BPBD Sumsel Kerahkan Tiga Helikopter untuk Pemadaman Karhutla di Banyuasin dan PALI: Ribuan Liter Air Ditumpahkan
BPBD Sumsel mengerahkan tiga helikopter untuk pemadaman karhutla di Banyuasin dan PALI. Meskipun ribuan liter air ditumpahkan, status kebakaran masih berasap. Bagaimana upaya selanjutnya?
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Selatan telah mengambil langkah sigap dalam menangani kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang melanda wilayah Banyuasin dan Penukal Abab Lematang Ilir (PALI). Sebanyak tiga unit helikopter pembom air dikerahkan untuk melakukan upaya pemadaman intensif. Langkah ini diambil menyusul laporan adanya titik api yang sulit dijangkau oleh tim darat.
Kepala Bidang Penanganan Darurat BPBD Sumsel, Sudirman, menjelaskan bahwa helikopter-helikopter tersebut telah melakukan 89 kali pembom air atau water bombing. Meskipun demikian, laporan terkini menunjukkan bahwa area yang terbakar masih mengeluarkan asap. Upaya pemadaman ini merupakan respons cepat terhadap deteksi karhutla oleh helikopter patroli.
Lokasi karhutla teridentifikasi di Desa Tanjung Menang, Kecamatan Rantau Bayur, Banyuasin, dan di Kecamatan Talang Ubi, PALI. Di Banyuasin, lahan yang terbakar diduga akan digunakan untuk pertanian, sementara di PALI, area yang terdampak adalah kawasan hutan. Pemadaman dari udara dinilai lebih efektif mengingat sulitnya akses darat ke lokasi kebakaran.
Upaya Intensif Pemadaman dari Udara
Dua dari tiga helikopter yang dikerahkan BPBD Sumsel difokuskan untuk pemadaman karhutla di Rantau Bayur, Banyuasin. Helikopter-helikopter ini telah melakukan 67 kali water bombing, menumpahkan total 268 ribu liter air ke titik api. Jumlah air yang masif ini diharapkan dapat menekan laju penyebaran api dan mengurangi intensitas kebakaran di lahan tersebut.
Sementara itu, satu helikopter lainnya dikerahkan ke Kecamatan Talang Ubi, PALI, untuk mendukung upaya pemadaman. Helikopter ini telah melakukan 22 kali water bombing, dengan total 88 ribu liter air yang ditumpahkan. Meskipun jumlah pembom air lebih sedikit dibandingkan di Banyuasin, upaya ini tetap krusial mengingat karakteristik lahan hutan yang mudah terbakar.
Sudirman menambahkan bahwa upaya pemadaman akan terus dilanjutkan dan dikoordinasikan dengan satgas darat. Informasi dari helikopter patroli menjadi panduan utama dalam menentukan prioritas dan strategi pemadaman selanjutnya. Koordinasi yang erat antara tim udara dan darat menjadi kunci keberhasilan dalam mengatasi karhutla ini.
Dua Titik Karhutla dan Tantangan Pemadaman
Karhutla di Banyuasin, khususnya di Desa Tanjung Menang, Kecamatan Rantau Bayur, diperkirakan telah melahap lebih dari 5 hektare lahan. Dugaan awal menunjukkan bahwa kebakaran ini terjadi pada lahan yang rencananya akan digunakan untuk aktivitas pertanian. Hal ini menyoroti perlunya pengawasan lebih ketat terhadap pembukaan lahan dengan metode pembakaran.
Di sisi lain, karhutla di Kabupaten PALI, tepatnya di Kecamatan Talang Ubi, terjadi di kawasan hutan. Luasan lahan yang terbakar di PALI belum dapat dipastikan, namun kebakaran di area hutan seringkali lebih sulit dikendalikan dan berpotensi menimbulkan dampak lingkungan yang lebih besar. Karakteristik lahan yang kering dan angin kencang dapat mempercepat penyebaran api.
Meskipun helikopter telah melakukan water bombing secara masif, status 'masih berasap' menunjukkan bahwa api belum sepenuhnya padam. Kondisi ini menjadi tantangan besar bagi tim pemadam, baik dari udara maupun darat. BPBD Sumsel terus memantau situasi dan siap melanjutkan operasi pemadaman hingga api benar-benar padam dan kondisi aman terkendali.