Ulin Seribu Tahun: Mengungkap Pesona Taman Nasional Kutai di Kalimantan Timur
Taman Nasional Kutai (TNK) di Kalimantan Timur menyimpan keajaiban alam, termasuk pohon ulin berusia seribu tahun, dan memiliki sejarah panjang dalam upaya konservasi.

Taman Nasional Kutai (TNK) di Kalimantan Timur menyimpan kekayaan alam yang luar biasa, menjadikannya destinasi wisata yang memikat sekaligus menyimpan sejarah panjang konservasi. Di jantung TNK, berdiri megah pohon ulin raksasa yang diperkirakan berusia lebih dari seribu tahun, menjadi ikon utama kawasan ini. Artikel ini akan mengulas pesona TNK, sejarahnya, dan upaya pelestarian yang dilakukan.
Pohon ulin (Eusideroxylon zwageri), dikenal juga sebagai kayu besi Kalimantan, tumbuh lambat dan kokoh, menjadi bukti ketahanan ekosistem TNK. Keberadaan pohon ulin seribu tahun ini menjadi daya tarik utama bagi para pengunjung yang ingin menyaksikan keajaiban alam Kalimantan Timur. Pertumbuhannya yang lambat, dengan diameter yang meningkat hanya beberapa sentimeter dalam beberapa dekade, menjadi bukti usia pohon yang luar biasa.
Lokasi pohon ulin ini berada di Jungle Park Sangkima, salah satu zona wisata alam di TNK. Pengunjung dapat menikmati trekking sepanjang lima kilometer, melewati jembatan kayu ulin, dan menikmati keindahan alam sekitarnya. Pengalaman ini menawarkan kesempatan untuk menyaksikan langsung keajaiban pohon ulin raksasa dan keindahan alam TNK.
Eksplorasi Jungle Park Sangkima: Jejak Menuju Ulin Raksasa
Jungle Park Sangkima menawarkan jalur trekking yang menantang dan menyegarkan. Pengunjung akan disuguhi pemandangan hutan hujan tropis yang rimbun, suara gemericik air sungai Sangkima, dan jembatan-jembatan kayu ulin yang menambah sensasi petualangan. Jalur ini memiliki variasi medan, mulai dari Tanjakan Meranti yang menantang hingga Jembatan Sling yang bergoyang, memberikan pengalaman yang tak terlupakan.
Sepanjang jalur trekking terdapat tempat-tempat peristirahatan yang nyaman bagi pengunjung untuk beristirahat dan menikmati bekal. Rumah pohon yang tersedia menawarkan pemandangan panorama hutan Kutai dari ketinggian, memberikan perspektif yang berbeda dan memperluas apresiasi terhadap keindahan alam TNK. Pengalaman ini tidak hanya menghibur, tetapi juga edukatif, meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian alam.
Puncak pengalaman di Jungle Park Sangkima adalah menyaksikan langsung pohon ulin raksasa. Pohon dengan diameter 2,52 meter ini, yang ditemukan pada tahun 1993, menjadi bukti nyata ketahanan dan usia panjang pohon ulin. Keberadaan pohon ini memberikan kesan mendalam dan membangkitkan rasa kagum akan kebesaran alam.
Evolusi Taman Nasional Kutai: Sejarah Konservasi di Kalimantan Timur
Taman Nasional Kutai (TNK) memiliki sejarah panjang dalam upaya konservasi. Awalnya ditetapkan sebagai Wildreservaat Koetai pada tahun 1932 oleh pemerintah Hindia Belanda, kawasan ini kemudian mengalami perubahan status beberapa kali, hingga akhirnya ditetapkan sebagai Taman Nasional Kutai pada tahun 1991.
Budi Isnaini, Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah I Sangatta, menjelaskan bahwa perubahan status ini mencerminkan perkembangan kesadaran akan pentingnya konservasi. Meskipun sempat terjadi perubahan luas kawasan, upaya pelestarian TNK terus berlanjut, termasuk program reintroduksi orang utan.
Pada tahun 2013, TNK ditetapkan sebagai bagian dari Koridor Keanekaragaman Hayati dan Bentang Alam Penanjung Kutai, dan pada tahun 2014 menjadi bagian dari koridor yang lebih luas di Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Pada tahun 2021, TNK ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN), mendorong pengembangan pariwisata berkelanjutan.
Meskipun terdapat penyesuaian luas TNK dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Kalimantan Timur tahun 2024, Balai TNK berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk memastikan fungsi utama kawasan konservasi tetap terjaga. Pengurangan luas yang terjadi sebagian besar berada di area pemukiman yang sudah ada di dalam kawasan.
Taman Nasional Kutai: Lebih dari Sekadar Hutan
Taman Nasional Kutai bukan hanya sekadar hutan, tetapi merupakan ekosistem yang kaya keanekaragaman hayati. Kawasan ini memiliki zonasi yang terbagi menjadi zona inti, zona pemanfaatan, zona rehabilitasi, dan zona penyangga, masing-masing dengan fungsi spesifik untuk menjaga kelestarian alam.
Pemanfaatan sumber daya alam di TNK dilakukan secara tradisional dan terbatas bagi masyarakat sekitar, menekankan prinsip keberlanjutan. Budi Isnaini menjelaskan perbedaan antara Taman Nasional dan hutan lindung, menekankan bahwa TNK memiliki cakupan yang lebih luas, termasuk perlindungan satwa dan ekosistem langka.
TNK menghadapi tantangan pelestarian yang membutuhkan perhatian, sinergi, dan kolaborasi dari berbagai pihak. Upaya pelestarian ini penting untuk menjaga keanekaragaman hayati, keindahan alam, dan keberlanjutan ekosistem Kalimantan Timur.
Taman Nasional Kutai merupakan bukti komitmen dalam menjaga kelestarian alam dan warisan budaya Indonesia. Melalui upaya pelestarian dan pengembangan pariwisata berkelanjutan, TNK dapat terus menjadi destinasi wisata yang menarik dan sekaligus berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem Kalimantan Timur.