Fakta Mengejutkan: Indonesia Peringkat Kedua Dunia, Wamenkes Tinjau Skrining TB di Ternate, Target Turun 50% pada 2030
Wakil Menteri Kesehatan meninjau program skrining TB di Puskesmas Ternate, menargetkan penurunan kasus TBC hingga 50% pada 2030. Indonesia saat ini peringkat kedua dunia dalam kasus TBC.
Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono bersama Wakil Gubernur Maluku Utara H. Sarbin Sehe melakukan kunjungan penting ke Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Kota Ternate pada Kamis, 31 Juli. Kunjungan ini bertujuan meninjau langsung penanganan skrining penyakit dan penanggulangan Tuberkulosis (TBC) yang tengah berjalan di fasilitas kesehatan tersebut. Inisiatif ini merupakan bagian dari program pengabdian sosial dalam rangka Dies Natalis ke-75 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).
Wamenkes Dante Saksono menjelaskan bahwa kegiatan skrining dan pemeriksaan kesehatan gratis ini sangat vital. Program tersebut menjadi salah satu inisiatif quick wins dari Presiden Prabowo Subianto dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat. Kunjungan ini juga dihadiri oleh Wali Kota Ternate Tauhid Soleman, Wakil Wali Kota Nasri Abubakar, perwakilan PT. Pelni, serta para alumni ILUNI KOMET '94 yang turut berdiskusi dengan tenaga kesehatan dan pasien.
Dalam kesempatan tersebut, Wamenkes menegaskan komitmen pemerintah untuk menekan angka kasus TBC di Indonesia. Target ambisius telah ditetapkan, yaitu menurunkan kasus TBC hingga 50 persen pada tahun 2030. Dengan waktu sekitar lima tahun tersisa, upaya percepatan penanggulangan TBC harus dilakukan secara masif dan terstruktur untuk mencapai Indonesia bebas TBC.
Upaya Penurunan Kasus TBC di Indonesia
Indonesia saat ini menghadapi tantangan besar dalam penanggulangan TBC, menempati peringkat kedua di dunia setelah India dalam jumlah kasus. Kondisi ini menuntut langkah-langkah strategis dan terkoordinasi dari berbagai pihak. Wamenkes Dante Saksono menekankan pentingnya program percepatan ini agar setiap kasus TBC dapat diobati, teridentifikasi, dan ternotifikasi dengan baik di masyarakat.
Identifikasi yang akurat dan notifikasi yang cepat menjadi kunci utama dalam memutus mata rantai penularan TBC. Tanpa data yang valid dan penanganan yang sigap, upaya penurunan kasus akan terhambat. Oleh karena itu, pemerintah bersama berbagai pihak terkait terus mendorong peningkatan kapasitas skrining dan diagnostik di seluruh fasilitas kesehatan.
Pemerintah juga berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya deteksi dini dan pengobatan TBC. Sosialisasi mengenai gejala TBC dan akses terhadap layanan kesehatan menjadi prioritas. Dengan demikian, diharapkan lebih banyak kasus dapat ditemukan dan ditangani sejak awal, mencegah penyebaran lebih lanjut.
Strategi Penanggulangan dan Kolaborasi Lintas Sektor
Dante Saksono menjelaskan lebih lanjut mengenai strategi identifikasi yang harus dilakukan, termasuk memberikan pengobatan dan pencegahan kepada anggota keluarga pasien TBC. Langkah ini krusial untuk mencegah penularan di lingkungan terdekat dan secara efektif memutus mata rantai penyebaran penyakit. Pendekatan ini memastikan bahwa tidak hanya pasien yang diobati, tetapi juga lingkungan sekitarnya dilindungi.
Kolaborasi antara Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dan Pemerintah Daerah Kota Ternate menjadi contoh nyata dari sinergi yang dibutuhkan. Kerja sama ini memungkinkan implementasi program skrining dan penanggulangan TBC secara komprehensif. Melalui kolaborasi semacam ini, sumber daya dan keahlian dapat digabungkan untuk mencapai hasil yang optimal dalam penanganan kesehatan masyarakat.
Kehadiran berbagai pihak, mulai dari pejabat pemerintah daerah hingga perwakilan swasta dan alumni, menunjukkan komitmen bersama dalam mengatasi masalah TBC. Sinergi lintas sektor ini diharapkan dapat memperkuat sistem kesehatan dan mempercepat pencapaian target penurunan kasus TBC di Indonesia. Dukungan dari berbagai elemen masyarakat juga sangat dibutuhkan untuk menyukseskan program kesehatan nasional ini.