Fakta Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki: Kolom Abu Capai 18 KM, BNPB Desak Warga Keluar Zona Bahaya
BNPB mendesak warga segera meninggalkan zona bahaya Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki setelah erupsi besar dengan kolom abu mencapai 18 KM. Mengapa masih ada yang enggan mengungsi?
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) secara tegas meminta Pemerintah Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, untuk memastikan seluruh warga telah meninggalkan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gunung Lewotobi Laki-laki. Permintaan ini menyusul erupsi besar yang terjadi pada Jumat (1/8) malam, yang menunjukkan peningkatan signifikan aktivitas vulkanik.
Meskipun status gunung tetap berada di Level IV (Awas), Kepala BNPB Suharyanto menyoroti masih adanya warga di Desa Boru yang enggan mengungsi dari wilayah KRB. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran mendalam mengingat potensi bahaya yang terus mengancam keselamatan jiwa.
"Gunung ini sudah tidak aman. Semua warga harus keluar dari wilayah KRB, jangan ada lagi yang kembali ke kampung asalnya," tegas Suharyanto dalam rapat terbatas daring bersama pemerintah Kabupaten Flores Timur di Jakarta, Sabtu. Penegasan ini menekankan urgensi relokasi demi keselamatan bersama.
Bahaya Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki dan Urgensi Evakuasi
Gunung Lewotobi Laki-laki, dengan ketinggian 1.584 meter di atas permukaan laut, memiliki karakter erupsi eksplosif yang sangat berbahaya. Sejak awal tahun 2024 hingga saat ini, gunung ini telah enam kali berstatus Awas, menunjukkan tingkat aktivitas vulkanik yang tidak stabil dan terus-menerus.
Erupsi pada Jumat (1/8) malam menjadi salah satu yang terbesar sepanjang tahun ini. Kolom abu vulkanik mencapai ketinggian luar biasa, yakni 18 kilometer dari puncak kawah. Beberapa jam setelahnya, erupsi susulan terjadi dengan kolom abu setinggi 10 kilometer, memicu dampak meluas hingga ke wilayah selatan Nusa Tenggara Timur.
Potensi bahaya dari erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki tidak hanya terbatas pada lontaran material vulkanik. Gunung ini juga berpotensi menghasilkan aliran lava dan awan panas guguran yang dapat mengancam permukiman warga. Oleh karena itu, evakuasi dari zona bahaya menjadi langkah krusial untuk melindungi masyarakat dari risiko yang tidak terduga.
Percepatan Pembangunan Hunian Sementara untuk Pengungsi
Selain mendesak evakuasi, BNPB juga mendorong percepatan pembangunan hunian sementara (huntara) tahap III bagi para pengungsi. Langkah ini bertujuan agar seluruh warga terdampak dapat segera direlokasi dari tenda-tenda darurat yang kurang memadai, menuju tempat tinggal yang lebih layak dan aman.
Dari target 100 unit kopel huntara yang direncanakan, sebanyak 68 unit telah berhasil diselesaikan. Progres ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam menyediakan fasilitas penampungan yang lebih permanen bagi warga yang terpaksa meninggalkan rumah mereka akibat aktivitas vulkanik.
BNPB menargetkan seluruh warga terdampak dapat mulai menempati huntara tersebut pada pertengahan Agustus 2025. Relokasi ini diharapkan dapat meminimalisir risiko bahaya lanjutan dari aktivitas vulkanik Gunung Lewotobi Laki-laki, serta memberikan kenyamanan dan keamanan yang lebih baik bagi para pengungsi dalam jangka panjang.