China: Tidak Ada Kelainan dalam Sampel Air Limbah Fukushima, Namun...
Pemerintah China menyatakan tidak menemukan keanehan dalam sampel air limbah olahan Fukushima, tetapi tetap mendesak pengawasan internasional dan menegosiasikan kembali impor makanan laut dari Jepang.
Beijing, 8 April 2025 - Sebuah pengumuman mengejutkan datang dari Pemerintah China terkait hasil penelitian terbaru mereka mengenai air limbah olahan dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima. Setelah melakukan pengujian dan analisis independen pada Februari 2025, termasuk pengambilan sampel air laut dan biota laut di sekitar PLTN Fukushima Daiichi, China menyatakan tidak menemukan adanya kelainan atau zat berbahaya dalam sampel tersebut. Pengujian ini mencakup pengukuran konsentrasi aktivitas radionuklida seperti tritium, cesium-134, cesium-137, dan strontium-90.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, mengumumkan hasil ini dalam konferensi pers di Beijing pada Senin (7/4). Ia menjelaskan bahwa data pengujian akan diserahkan kepada Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) untuk pengumpulan informasi lebih lanjut. Meskipun demikian, Lin Jian menekankan bahwa "tidak adanya kelainan dalam satu pengujian tunggal tidak berarti hasil pengujian apa pun akan normal di masa mendatang."
Pernyataan ini menunjukkan sikap Pemerintah China yang tetap waspada meskipun hasil pengujian terbaru menunjukkan hasil negatif. Sikap ini sejalan dengan komitmen China untuk memastikan keamanan pangan rakyatnya dan pengawasan ketat terhadap dampak pembuangan air limbah olahan PLTN Fukushima ke laut.
Hasil Pengujian dan Negosiasi Impor Makanan Laut
Lembaga penelitian China telah menyelesaikan pengujian dan analisis sampel air limbah secara independen. Hasilnya menunjukkan tidak ada kelainan yang signifikan dalam konsentrasi radionuklida yang diuji. Pemerintah Jepang sendiri telah menegaskan kembali penerimaan mereka terhadap pemantauan internasional jangka panjang dan pengambilan sampel independen oleh China, menunjukkan adanya komitmen untuk transparansi dan kerjasama internasional.
Meskipun hasil pengujian terbaru ini relatif positif, China tetap teguh dalam penentangannya terhadap pembuangan air limbah yang terkontaminasi nuklir oleh Jepang. Lin Jian menegaskan bahwa China akan terus bekerja sama dengan komunitas internasional dan lembaga profesional, termasuk IAEA, untuk mendesak Jepang agar menghormati komitmennya dan memastikan pembuangan air limbah tersebut selalu berada di bawah pengawasan internasional yang ketat.
Menariknya, pernyataan ini juga menyoroti perkembangan terbaru dalam negosiasi impor makanan laut dari Jepang. Setelah pembuangan air limbah olahan pada Agustus 2023, China sempat memberlakukan larangan impor. Namun, pada 12 Maret 2025, Administrasi Umum Bea Cukai China melakukan pertukaran teknis dengan pihak Jepang di Beijing mengenai keamanan produk perairan Jepang. Hal ini menunjukkan adanya kemajuan dalam negosiasi dan kemungkinan pencabutan bertahap larangan impor tersebut.
Kerjasama China-Jepang dan Peran IAEA
Perjanjian kerjasama antara China dan Jepang yang dicapai pada September 2024 menjadi landasan penting dalam proses ini. Kedua negara sepakat bahwa impor makanan laut China dari Jepang akan dilanjutkan secara bertahap, tergantung pada partisipasi China dalam kegiatan pemantauan di bawah kerangka IAEA. Hal ini menunjukkan peran penting IAEA dalam memfasilitasi kerjasama internasional dan memastikan transparansi dalam proses pemantauan.
Jepang sendiri telah menjelaskan bahwa air limbah telah diolah untuk menghilangkan sebagian besar radionuklida, kecuali tritium, yang dianggap relatif tidak berbahaya bagi manusia. Air limbah tersebut juga diencerkan sebelum dibuang ke laut. Namun, kehati-hatian China tetap diperlukan mengingat potensi dampak jangka panjang dari pembuangan air limbah tersebut.
Kesimpulannya, hasil pengujian terbaru dari China menunjukkan tidak adanya kelainan dalam sampel air limbah olahan Fukushima. Namun, China tetap menekankan pentingnya pengawasan internasional yang berkelanjutan dan terus menegosiasikan kembali impor makanan laut dari Jepang berdasarkan hasil pemantauan dan komitmen transparansi dari pihak Jepang. Peran IAEA dalam proses ini sangat krusial untuk memastikan keamanan dan kepercayaan internasional.