Fakta Mengejutkan: 17 Konflik Satwa Manusia Ditangani BKSDA Sumbar, Harimau Dominan!
BKSDA Sumbar telah menangani 17 kasus konflik satwa manusia sepanjang 2025. Apa penyebab satwa buas keluar habitat dan bagaimana penanganannya?
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat (Sumbar) mencatat peningkatan signifikan dalam penanganan konflik antara satwa liar dan manusia. Hingga pertengahan Juli 2025, tercatat 17 insiden interaksi negatif yang memerlukan intervensi langsung dari pihak berwenang.
Kepala BKSDA Sumbar, Hartono, menjelaskan bahwa peristiwa ini terjadi di berbagai daerah di wilayah Sumatera Barat. Penanganan cepat dan tepat dilakukan guna meminimalisir dampak negatif bagi kedua belah pihak, baik satwa maupun masyarakat.
Setiap kasus konflik satwa manusia ini ditangani dengan prosedur standar yang melibatkan pemeriksaan kesehatan satwa sebelum dilepasliarkan kembali ke habitat aslinya. Hal ini memastikan kesejahteraan satwa serta keamanan lingkungan sekitar.
Penanganan Konflik Satwa oleh BKSDA Sumbar
Dalam setiap kejadian konflik satwa liar dengan manusia, tim BKSDA Sumbar segera bergerak untuk melakukan penanganan. Satwa yang terlibat dalam interaksi negatif tersebut akan dievakuasi dari lokasi konflik. Proses evakuasi ini dilakukan dengan sangat hati-hati demi keselamatan satwa dan petugas di lapangan.
Setelah berhasil dievakuasi, satwa tersebut akan menjalani pemeriksaan kesehatan menyeluruh oleh tim medis BKSDA. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memastikan kondisi fisik dan kesehatan satwa sebelum tindakan selanjutnya diambil. Apabila satwa dinyatakan sehat dan layak, maka akan segera dilepasliarkan kembali ke habitat alaminya yang aman dan jauh dari permukiman warga.
Namun, jika satwa ditemukan dalam kondisi tidak layak untuk dilepasliarkan, misalnya karena terlalu lama dipelihara oleh masyarakat atau mengalami cedera, BKSDA akan melakukan tahapan rehabilitasi. Proses rehabilitasi ini penting untuk mengembalikan sifat liar satwa. Tujuannya agar satwa dapat bertahan hidup secara mandiri di alam liar setelah masa pemulihan.
Jenis Satwa yang Terlibat dan Faktor Penyebab Konflik
Dari total 17 kejadian konflik satwa manusia yang ditangani BKSDA Sumbar, 10 di antaranya melibatkan harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae). Dominasi harimau sumatera dalam daftar ini menunjukkan urgensi perlindungan habitatnya. Selain harimau, satwa lain yang juga terlibat adalah kucing mas (Caracal aurata), beruang madu (Helarctos malayanus), tapir (Tapirus), dan macan dahan (Neofelis nebulosa).
Hartono menjelaskan bahwa ada beragam faktor yang mendorong satwa liar keluar dari habitat alaminya dan masuk ke permukiman warga. Salah satu penyebab utama adalah menipisnya ketersediaan bahan makanan di hutan. Kondisi ini memaksa satwa untuk mencari sumber pangan di luar wilayah jelajahnya yang biasa.
Selain itu, perburuan liar dan perusakan atau pembukaan kawasan hutan secara ilegal juga menjadi pemicu utama. Aktivitas ilegal ini secara drastis mengurangi luas habitat satwa. Akibatnya, ruang gerak satwa menjadi terbatas dan mereka terpaksa mendekati area yang dihuni manusia.
Faktor lain yang tidak kalah penting adalah adanya pancingan tidak langsung dari masyarakat. Sebagai contoh, sisa-sisa makanan berupa daging yang dibuang ke aliran sungai dapat menarik perhatian satwa tertentu. Aroma makanan tersebut merangsang satwa untuk mendekat dan mencari sumbernya, yang pada akhirnya dapat memicu konflik.