IHSG Menguat Tipis di Tengah Kehati-hatian Pasar, Antisipasi Data Neraca Perdagangan
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat 0,33 persen pada Kamis pagi, di tengah sikap wait and see pelaku pasar terhadap data neraca perdagangan Indonesia periode April 2025 dan sejumlah perkembangan ekonomi global.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) memulai perdagangan Kamis pagi dengan tren positif, menguat 0,33 persen atau 23,27 poin ke posisi 7.003,15. Penguatan ini terjadi di tengah sikap wait and see yang ditunjukkan pelaku pasar terhadap sejumlah perkembangan ekonomi, baik domestik maupun global. Pergerakan IHSG ini juga diikuti penguatan Indeks LQ45 sebesar 0,29 persen atau 2,31 poin, mencapai posisi 789,39.
Salah satu faktor utama yang memengaruhi sentimen pasar adalah antisipasi rilis data neraca perdagangan Indonesia periode April 2025. Para analis memperkirakan penurunan nilai neraca perdagangan menjadi 2,5 miliar dolar AS, turun signifikan dari 4,33 miliar dolar AS pada Maret 2025. Hal ini disebabkan proyeksi pertumbuhan nilai impor yang lebih tinggi dibandingkan nilai ekspor pada bulan April. Kondisi ini membuat pelaku pasar cenderung berhati-hati dalam melakukan transaksi.
"IHSG diperkirakan menguji level psikologis 7.000 pada perdagangan Kamis (15/5)," ujar Senior Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan. Pernyataan ini mencerminkan ekspektasi pasar terhadap fluktuasi IHSG yang masih dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal.
Perkembangan Ekonomi Global dan Dampaknya terhadap IHSG
Selain data neraca perdagangan domestik, sejumlah perkembangan ekonomi global juga turut mempengaruhi pergerakan IHSG. Salah satunya adalah rilis data The Producer Price Index (PPI) AS periode April 2025, yang diperkirakan naik menjadi 0,2 persen month to month (mtm). Kenaikan ini mengindikasikan pemulihan sektor produksi atau manufaktur di Amerika Serikat.
Investor juga mencermati kunjungan Presiden AS Donald Trump ke negara-negara Teluk dan komitmen investasi senilai 600 miliar dolar AS yang berhasil didapatkan dari Arab Saudi. Perkembangan ini berpotensi memberikan dampak positif terhadap perekonomian global, namun pengaruhnya terhadap IHSG masih perlu dipantau lebih lanjut.
Pidato Ketua The Fed Jerome Powell pada Konferensi Riset Thomas Laubach juga menjadi sorotan. Investor menantikan pernyataan Powell terkait tinjauan kerangka kebijakan, terutama setelah meredanya perang dagang antara China dan AS. Pernyataan Powell berpotensi memberikan sentimen positif atau negatif terhadap pasar saham global, termasuk IHSG.
Data Ekonomi Eropa dan Pergerakan Bursa Saham Global
Dari Eropa, pelaku pasar mengantisipasi rilis data GDP Growth Rate Preliminary periode kuartal I 2025 di Inggris. Pertumbuhan ekonomi Inggris diperkirakan melambat menjadi 1,2 persen (yoy), lebih rendah dari 1,5 persen (yoy) pada kuartal IV 2024. Perlambatan pertumbuhan ekonomi di negara-negara utama Eropa dapat memengaruhi sentimen investor global.
Penutupan bursa saham Wall Street pada Rabu (14/5) menunjukkan kinerja yang beragam. Indeks S&P 500 naik tipis 0,1 persen, Nasdaq Composite menguat 0,7 persen, sementara Dow Jones Industrial Average turun 0,2 persen. Pergerakan beragam ini menunjukkan adanya ketidakpastian di pasar saham global.
Bursa saham regional Asia pagi ini juga menunjukkan pergerakan yang beragam. Nikkei melemah 1,19 persen, Shanghai turun 0,31 persen, Kuala Lumpur melemah 0,12 persen, sementara Straits Times menguat 0,25 persen. Pergerakan beragam di bursa saham regional Asia mencerminkan kompleksitas faktor yang memengaruhi pasar saham global.
Secara keseluruhan, IHSG bergerak menguat di tengah sikap wait and see pelaku pasar. Antisipasi data neraca perdagangan Indonesia, perkembangan ekonomi global, dan pergerakan bursa saham global menjadi faktor-faktor kunci yang memengaruhi pergerakan IHSG pada hari ini. Kehati-hatian investor masih mendominasi, menunggu kepastian data ekonomi dan perkembangan geopolitik lebih lanjut.