Suami Siram Istri Pakai Air Keras di Bandung Barat, Ditangkap di Bali
Polres Cimahi menangkap Dodi, pelaku penyiraman air keras terhadap istrinya di Bandung Barat, setelah buron hingga Bali, motifnya diduga karena masalah perceraian dan perebutan harta.

Polisi berhasil meringkus pelaku KDRT yang tega menyiram istrinya dengan air keras. Peristiwa tersebut terjadi di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, dan pelaku berhasil ditangkap di Bali setelah buron beberapa hari.
Kepolisian Resor (Polres) Cimahi berhasil mengamankan Dodi, pelaku penyiraman air keras terhadap istrinya, AAF. Penangkapan dilakukan di sebuah hotel di Denpasar Barat, Bali, pada Selasa (21 Januari 2024), setelah Dodi melarikan diri pasca kejadian.
Menurut Kapolres Cimahi, AKBP Tri Suhartanto, peristiwa tersebut bermula dari konflik rumah tangga yang tengah berujung perceraian. Dodi mendatangi rumah AAF bersama seorang teman dengan alasan membicarakan pembagian harta, termasuk rencana penjualan kendaraan.
Motif penyiraman air keras ini diduga kuat karena penolakan korban terhadap upaya perdamaian. Dodi berupaya membujuk AAF untuk membatalkan rencana perceraian. Namun, karena AAF menolak, Dodi pun gelap mata dan menyiramkan air aki yang telah disiapkannya ke wajah istrinya.
Akibat perbuatannya, AAF mengalami luka bakar serius di wajah dan leher, serta harus menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. Kondisi korban saat ini masih terus dipantau oleh tim medis.
Dalam upaya pelariannya, Dodi diketahui menjual mobilnya untuk mendapatkan uang dan mengganti ponselnya agar tidak mudah dilacak. Setelah enam hari buron, polisi akhirnya berhasil menemukan dan menangkap Dodi di Bali.
Atas perbuatannya, Dodi dijerat dengan Pasal 43 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2024 tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Ancaman hukumannya adalah penjara selama 10 tahun. Kasus ini menjadi pengingat pentingnya penanganan KDRT dan perlindungan terhadap korban kekerasan dalam rumah tangga.
Proses hukum kini tengah berjalan, dan pihak kepolisian berkomitmen untuk mengusut tuntas kasus ini hingga pelaku menerima ganjaran yang setimpal atas tindakan kejinya. Semoga kasus ini juga dapat menjadi pembelajaran bagi masyarakat agar lebih peduli terhadap isu KDRT dan berani untuk melaporkan jika menemukan kasus serupa.