Dosen Unhas dan Praktisi Ungkap Rahasia: Kolaborasi Kampus Dunia Usaha Kunci Jawab Tantangan Keberlanjutan
Pentingnya Kolaborasi Kampus Dunia Usaha untuk hadapi tantangan keberlanjutan bisnis dan pendidikan diungkap akademisi. Bagaimana sinergi ini bisa terwujud?
Jakarta, 31 Juli 2024 – Kesinambungan antara dunia akademik dan sektor industri menjadi krusial dalam menghadapi tantangan bisnis serta pendidikan yang semakin kompleks. Hal ini ditegaskan oleh Dosen Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Laode Muhammad Syarif, saat menghadiri ajang SDG Innovation Accelerator for Young Professionals (SDGI) 2025 di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Jakarta.
Menurut Laode, yang juga pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) periode 2015-2019, hubungan antara kampus dan dunia usaha seringkali terputus. Padahal, mendekatkan kedua entitas ini sangat penting guna mencapai keberlanjutan. Sinergi yang erat diharapkan mampu menciptakan inovasi yang relevan dan berdampak positif bagi masyarakat luas.
Senada dengan pandangan tersebut, President Director dari Institute for Sustainability and Agility, Maria Nindita Radyati, menyoroti peran vital para dosen. Ia menekankan perlunya dosen terus memperbarui dan memodifikasi kurikulum pengajaran. Hal ini bertujuan agar materi yang disampaikan tetap relevan dengan perkembangan standar global di bidang pembangunan berkelanjutan (SDGs) serta regulasi nasional yang terus berubah.
Mendekatkan Akademisi dan Industri: Mengapa Penting?
Laode Muhammad Syarif menjelaskan bahwa meskipun wacana kedekatan kampus dan dunia usaha telah digaungkan sejak era Presiden Habibie, implementasinya masih perlu ditingkatkan. Keterputusan ini menghambat potensi inovasi dan adaptasi yang dibutuhkan oleh kedua belah pihak. Oleh karena itu, kolaborasi yang lebih erat menjadi sebuah keharusan demi masa depan yang lebih berkelanjutan.
Para dosen juga dituntut untuk lebih adaptif dan proaktif dalam memperbarui ekosistem diskusi. Ekosistem ini harus melibatkan dosen, mahasiswa, dan perwakilan dunia usaha secara langsung. Tujuannya adalah agar ide-ide dan penelitian yang dihasilkan kampus tidak hanya teoritis, melainkan juga memiliki nilai praktis dan dapat diaplikasikan di industri.
Laode menambahkan bahwa dosen tidak boleh hanya terpaku pada buku dan materi lama. Mereka perlu 'gaul' dan memahami tren serta kebutuhan dunia usaha saat ini. Acara seperti SDGI 2025 diharapkan bukan sekadar ajang gengsi, melainkan platform konkret yang mempertemukan akademisi, bisnis, pemerintah, dan regulator untuk menciptakan dampak nyata bagi masyarakat.
Dalam konteks ini, BRIN memegang peranan sentral sebagai penghubung antara universitas dan perusahaan. BRIN diharapkan dapat memfasilitasi terciptanya inovasi yang memiliki kebaruan tinggi (novelty) dan dampak yang signifikan. Sebagai 'otak' Indonesia, BRIN harus mampu mendorong dunia usaha untuk lebih dekat dengan dunia kampus dan penelitian.
Inovasi Berdampak dan Kurikulum Relevan
Penciptaan inovasi yang berdampak besar menjadi salah satu tujuan utama dari sinergi kampus dan industri. Inovasi ini harus lahir dari penelitian yang kuat dan pemahaman mendalam terhadap kebutuhan pasar. Dengan demikian, hasil riset tidak hanya berhenti di jurnal ilmiah, tetapi juga mampu memberikan solusi nyata bagi permasalahan yang ada di masyarakat dan industri.
Maria Nindita Radyati, sebagai seorang dosen, menekankan pentingnya modifikasi kurikulum pengajaran. Kurikulum harus senantiasa mengikuti perkembangan standar global di bidang pembangunan berkelanjutan (SDGs). SDGs sendiri bukan hanya tentang lingkungan, tetapi mencakup berbagai aspek seperti kewirausahaan, sumber daya manusia, hingga pemasaran, yang relevan untuk semua fakultas.
Perkembangan regulasi di Indonesia juga menjadi faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan kurikulum. Dosen perlu memastikan bahwa materi ajar tidak hanya berorientasi global, tetapi juga sesuai dengan konteks dan kebutuhan nasional. Hal ini akan memastikan lulusan memiliki kompetensi yang relevan dan siap bersaing di pasar kerja.
Dukungan terhadap integrasi SDGs ke dalam seluruh aspek pendidikan tinggi di Indonesia sangat diperlukan. Dengan demikian, setiap lulusan universitas diharapkan memiliki pemahaman yang komprehensif tentang keberlanjutan dan mampu menerapkannya dalam berbagai bidang profesi. Ini akan memperkuat fondasi pembangunan berkelanjutan di masa depan.