Wanita Penderita Autoimun Tetap Berpeluang Hamil, Ini Kata Dokter Spesialis
Dokter spesialis penyakit dalam RSCM menjelaskan peluang kehamilan pada wanita penderita autoimun dan pentingnya perencanaan kehamilan yang matang.

Jakarta, 11 Maret 2024 - Sebuah kabar baik bagi wanita penderita penyakit autoimun yang mendambakan kehamilan. Dr. dr. Alvina Widhani, dokter spesialis penyakit dalam konsultan alergi dan imunologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), menyatakan bahwa kehamilan tetap mungkin terjadi, meskipun membutuhkan perencanaan yang cermat dan konsultasi medis yang intensif.
Dalam webinar yang diadakan Selasa lalu, dr. Alvina menjelaskan bahwa peluang kehamilan bagi penderita autoimun tetap terbuka. Namun, keberhasilan kehamilan sangat bergantung pada bagaimana penyakit autoimun tersebut dikelola. Ia menekankan pentingnya konsultasi dengan dokter sejak dini untuk merencanakan kehamilan dengan baik dan meminimalisir risiko komplikasi.
"Apakah bisa hamil? Ya insya Allah bisa, tapi bagaimana supaya bisa berhasil dengan baik kehamilannya harus terencana dengan baik. Jadi memang sejak awal jangan ragu diskusikan dengan dokter yang merawatnya," ujar dr. Alvina.
Perencanaan Kehamilan yang Matang: Kunci Keberhasilan
Dokter Alvina menyarankan agar wanita dengan penyakit autoimun berkonsultasi dengan dokter sebelum merencanakan kehamilan. Hal ini bertujuan untuk memastikan kondisi autoimun terkontrol dengan baik sebelum kehamilan dimulai. Pada kondisi seperti lupus, misalnya, ia merekomendasikan minimal enam bulan pengobatan dengan dosis obat yang lebih rendah dan jenis obat yang aman untuk ibu hamil. Beberapa obat untuk penyakit autoimun diketahui tidak aman dikonsumsi selama kehamilan.
Penggunaan obat-obatan selama kehamilan menjadi pertimbangan penting. "Pertama bisa terkait dengan obat yang dikonsumsi, kan kalau hamil yang tak terencana ini bisa sebabkan kelainan janin," jelasnya. Oleh karena itu, pemilihan obat yang tepat dan aman bagi ibu dan janin menjadi sangat krusial.
Bagi wanita yang belum siap hamil karena kondisi autoimun yang belum terkontrol, dr. Alvina menyarankan penggunaan kontrasepsi yang tepat, seperti IUD, untuk mencegah kehamilan yang tidak direncanakan. Kehamilan dalam kondisi autoimun yang tidak terkontrol dapat berisiko tinggi bagi ibu dan janin.
Risiko Kehamilan Tanpa Perencanaan
Kehamilan tanpa perencanaan yang matang pada penderita autoimun dapat menimbulkan berbagai risiko. Kondisi autoimun yang tidak terkontrol dapat menyebabkan peradangan yang mengganggu pertumbuhan janin dan perkembangan plasenta. Hal ini dapat meningkatkan risiko keguguran atau bayi lahir dengan berat badan rendah.
Selain itu, kondisi autoimun yang tidak terkontrol juga dapat memperburuk gejala yang dialami ibu hamil, sehingga dapat membahayakan kesehatan ibu dan janin. Oleh karena itu, penting bagi wanita dengan penyakit autoimun untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum merencanakan kehamilan.
Perencanaan kehamilan yang baik meliputi pemantauan kondisi autoimun secara berkala, penyesuaian dosis obat, dan pemilihan obat yang aman selama kehamilan. Dengan perencanaan yang matang dan pengawasan medis yang tepat, wanita dengan penyakit autoimun tetap memiliki peluang untuk hamil dan melahirkan bayi yang sehat.
Kesimpulan
Kehamilan bagi wanita penderita autoimun tetap memungkinkan, tetapi memerlukan perencanaan yang matang dan konsultasi dengan dokter spesialis. Pengendalian penyakit autoimun sebelum dan selama kehamilan sangat penting untuk meminimalisir risiko komplikasi bagi ibu dan janin. Dengan pendekatan yang tepat, impian memiliki keturunan tetap dapat terwujud.