Fakta Terkini: Modal Asing Keluar Rp16,24 Triliun dari Pasar Keuangan RI Akhir Juli 2025, Apa Dampaknya?
Bank Indonesia mencatat modal asing keluar bersih Rp16,24 triliun dari pasar keuangan domestik pada akhir Juli 2025. Apa penyebab dan bagaimana dampaknya terhadap ekonomi Indonesia?
Bank Indonesia (BI) mencatat pergerakan signifikan di pasar keuangan domestik. Aliran modal asing keluar bersih mencapai Rp16,24 triliun pada periode 28-31 Juli 2025.
Angka ini mencerminkan penarikan investasi dari berbagai instrumen keuangan. Penarikan terjadi di pasar saham, Surat Berharga Negara (SBN), dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Fenomena ini menarik perhatian pelaku pasar serta ekonom. Kondisi ini berpotensi memengaruhi stabilitas nilai tukar rupiah dan premi risiko investasi.
Rincian Aliran Modal Asing
Ramdan Denny Prakoso, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, menjelaskan rincian aliran modal asing tersebut. Dari total Rp16,24 triliun, pasar saham menyumbang outflow sebesar Rp2,27 triliun. Sementara itu, SBN mengalami outflow Rp1,37 triliun. Kontribusi terbesar berasal dari SRBI dengan penarikan Rp12,60 triliun.
Secara kumulatif sejak awal tahun hingga 31 Juli 2025, data menunjukkan tren yang bervariasi. Modal asing keluar bersih di pasar saham mencapai Rp58,69 triliun. SRBI juga mencatat outflow signifikan sebesar Rp77,39 triliun.
Di sisi lain, pasar SBN justru menunjukkan daya tarik bagi investor asing. Tercatat, modal asing masuk bersih ke SBN sebesar Rp59,07 triliun sepanjang periode tersebut. Hal ini mengindikasikan preferensi investor terhadap instrumen utang pemerintah.
Dampak Terhadap Indikator Ekonomi
Aliran modal asing ini turut memengaruhi beberapa indikator ekonomi makro. Premi risiko investasi Indonesia, yang diukur melalui credit default swaps (CDS) 5 tahun, mengalami kenaikan. CDS tercatat naik dari 69,94 basis poin (bps) pada 25 Juli 2025 menjadi 71,40 bps per 31 Juli 2025.
Nilai tukar rupiah juga menunjukkan pelemahan tipis terhadap dolar AS. Pada Jumat (1/8), rupiah dibuka di level Rp16.500 per dolar AS. Angka ini melemah dibandingkan penutupan sebelumnya di Rp16.450 per dolar AS.
Di pasar global, indeks dolar AS (DXY) tercatat menguat ke level 99,97 pada akhir perdagangan Kamis (31/7). DXY merefleksikan pergerakan dolar AS terhadap enam mata uang utama dunia. Penguatan dolar AS seringkali berkorelasi dengan pelemahan mata uang negara berkembang.
Sementara itu, imbal hasil SBN 10 tahun relatif stabil di level 6,56 persen pada Jumat (1/8). Kondisi ini sama seperti penutupan perdagangan hari sebelumnya. Namun, imbal hasil US Treasury Note 10 tahun justru turun ke 4,374 persen.
Respons dan Koordinasi Kebijakan BI
Menanggapi dinamika pasar keuangan ini, Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi. BI bekerja sama dengan pemerintah dan otoritas terkait lainnya. Upaya ini bertujuan untuk menjaga stabilitas ekonomi.
Selain itu, BI juga mengoptimalkan strategi bauran kebijakan yang dimiliki. Langkah ini penting untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia. Kebijakan moneter dan makroprudensial akan disesuaikan sesuai kondisi.
Koordinasi lintas lembaga ini diharapkan dapat memitigasi dampak negatif dari aliran modal keluar. Tujuannya adalah menjaga kepercayaan investor dan stabilitas sistem keuangan nasional. Kebijakan yang terukur menjadi kunci dalam menghadapi tantangan global.