Penutupan Pabrik Sanken Cikarang: Bukan Karena Iklim Usaha Indonesia
Kementerian Perindustrian memastikan penutupan pabrik Sanken Indonesia di Cikarang bukan disebabkan iklim usaha di Indonesia, melainkan kebijakan induk perusahaan di Jepang.

Jakarta, 21 Februari 2024 - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memberikan klarifikasi terkait rencana penghentian produksi pabrik Sanken Indonesia di Kawasan Industri MM 2100, Cikarang, Bekasi. Penutupan pabrik tersebut bukan disebabkan oleh kondisi iklim usaha di Indonesia, melainkan merupakan keputusan strategis dari induk perusahaan (mother company) yang berlokasi di Jepang.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, Setia Diarta, menegaskan hal tersebut dalam pernyataan resmi di Jakarta, Jumat. "Jadi sebenarnya yang perlu kami tekankan, penghentian lini produksi Sanken Indonesia ini bukan karena iklim usaha di Indonesia, tapi lebih pada kebijakan manajemen yang ada di Jepang," tegasnya.
Pabrik Sanken Indonesia memproduksi switch mode power supply dan transformator, berbeda dengan Sanken Argawidja Tangerang yang memproduksi barang elektronik dan peralatan rumah tangga. Produksi tahunan pabrik ini terbilang signifikan, mencapai 3,95 juta piece untuk switch mode power supply dan 4,32 juta piece untuk transformator, yang sebagian besar dipasarkan untuk sektor otomotif dan elektronik.
Nasib Karyawan Sanken Indonesia
Lebih dari 457 karyawan akan terdampak penutupan pabrik. Namun, pihak perusahaan telah mempersiapkan langkah-langkah untuk menangani transisi ini sesuai peraturan ketenagakerjaan yang berlaku. "Perusahaan sudah melakukan pembekalan wirausaha terhadap karyawan, serta menawarkan peluang kerja ke perusahaan PMA asal Jepang lain," jelas Setia Diarta. Pihak perusahaan juga telah bernegosiasi dengan karyawan terkait penyelesaian pesangon dan hak-hak lainnya, sesuai dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan.
Kemenperin juga telah menerima laporan mengenai negosiasi perusahaan dengan karyawan terkait pesangon dan hak-hak lainnya sesuai dengan UU Ketenagakerjaan. Proses ini diharapkan berjalan lancar dan memberikan perlindungan yang memadai bagi para pekerja yang terdampak.
Pemerintah berkomitmen untuk memastikan proses transisi ini berjalan dengan baik dan sesuai dengan aturan yang berlaku. Upaya-upaya untuk membantu para karyawan mendapatkan pekerjaan baru juga terus dilakukan.
Alasan Penutupan Pabrik Sanken Indonesia
Setia Diarta memaparkan dua alasan utama penutupan pabrik. Pertama, tidak adanya dukungan pemutakhiran desain dan teknologi dari induk perusahaan di Jepang. Hal ini disebabkan oleh penjualan divisi terkait power supply dan transformator pada periode 2017-2019. "Divisi tersebut dijual kepada grup perusahaan lain di Jepang, namun kepemilikan PT Sanken Indonesia tidak ikut berpindah, sehingga tidak ada lagi dukungan pemutakhiran desain dan teknologi produk," ungkap Setia Diarta.
Kedua, perusahaan tidak mampu bersaing dalam menghadirkan produk-produk baru yang sesuai dengan perkembangan pasar. "Perusahaan terus mengalami kerugian. Kerugian ini juga menjadi perhatian mengingat produk PT Sanken Indonesia tidak lagi menjadi bisnis utama Sanken Electric yang fokus kepada pengembangan produk semikonduktor," tambahnya.
Rencana penutupan pabrik Sanken Indonesia di Cikarang, yang dijadwalkan pada Juni 2025, sebagaimana tercantum dalam online single submission (OSS), telah dikonfirmasi oleh Kemenperin. Pemerintah akan terus memantau situasi dan memberikan dukungan yang diperlukan.
Meskipun penutupan pabrik ini menimbulkan dampak, Kemenperin menekankan bahwa hal ini bukan merupakan indikasi buruk iklim investasi di Indonesia. Pemerintah tetap berkomitmen untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif dan menarik bagi investor asing.