Fakta Erupsi Gunung Lewotobi: Abu Vulkanik Capai Ketinggian 18 Km, Berstatus Siaga!
Gunung Lewotobi Laki-laki kembali erupsi dengan abu vulkanik setinggi 18 km. Status siaga masih berlaku. Apa saja dampaknya dan bagaimana mitigasinya?
Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), kembali menunjukkan aktivitas vulkanik signifikan. Erupsi terbaru terjadi pada Sabtu dini hari, 2 Agustus, pukul 01:05 WITA. Peristiwa ini menambah daftar panjang letusan yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir.
Kolom abu vulkanik dilaporkan mencapai ketinggian fantastis, sekitar 18.000 meter atau 18 kilometer di atas permukaan laut. Abu berwarna abu-abu hingga hitam pekat ini bergerak ke arah barat daya, barat, dan barat laut. Kondisi ini memicu kekhawatiran di kalangan masyarakat sekitar.
Erupsi tersebut terekam pada seismogram dengan amplitudo maksimum 47,3 milimeter dan berlangsung selama 14 menit lima detik. Suara gemuruh keras terdengar dari Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Lewotobi Laki-laki. Status gunung api ini masih berada pada Level IV atau Siaga.
Detail Aktivitas Vulkanik dan Peringatan Dini
Aktivitas erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki menunjukkan pola peningkatan yang perlu diwaspadai. Letusan pada Sabtu dini hari merupakan kelanjutan dari erupsi sebelumnya yang terjadi pada Jumat malam, 1 Agustus. Pada erupsi Jumat malam, gunung ini memuntahkan pijar api dan kolom abu setinggi 10 kilometer.
Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid, menjelaskan bahwa erupsi Jumat malam terjadi pada pukul 20:48 WITA. Kejadian tersebut terekam dengan amplitudo maksimum yang sama, yakni 47,3 milimeter. Durasi letusan pada Jumat malam tercatat lebih singkat, sekitar tiga menit empat puluh detik.
Menurut Wafid, penyebab utama erupsi ini adalah akumulasi gas vulkanik yang terperangkap di dalam tubuh gunung. Gas ini telah menumpuk selama dua minggu terakhir, mencari jalan keluar melalui letusan. Kondisi geologis ini memerlukan pemantauan intensif dari pihak berwenang.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) terus memantau pergerakan gunung secara cermat. Data seismik dan visual menjadi acuan utama dalam menentukan status gunung. Peringatan dini disampaikan secara berkala kepada masyarakat untuk menjaga keselamatan.
Dampak dan Rekomendasi PVMBG
Dengan status Level IV atau Siaga, PVMBG mengeluarkan sejumlah rekomendasi penting bagi masyarakat. Warga diimbau untuk tidak melakukan aktivitas apapun dalam radius enam kilometer dari pusat erupsi. Zona bahaya juga diperluas hingga tujuh kilometer pada sektor barat daya hingga timur laut.
Selain ancaman abu vulkanik, potensi bahaya lain yang perlu diwaspadai adalah banjir lahar dingin. Risiko ini meningkat terutama saat terjadi hujan lebat di sekitar puncak gunung. Material vulkanik yang menumpuk dapat terbawa aliran air dan mengancam permukiman di lereng.
Beberapa desa yang berisiko tinggi terdampak banjir lahar dingin telah diidentifikasi. Desa-desa tersebut meliputi Dulipali, Padang Pasir, Nobo, Nurabelen, Klatanlo, Hokeng Jaya, Boru, dan Nawakote. Masyarakat di wilayah ini diminta untuk selalu siaga dan mengikuti arahan petugas.
PVMBG juga menekankan pentingnya kewaspadaan terhadap kualitas udara akibat sebaran abu vulkanik. Penggunaan masker sangat dianjurkan bagi warga yang beraktivitas di luar ruangan. Koordinasi antarlembaga terus dilakukan untuk memastikan penanganan bencana berjalan optimal.