Menbud Fadli Zon Tegaskan Peran Vital Himpunan Seni Budaya Islam (HSBI) yang Berusia 69 Tahun dalam Pemajuan Budaya Nasional
Menteri Kebudayaan Fadli Zon soroti peran krusial Himpunan Seni Budaya Islam (HSBI) dalam melestarikan dan mengembangkan seni budaya Islam, cerminan peradaban bangsa. Apa saja kontribusinya?
Menteri Kebudayaan Fadli Zon baru-baru ini menegaskan pentingnya peran Himpunan Seni Budaya Islam (HSBI) dalam mengangkat ekspresi budaya Islam. Hal ini merupakan bagian integral dari kekayaan budaya nasional Indonesia yang majemuk.
Dalam keterangan resmi di Jakarta, Fadli Zon mengapresiasi HSBI yang kini memasuki usia 69 tahun. Organisasi ini berperan sebagai wadah dakwah melalui berbagai bentuk seni, mulai dari tari, musik, sastra, lukis, hingga pemanfaatan teknologi informasi.
Menurut Fadli Zon, HSBI secara konsisten membangun peradaban yang bermartabat melalui bahasa, sastra, seni, arsitektur, dan musik Islami. HSBI menjadi penjaga nilai-nilai Islami dalam ekspresi budaya, memastikan seni dan tradisi tetap selaras dengan ajaran syariat.
Seni dan Budaya Islam sebagai Cermin Peradaban
Fadli Zon menuturkan bahwa seni dan budaya adalah cermin peradaban suatu bangsa. Dalam perspektif Islam, seni bukan sekadar hiburan semata, melainkan juga sarana dakwah, penguat akhlak, serta pengikat persaudaraan antar sesama.
Indonesia sebagai negara yang majemuk memiliki kekayaan budaya yang luar biasa, termasuk warisan seni bernuansa Islami. Warisan ini telah tumbuh dan berkembang sejak berabad-abad lalu, memperkaya khazanah budaya bangsa.
Menteri Kebudayaan juga menekankan bahwa kebudayaan Islam di Indonesia berkembang secara damai dan akomodatif. Proses ini ditandai dengan akulturasi yang kuat terhadap budaya lokal, menciptakan harmoni yang unik.
“Islam di Indonesia masuk melalui jalur damai melalui perdagangan, seni, sastra, dan musik. Proses akulturasi ini menjadi kekuatan utama ekspresi budaya Islam di Indonesia,” jelas Fadli Zon. Ia juga mengajak agar seni dijadikan bahasa universal yang mampu mempersatukan umat dan bangsa, sekaligus menjadi media dakwah yang menyentuh hati.
Dukungan Pemerintah dan Sejarah Panjang HSBI
Pemerintah melalui Kementerian Kebudayaan mendukung penuh upaya pelestarian dan pengembangan seni budaya Islam. Dukungan ini termasuk program pembinaan, pelatihan, dan promosi karya para seniman.
Sinergi antara pemerintah, organisasi masyarakat, dan para pelaku seni adalah kunci untuk memastikan seni budaya Islam terus hidup, berkembang, dan memberi manfaat bagi masyarakat luas. Kolaborasi ini diharapkan dapat menjaga keberlangsungan warisan budaya.
Fadli Zon, selaku Ketua Umum HSBI, juga menyoroti sejarah panjang organisasi ini sebagai wadah seni dan budaya Islam. HSBI telah konsisten sejak berdiri pada 24 September 1956, didirikan oleh H. Abdullah Aidid.
HSBI telah memainkan peran penting dalam menyelenggarakan berbagai kegiatan seni Islami yang monumental. Contohnya adalah pementasan drama kolosal “Titik Terang” pada tahun 1961 dalam rangka Maulid Nabi, yang ditonton oleh sekitar 30.000 orang dengan latar 15 ekor kuda. Selanjutnya, pada tahun 1963, diadakan “Pesta Penjair Islam” yang diikuti oleh pemuda dari berbagai organisasi Islam, seperti PMII, HMI, GPII, PNU, PII, Pemuda Anshor, dan Pemuda Muhammadiyah, menandai kolaborasi lintas komunitas keagamaan.
Tokoh Terkemuka dalam Kepengurusan HSBI
Kepengurusan HSBI periode 2024–2029 diisi oleh sejumlah tokoh terkemuka dari berbagai latar belakang. Mereka diharapkan dapat membawa HSBI ke arah yang lebih maju dan inovatif.
Beberapa nama penting dalam kepengurusan tersebut antara lain Anggota DPD RI Alfiansyah "Komeng" sebagai Dewan Penasehat HSBI. Ada pula Adi Bing Slamet yang menjabat sebagai Ketua Bidang Film dan Sinetron, serta Rudi Sipit sebagai Ketua Bidang Komedi.
Selain itu, Sharifuddin Husein menduduki posisi Ketua Dewan Pengawas, dan penulis kenamaan Asma Nadia menjadi Anggota Dewan Pakar. Kehadiran mereka diharapkan dapat memperkuat visi dan misi HSBI dalam memajukan seni dan budaya Islam di Indonesia.