan di Tepi Barat.
Konteks Ketegangan di Tepi Barat
Ketegangan di Tepi Barat terus meningkat secara signifikan. Sejak agresi ke Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023, Kementerian Kesehatan Palestina mencatat setidaknya 937 warga Palestina tewas dan hampir 7.000 lainnya terluka akibat serangan tentara Israel dan pemukim ilegal. Situasi ini semakin diperparah dengan penangkapan al-Harini, yang menyoroti dampak konflik terhadap warga sipil dan kebebasan berekspresi.
Pada Juli 2023, Mahkamah Internasional (ICJ) telah menyatakan bahwa pendudukan Israel di wilayah Palestina merupakan tindakan ilegal dan menyerukan pengosongan semua permukiman di Tepi Barat serta Yerusalem Timur. Keputusan ini semakin menggarisbawahi pentingnya penyelesaian damai dan penghormatan terhadap hukum internasional dalam konflik yang berkepanjangan ini.
Penangkapan al-Harini menjadi simbol dari konflik yang kompleks dan berkelanjutan di Tepi Barat. Insiden ini menyoroti pelanggaran hak asasi manusia, meningkatnya kekerasan, dan kebutuhan mendesak akan solusi damai yang adil dan berkelanjutan untuk mengakhiri siklus kekerasan dan ketidakadilan yang dialami oleh warga Palestina.