Gempa Laut Banda Magnitudo 5,1: Mengapa Getarannya Terasa Hingga Wakatobi?
Gempa Laut Banda berkekuatan M 5,1 mengguncang dan dirasakan hingga Wakatobi. BMKG jelaskan penyebabnya dan pastikan tidak berpotensi tsunami.
Gempa bumi tektonik dengan magnitudo 5,1 mengguncang wilayah Laut Banda pada Minggu, 27 Juli, pukul 10.45 WITA. Meskipun pusat gempa berada di Laut Banda, getaran signifikan dirasakan hingga ke sejumlah pulau di Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara. Fenomena ini menarik perhatian publik mengenai jangkauan dampak gempa yang terjadi di kedalaman laut.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) segera merilis informasi terkait kejadian ini. Kepala Stasiun Geofisika dan Klimatologi BMKG Kendari, Rudin, mengonfirmasi bahwa getaran gempa terasa kuat di Pulau Binongko dan Tomia. Lokasi gempa berada sekitar 99 kilometer dari perairan Wakatobi, menunjukkan jangkauan dampak yang cukup luas.
Masyarakat di wilayah terdampak merasakan guncangan dengan intensitas yang bervariasi. BMKG melaporkan bahwa getaran gempa di beberapa pulau Wakatobi mencapai skala III hingga IV MMI (Modified Mercalli Intensity). Skala ini menunjukkan bahwa gempa dirasakan oleh banyak orang di dalam rumah, bahkan oleh sebagian orang di luar rumah.
Detail Guncangan dan Mekanisme Gempa Laut Banda
Guncangan gempa bumi di Laut Banda yang mencapai skala III MMI berarti getaran dirasakan nyata di dalam rumah, terasa seakan-akan ada truk berlalu. Sementara itu, skala IV MMI menunjukkan bahwa pada siang hari, gempa dirasakan oleh orang banyak di dalam rumah, dengan jendela atau pintu berderik dan dinding berbunyi. Skala ini memberikan gambaran jelas mengenai tingkat kenyamanan masyarakat saat kejadian.
BMKG menjelaskan bahwa gempa ini merupakan akibat dari deformasi batuan yang terjadi karena mekanisme slab pull pada Lempeng Banda. Mekanisme slab pull adalah proses di mana lempeng tektonik yang lebih padat tertarik ke bawah mantel bumi, menciptakan tekanan dan pergeseran. Analisis mekanisme sumber gempa menunjukkan bahwa gempa bumi ini memiliki mekanisme pergeseran turun, yang khas untuk zona subduksi.
Kedalaman gempa yang tercatat adalah 623 kilometer, menjadikannya gempa dalam. Gempa dalam seringkali memiliki area dampak yang lebih luas dibandingkan gempa dangkal, meskipun intensitas guncangannya di permukaan bisa lebih rendah. Hal ini menjelaskan mengapa getaran dari Gempa Laut Banda dapat dirasakan hingga jarak yang cukup jauh seperti Wakatobi.
Potensi Tsunami dan Imbauan BMKG
Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menegaskan bahwa hasil pemodelan menunjukkan gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami. Pernyataan ini sangat penting untuk menenangkan masyarakat dan mencegah kepanikan yang tidak perlu. Kedalaman gempa yang sangat dalam menjadi salah satu faktor utama tidak adanya potensi tsunami, karena energi yang dilepaskan tidak cukup untuk menggerakkan kolom air di permukaan laut secara signifikan.
Hingga pukul 11.10 WITA, BMKG tidak mendeteksi adanya gempa susulan pasca-kejadian utama. Kondisi ini memberikan indikasi stabilitas setelah guncangan awal. Selain itu, BMKG juga belum menerima laporan dari masyarakat terkait kerusakan bangunan atau infrastruktur akibat getaran gempa bumi tersebut, menunjukkan dampak fisik yang minim di permukaan.
Mengingat situasi yang aman dan terkendali, BMKG mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan tidak mudah terpengaruh oleh isu-isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Informasi resmi hanya bersumber dari BMKG atau pihak berwenang lainnya. Masyarakat dianjurkan untuk selalu mengikuti panduan dan informasi terbaru dari lembaga resmi untuk menjaga keamanan dan ketertiban.