Fakta Menarik: IDAI Kaltim Gencarkan Skrining Balita, Tekan Angka Stunting di Kalimantan Timur
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Kaltim proaktif menekan angka stunting melalui skrining balita dan edukasi kader. Seberapa efektif upaya ini mengatasi stunting di Kaltim?
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Provinsi Kalimantan Timur baru-baru ini meluncurkan program skrining kesehatan balita besar-besaran di seluruh wilayah. Inisiatif ini merupakan bagian dari upaya serius untuk menekan angka stunting, kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis. Kegiatan ini secara proaktif menyasar anak-anak balita di berbagai fasilitas kesehatan primer.
Program yang digagas oleh IDAI Kaltim ini berfokus pada peningkatan kualitas layanan kesehatan anak, khususnya di fasilitas kesehatan tingkat pertama seperti puskesmas. Pendampingan dokter spesialis anak menjadi kunci dalam mendukung puskesmas. Langkah ini diharapkan dapat mempercepat deteksi dini kasus stunting di masyarakat.
Skrining serentak ini dilaksanakan di 10 kabupaten dan kota, dengan Puskesmas Lok Bahu di Samarinda menjadi pusat kegiatan utama. Pemilihan lokasi ini bukan tanpa alasan, mengingat tingginya prevalensi stunting di wilayah tersebut. Sekitar 100 anak telah menjalani skrining ulang di Puskesmas Lok Bahu.
Peran Krusial Kader dan Akurasi Data dalam Deteksi Stunting
Ketua IDAI Kaltim, Diane Meytha Supit, menjelaskan bahwa kader posyandu memegang peran vital dalam deteksi dini gangguan tumbuh kembang anak. Mereka adalah garda terdepan yang berinteraksi langsung dengan ibu hamil, ibu menyusui, dan orang tua balita. Oleh karena itu, kader harus memahami cara membaca buku KIA, menimbang, dan mengukur tinggi badan dengan benar agar data yang diperoleh akurat.
Kesalahan dalam pengukuran dapat berakibat fatal, seperti anak sehat tercatat stunting, atau sebaliknya. Data yang akurat sangat penting untuk penanganan yang tepat dan efektif. Jika kasus stunting terdeteksi sejak dini di posyandu, anak bisa cepat dirujuk ke puskesmas untuk penanganan lebih lanjut.
Pendekatan ini memastikan bahwa setiap data yang dikumpulkan dapat menjadi dasar yang kuat untuk intervensi kesehatan. Dengan demikian, program skrining IDAI Kaltim ini tidak hanya berfokus pada pemeriksaan, tetapi juga pada peningkatan kapasitas sumber daya manusia di lapangan.
Kolaborasi Lintas Sektor dan Target Penurunan Stunting di Kaltim
Program skrining kesehatan balita ini didukung penuh oleh Dinas Kesehatan setempat, tenaga medis Puskesmas, dan dokter spesialis anak dari IDAI. Kolaborasi lintas profesi ini dinilai sangat krusial dalam upaya menekan angka stunting. Sinergi antara berbagai pihak menjadi kunci keberhasilan program kesehatan masyarakat.
Layanan kesehatan anak juga menjangkau daerah pelosok seperti Mahakam Ulu yang minim tenaga spesialis, melalui program Wajib Kerja Dokter Spesialis (WKDS). Ini menunjukkan komitmen untuk pemerataan akses layanan kesehatan. Upaya ini memastikan bahwa anak-anak di daerah terpencil pun mendapatkan perhatian yang sama dalam upaya pencegahan stunting.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Samarinda, Rudy Agus Riyanto, mengungkapkan bahwa angka stunting di Samarinda saat ini mencapai 20,2 persen. Target yang ditetapkan adalah penurunan menjadi 18,3 persen pada tahun 2029, di bawah target nasional 19 persen. Rudy optimis bahwa dengan program yang konsisten, penurunan angka stunting bisa lebih cepat tercapai.
Rudy juga menekankan pentingnya dukungan media untuk edukasi publik. Ia menyatakan bahwa Dinas Kesehatan tidak bisa bekerja sendiri dalam menghadapi tantangan stunting. Edukasi yang masif dan berkelanjutan melalui berbagai platform media akan sangat membantu dalam meningkatkan kesadaran masyarakat.
Harapan untuk Generasi Kalimantan Timur yang Lebih Sehat
IDAI Kaltim berharap jangkauan layanan kesehatan anak semakin luas, terutama di wilayah dengan angka stunting yang tinggi. Ini merupakan langkah strategis untuk memastikan bahwa setiap anak mendapatkan kesempatan tumbuh kembang yang optimal. Perluasan akses layanan menjadi prioritas utama dalam agenda kesehatan anak.
Fokus pada wilayah dengan prevalensi stunting tinggi memungkinkan alokasi sumber daya yang lebih efektif. Pendekatan ini memastikan bahwa daerah yang paling membutuhkan perhatian mendapatkan intervensi yang tepat. Dengan demikian, upaya pencegahan dan penanganan stunting dapat berjalan lebih efisien.
Tujuan akhir dari seluruh program ini adalah membangun generasi Kalimantan Timur yang lebih sehat dan kuat. Melalui deteksi dini, penanganan cepat, dan edukasi berkelanjutan, diharapkan angka stunting dapat terus ditekan. Ini adalah investasi jangka panjang untuk masa depan daerah.