Fakta Mengejutkan: China Dukung Penuh Langkah ASEAN Selesaikan Konflik Kamboja Thailand
China menyatakan dukungan penuh terhadap upaya ASEAN dalam menengahi konflik Kamboja Thailand, menekankan pentingnya dialog damai dan stabilitas regional.
Pemerintah China secara tegas menyatakan dukungannya terhadap langkah-langkah yang diambil oleh Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) untuk menyelesaikan konflik perbatasan antara Kamboja dan Thailand. Beijing mengapresiasi upaya intensif ASEAN dalam mewujudkan gencatan senjata antara kedua negara anggota.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, dalam konferensi pers di Beijing, Senin, menekankan bahwa baik Kamboja maupun Thailand adalah anggota penting ASEAN. China menyambut baik segala upaya yang mendukung deeskalasi ketegangan di kawasan tersebut.
China menegaskan posisinya yang adil dan tidak memihak, serta berkomitmen untuk terus menjalin komunikasi erat dengan kedua belah pihak. Beijing berupaya aktif memfasilitasi perundingan perdamaian dan memainkan peran konstruktif guna mencapai gencatan senjata yang berkelanjutan.
Peran Sentral ASEAN dan Mediasi Malaysia
Kesepakatan gencatan senjata antara Thailand dan Kamboja, yang berlaku mulai Senin (28/7) tengah malam, berhasil dicapai melalui mediasi Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim. Pertemuan penting ini difasilitasi oleh PM Anwar di kediaman resminya di Putrajaya, Malaysia.
Sebagai Ketua ASEAN bergilir, Malaysia dipercayakan dengan tanggung jawab krusial untuk memantau implementasi dan kepatuhan gencatan senjata ini. Pemantauan dilakukan atas permintaan kedua belah pihak, bersama dengan mitra regional lainnya.
Dalam pertemuan tersebut, Thailand diwakili oleh Penjabat PM Phumtham Wechayachai, sementara Kamboja dipimpin oleh PM Hun Manet. Hadir pula Duta Besar AS untuk Malaysia Edgard Kagan dan Duta Besar Tiongkok untuk Malaysia Ouyang Yujing, menunjukkan dukungan internasional terhadap inisiatif perdamaian ini.
PM Anwar Ibrahim menyampaikan penghargaan tulus kepada Thailand dan Kamboja atas pilihan mereka terhadap jalur diplomasi. Ia juga mengapresiasi dukungan konstruktif dari Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping dalam memajukan inisiatif perdamaian tersebut.
Sejarah dan Dampak Konflik Perbatasan
Kamboja dan Thailand memiliki sejarah panjang pertikaian diplomatik terkait wilayah perbatasan yang disengketakan. Wilayah ini meliputi area di sekitar provinsi Preah Vihear di Kamboja dan provinsi Ubon Ratchathani di timur laut Thailand, dengan perbatasan yang tidak dibatasi sepanjang 817 kilometer.
Ketegangan antara kedua negara meningkat signifikan sejak 28 Mei 2025, menyusul pertempuran kecil di dekat wilayah perbatasan Preah Vihear yang menewaskan seorang tentara Kamboja. Eskalasi terbaru terjadi pada 24 Juli, ketika bentrokan bersenjata dilaporkan pecah di sepanjang perbatasan utara Kamboja, merenggut korban jiwa dari kedua belah pihak.
Data menunjukkan dampak kemanusiaan yang serius akibat konflik ini. Hingga saat ini, 22 orang dilaporkan tewas di pihak Thailand dan 140 orang mengalami luka-luka. Sementara itu, otoritas Kamboja mengonfirmasi kematian 13 orang, termasuk lima tentara.
Lebih dari 60.000 warga di Thailand telah dievakuasi dari 14 distrik di empat provinsi yang berdekatan dengan medan tempur. Di sisi Kamboja, sekitar 80.000 warga dari tiga provinsi perbatasan juga telah dievakuasi ke tempat yang lebih aman untuk menghindari dampak pertempuran.
Sikap China dan Harapan Perdamaian
Guo Jiakun menyampaikan duka cita mendalam atas jatuhnya korban di kedua belah pihak dan menyampaikan simpati tulus dari pemerintah China. Ia menekankan bahwa Kamboja dan Thailand adalah tetangga abadi satu sama lain, serta sahabat dan tetangga bagi Tiongkok.
China berharap kedua belah pihak akan senantiasa mengingat kepentingan bangsa, menghargai perdamaian, dan menjaga hubungan bertetangga yang baik. Penting bagi mereka untuk bersikap tenang, menahan diri, dan mencapai gencatan senjata sesegera mungkin.
Penyelesaian perbedaan secara damai melalui dialog dan konsultasi dianggap sebagai jalan terbaik untuk segera memulihkan perdamaian dan stabilitas di sepanjang perbatasan. Menjaga hubungan bertetangga yang baik, saling percaya, dan mengelola perbedaan dengan tepat adalah kepentingan fundamental untuk memelihara hubungan jangka panjang kedua negara serta perdamaian dan stabilitas kawasan.