Fakta Mengejutkan Gempa Poso: 29 Orang Jadi Korban, Gereja Rusak
Gempa bumi berkekuatan M 6,0 mengguncang Poso, Sulawesi Tengah, menyebabkan 29 orang terluka dan satu fasilitas ibadah rusak. BNPB segera tangani korban Gempa Poso.
Gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,0 mengguncang Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, pada Minggu pagi, 17 Agustus. Peristiwa alam ini menyebabkan puluhan warga menjadi korban luka-luka dan menimbulkan kerusakan pada sejumlah bangunan. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) segera merespons dan mengonfirmasi dampak dari guncangan Gempa Poso tersebut.
Data terbaru dari BNPB menunjukkan bahwa sebanyak 29 orang terdampak langsung oleh gempa ini. Dari jumlah tersebut, 13 orang telah dirujuk ke RSUD Poso untuk penanganan medis lebih lanjut. Dua di antaranya dilaporkan dalam kondisi kritis dan sedang menjalani perawatan intensif. Sementara itu, enam korban lainnya mendapatkan perawatan awal di Puskesmas Tokorondo.
Gempa terjadi tepat pada pukul 05.38 WIB, dengan pusat gempa berada di darat, sekitar 18 kilometer barat laut Poso. Kedalaman gempa tercatat hanya 10 kilometer, yang menjelaskan mengapa guncangan dirasakan sangat kuat. Guncangan terasa intens selama sekitar 15 detik di beberapa wilayah, termasuk Desa Masani, Tokorondo, Towu, Pinedapa, Tangkura, dan Lape. Kondisi ini memaksa sebagian besar masyarakat berhamburan keluar rumah mencari tempat aman.
Dampak dan Penanganan Korban di Poso
Selain mengakibatkan korban luka, gempa Poso juga menyebabkan kerusakan pada infrastruktur vital. Salah satu fasilitas ibadah, yaitu Gereja Jemaat Elim di Desa Masani, dilaporkan mengalami kerusakan signifikan akibat guncangan. Kerusakan ini menambah daftar dampak yang harus segera ditangani oleh pihak berwenang di lapangan.
Penanganan korban luka menjadi prioritas utama bagi tim medis dan relawan di Poso. Para korban yang dirujuk ke RSUD Poso mendapatkan perawatan intensif, terutama dua pasien yang kondisinya kritis. Koordinasi antara rumah sakit dan puskesmas setempat terus diperkuat untuk memastikan semua korban mendapatkan penanganan yang memadai dan tepat waktu.
Meskipun gempa juga dirasakan sedang selama tujuh detik di Kabupaten Sigi, hingga saat ini belum ada laporan kerusakan maupun korban jiwa yang diterima BNPB dari wilayah tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa dampak terparah terpusat di Kabupaten Poso, khususnya di daerah-daerah yang paling dekat dengan episentrum gempa.
Langkah Cepat BNPB dan Imbauan Kewaspadaan
Menyikapi situasi darurat Gempa Poso ini, Kepala BNPB, Suharyanto, telah menginstruksikan jajarannya untuk segera mempertebal koordinasi dengan unsur daerah. Langkah ini bertujuan untuk memastikan respons yang cepat dan terpadu dalam penanganan pascagempa. Pendampingan di lokasi terdampak juga menjadi fokus utama untuk membantu masyarakat yang membutuhkan.
Penanganan darurat di lapangan berjalan cepat, dengan kebutuhan mendesak yang dilaporkan sementara berupa tenda dan obat-obatan. Ketersediaan logistik ini sangat penting untuk mendukung upaya penanganan korban dan pengungsian sementara. BNPB berkomitmen untuk memastikan pasokan kebutuhan dasar ini segera terpenuhi di wilayah terdampak.
Masyarakat diimbau untuk tetap tenang namun waspada terhadap potensi gempa susulan yang mungkin terjadi. Penting bagi warga untuk segera mencari tempat aman, menghindari bangunan yang retak atau berpotensi roboh, dan menyiapkan tas siaga bencana. Tas siaga bencana ini harus berisi kebutuhan pokok seperti makanan, air, obat-obatan pribadi, dan dokumen penting, sebagai langkah antisipasi jika evakuasi diperlukan.
Kewaspadaan kolektif dan kesiapan individu menjadi kunci dalam menghadapi ancaman bencana alam. Pemerintah daerah dan BNPB terus berupaya memberikan informasi terkini serta panduan keselamatan kepada seluruh masyarakat. Ini demi meminimalkan risiko dan memastikan keamanan warga di tengah kondisi yang tidak menentu.