Delapan Generator Gempa Bumi di Papua: Ancaman dan Upaya Mitigasi BMKG
BMKG mengidentifikasi delapan generator gempa di Papua, terdiri dari dua zona subduksi dan enam sesar aktif, menekankan pentingnya mitigasi bencana mengingat catatan sejarah gempa dan tsunami yang signifikan di wilayah tersebut.
Manokwari, 18 Februari 2024 - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) baru-baru ini mengungkapkan adanya delapan sumber gempa bumi di Tanah Papua. Penemuan ini disampaikan Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam seminar virtual di Manokwari, Papua Barat. Informasi ini penting diketahui karena menyoroti kerentanan wilayah terhadap bencana alam.
Sumber Gempa Bumi di Papua
Menurut BMKG, delapan generator gempa ini terdiri dari dua zona subduksi lempeng samudra dan enam sesar aktif. Dua zona subduksi tersebut adalah subduksi lempeng Papua Nugini Thrust dan subduksi lempeng Manokwari Thrust, keduanya terletak di perairan selatan Papua. Sementara enam sesar aktif meliputi zona sesar Sorong, zona sesar Yapen, zona sesar Mamberamo, zona sesar Ransiki-Wandamen, zona sesar Tarera-Aiduna, dan zona sesar Naik Jayawijaya. Lokasi sumber gempa yang beragam, baik di laut maupun darat, membutuhkan perhatian serius dari seluruh pemangku kepentingan di Papua.
Tingkat Kegempaan Tinggi di Papua
Papua dikenal sebagai wilayah dengan tingkat kegempaan yang sangat tinggi. Aktivitas subduksi lempeng dan sesar aktif menjadi penyebab utama tingginya frekuensi gempa. Untuk meminimalisir dampaknya, BMKG telah memasang 77 jaringan sensor seismograf broadband dan 2 sensor seismograf mini regional di seluruh Papua. Data yang dikumpulkan dari sensor-sensor ini sangat krusial untuk memetakan zona rawan gempa dan membantu dalam perencanaan tata ruang yang aman.
Catatan Sejarah Gempa dan Tsunami
Data BMKG sejak 1864 hingga 2015 mencatat lebih dari 17 gempa bumi merusak yang telah mengakibatkan 1.039 kematian, puluhan orang hilang, dan ratusan luka-luka. Selain itu, sembilan peristiwa tsunami yang dipicu gempa bumi juga tercatat sejak 1871, dengan korban jiwa mencapai sekitar 487 orang. Catatan sejarah ini menunjukkan betapa pentingnya kesiapsiagaan dan mitigasi bencana di wilayah Papua.
Mitigasi Bencana: Upaya dan Adaptasi
Dwikorita Karnawati menekankan bahwa potensi gempa dan tsunami di Papua merupakan ancaman abadi yang sulit diprediksi secara tepat. Oleh karena itu, upaya mitigasi bencana harus dilakukan secara maksimal. Peta seismotektonik menunjukkan banyaknya sumber gempa di perairan utara Papua yang berpotensi menimbulkan tsunami. Namun, hal ini bukan berarti pembangunan harus dihentikan. Yang dibutuhkan adalah adaptasi dengan menerapkan standar bangunan tahan gempa untuk meminimalkan dampak kerusakan.
Kesimpulan
Penemuan delapan generator gempa di Papua oleh BMKG menyoroti pentingnya peningkatan kesiapsiagaan dan mitigasi bencana di wilayah tersebut. Dengan memahami sumber-sumber gempa dan sejarah bencana sebelumnya, pemerintah dan masyarakat dapat bekerja sama untuk mengurangi risiko dan melindungi kehidupan serta aset. Penerapan standar bangunan tahan gempa dan perencanaan tata ruang yang tepat menjadi kunci dalam menghadapi ancaman gempa dan tsunami di Papua.