Fakta Menarik Gunung Dukono: Aktivitas Vulkanik Mulai Menurun Setelah Erupsi Terakhir
Aktivitas Gunung Dukono di Maluku Utara dilaporkan mulai menurun. Benarkah bahaya erupsi telah berlalu atau hanya jeda sesaat?
Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Dukono di Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara, melaporkan bahwa aktivitas vulkanik Gunung Dukono saat ini menunjukkan tren penurunan. Penurunan aktivitas ini telah terpantau selama hampir dua pekan terakhir, memberikan sedikit kelegaan bagi warga sekitar. Informasi ini disampaikan langsung oleh petugas PGA Dukono, Bambang Sugiono, pada Jumat malam.
Dalam pantauan terbaru, tidak ada letusan yang terjadi sepanjang hari dan puncak gunung didominasi oleh kabut tebal disertai curah hujan. Visual yang terlihat pada pagi hari bukanlah erupsi, melainkan hanya asap biasa yang keluar dari kawah. Kondisi ini berbeda signifikan dengan beberapa hari sebelumnya yang masih menunjukkan aktivitas tinggi.
Meskipun aktivitasnya menurun, Gunung Dukono yang memiliki ketinggian 1.087 meter di atas permukaan laut ini masih berada pada status Level II atau Waspada. Status ini menunjukkan bahwa potensi bahaya masih ada, sehingga masyarakat tetap diminta untuk berhati-hati dan mematuhi imbauan yang diberikan oleh pihak berwenang.
Kondisi Terkini dan Status Waspada Gunung Dukono
Petugas PGA Dukono menegaskan bahwa kondisi Gunung Dukono masih memerlukan kewaspadaan tinggi meskipun aktivitasnya menurun. Status Level II (Waspada) mengindikasikan bahwa gunung api tersebut masih berpotensi mengalami letusan sewaktu-waktu. Oleh karena itu, masyarakat di sekitar Gunung Dukono dan para pengunjung atau wisatawan diimbau keras untuk tidak melakukan aktivitas pendakian.
Larangan aktivitas juga berlaku untuk mendekati Kawah Malupang Warirang dalam radius 4 kilometer dari puncak. Imbauan ini sangat penting mengingat letusan dengan abu vulkanik secara periodik dapat terjadi tanpa peringatan. Sebaran abu vulkanik ini dapat mengikuti arah dan kecepatan angin, sehingga area landaan abunya tidak tetap dan bisa menyebar luas.
Masyarakat yang tinggal di sekitar Gunung Dukono juga diminta untuk selalu mempersiapkan masker atau penutup hidung dan mulut. Masker ini sangat krusial untuk digunakan saat dibutuhkan guna menghindari ancaman bahaya abu vulkanik pada sistem pernapasan. Kesiapsiagaan ini menjadi kunci dalam mitigasi dampak kesehatan dari potensi erupsi.
Riwayat Erupsi dan Pemantauan Seismik
Dua hari sebelum laporan penurunan aktivitas ini, PGA Dukono sempat melaporkan bahwa Gunung Dukono kembali erupsi dengan menyemburkan abu vulkanik. Semburan abu tersebut mencapai ketinggian 800 meter di atas puncak gunung, menunjukkan kekuatan letusan yang signifikan. Kolom abu yang teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal, condong ke arah timur laut.
Erupsi Gunung Dukono tersebut terekam jelas di seismogram dengan amplitudo maksimum 14 milimeter dan durasi 69.02 detik. Data ini diperoleh dari Pos PGA Dukono yang berlokasi di Desa Mamuya, Kecamatan Galela. Pemantauan seismik yang cermat menjadi instrumen vital dalam memahami karakteristik dan pola aktivitas vulkanik gunung ini.
Pemantauan yang berkelanjutan oleh PGA Dukono sangat penting untuk memberikan informasi terkini kepada masyarakat. Data-data yang terekam dari seismogram dan pengamatan visual menjadi dasar bagi pihak berwenang untuk mengeluarkan peringatan dan imbauan. Hal ini memastikan keselamatan warga di sekitar salah satu gunung api paling aktif di Indonesia tersebut.