Inovasi Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Kearifan Lokal: UPK Latih Ratusan Guru di Tanah Laut
Universitas PGRI Kalimantan (UPK) sukses melatih guru bahasa Inggris se-Tanah Laut dalam program Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Kearifan Lokal. Bagaimana metode ini meningkatkan kualitas pendidikan?
Tim dosen Universitas PGRI Kalimantan (UPK) telah sukses menyelenggarakan program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) yang inovatif. Program ini berfokus pada pengenalan dan pelatihan pembelajaran bahasa Inggris berbasis kearifan lokal lingkungan. Kegiatan ini melibatkan seratus guru bahasa Inggris dari berbagai sekolah di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan.
Pelatihan intensif ini berlangsung selama sepuluh sesi, dimulai sejak 19 Juli dan berakhir pada 2 Agustus 2025. Seluruh rangkaian kegiatan dilaksanakan di Aula SMAN 1 Pelaihari, sebuah lokasi strategis di pusat Kabupaten Tanah Laut. Inisiatif ini merupakan bagian dari hibah kompetitif yang diperoleh dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi melalui Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) tahun anggaran 2025.
Kegiatan ini dipimpin oleh Yasyir Fahmi Mubaraq, M.Pd., bersama anggota tim Tri Winindyasari Palupi, M.Pd., dan Hendera, M.Pd. Mereka didukung oleh mahasiswa dari Program Studi Pendidikan Biologi dan Pendidikan Bahasa Inggris. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas pengajaran bahasa Inggris dengan mengintegrasikan nilai-nilai budaya dan lingkungan setempat.
Meningkatkan Kompetensi dan Kesadaran Lingkungan
Pelatihan ini dirancang sebagai langkah strategis untuk memperkuat kualitas pembelajaran bahasa Inggris di wilayah Tanah Laut. Yasyir Fahmi Mubaraq menjelaskan bahwa program ini tidak hanya bertujuan meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun bahan ajar. Lebih dari itu, pelatihan ini mendorong integrasi nilai-nilai budaya, toleransi, dan kepedulian terhadap kelestarian alam ke dalam proses belajar-mengajar.
Melalui forum kolaboratif ini, para guru mendapatkan kesempatan untuk berbagi praktik terbaik. Mereka fokus pada pembelajaran kontekstual yang relevan dengan realitas sosial dan lingkungan peserta didik. Pendekatan ini memastikan bahwa materi yang diajarkan memiliki keterkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari siswa.
Yasyir juga menekankan pentingnya menjadikan bahasa Inggris sebagai sarana pembentukan karakter siswa. Bahasa Inggris tidak hanya dipandang sebagai keterampilan linguistik semata, tetapi juga sebagai alat untuk menanamkan nilai-nilai positif. Selain itu, peran pendidikan dalam mitigasi bencana turut disoroti, dengan keyakinan bahwa pendekatan pembelajaran berbasis alam dapat menumbuhkan kesadaran ekologis sejak dini.
Materi Inovatif dan Praktik Kontekstual
Pelatihan ini menyajikan beragam materi inovatif yang relevan dengan tujuan program. Materi yang diberikan mencakup urgensi integrasi kelokalan dalam pengajaran bahasa Inggris. Selain itu, dibahas pula aspek lingkungan sebagai upaya mitigasi bencana, serta metode integrasi lingkungan dalam pengajaran bahasa Inggris.
Sesi pelatihan juga melibatkan diskusi kelompok mengenai aspek lingkungan yang ada di Kabupaten Tanah Laut. Para peserta diajak untuk praktik menganalisis contoh integrasi kelokalan dalam pengajaran. Mereka juga berlatih menyusun bahan ajar berbasis lingkungan yang kontekstual.
Lebih lanjut, pelatihan ini membahas media pembelajaran berbasis lingkungan lokal. Studi kasus penggunaan kearifan lokal dalam pengajaran bahasa turut menjadi bagian penting. Pada sesi terakhir, para guru secara langsung mempraktikkan mengajar bahasa Inggris menggunakan pendekatan kearifan lokal lingkungan. Ini memastikan pemahaman teoritis dapat diterapkan secara praktis.
Dampak Positif dan Pengakuan Nasional
Kegiatan ini mendapatkan sambutan positif dari berbagai pihak, termasuk Badan Penjamin Mutu Pendidikan (BPMP) Provinsi Kalimantan Selatan. BPMP Kalsel memberikan pengakuan resmi berupa sertifikat 51 jam pelatihan (JP) bagi seluruh peserta. Sertifikat ini menjadi bukti komitmen guru dalam pengembangan diri profesional.
Ketua Tim Kerja Kemitraan BPMP Kalsel, Nurul Amini, menyatakan bahwa kegiatan ini sangat mendukung kebijakan pemerintah. Kebijakan tersebut terkait program belajar satu jam per minggu bagi guru untuk pengembangan diri. Program ini diterapkan oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) pada tahun 2025.
Fahri Ramadani, S.Pd., Ketua MGMP Bahasa Inggris SMA/MA se-Kabupaten Tanah Laut, mengakui bahwa pelatihan ini membawa warna baru. Menurutnya, pendekatan berbasis kearifan lokal dan lingkungan sangat relevan dengan kebutuhan zaman. Pendekatan ini juga efektif dalam membangun kesadaran budaya serta lingkungan pada peserta didik.
Salah satu peserta, Maulidia Fauzia, S.Pd., guru Bahasa Inggris dari Pelaihari, mengungkapkan rasa terbantunya. Ia merasa mendapatkan inspirasi untuk membuat bahan ajar yang kontekstual. Selain itu, pelatihan ini juga membuka ruang diskusi yang berharga dengan sesama guru, memperkaya wawasan mereka tentang integrasi nilai lokal dan lingkungan dalam pembelajaran bahasa Inggris.