Kerja Sama RI-Saint Lucia: Dorong Wirausaha Kelapa dan Buka Peluang Ekonomi Baru
Indonesia dan Saint Lucia perkuat kerja sama pengolahan kelapa melalui pelatihan SDM dan pembangunan inkubator bisnis, menciptakan peluang ekonomi baru di sektor agro.
Indonesia dan Saint Lucia, sebuah negara di kawasan Karibia, resmi memperkuat kerja sama dalam pengolahan kelapa. Kerja sama ini diwujudkan melalui program pelatihan sumber daya manusia (SDM) yang bertujuan mencetak wirausahawan baru di industri pengolahan kelapa. Inisiatif ini diumumkan pada tanggal 15 Mei 2025 di Jakarta, dalam pertemuan antara Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDM) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Masrokhan dan Duta Besar Saint Lucia untuk Indonesia, Menissa Rambally. Kerja sama ini diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah komoditas kelapa di kedua negara dan menciptakan lapangan kerja baru.
Pelatihan kompetensi SDM yang telah dilaksanakan secara daring pada 11-12 September 2023 dan secara langsung pada 23 Mei hingga 5 Juni 2024 di Padang, Sumatera Barat, diikuti oleh 19 peserta dari sembilan negara, termasuk dua peserta dari Saint Lucia. Langkah ini merupakan bagian dari upaya untuk memberdayakan masyarakat dan meningkatkan perekonomian lokal melalui pengembangan industri kelapa. Program ini juga sejalan dengan upaya pemerintah Indonesia untuk mendorong hilirisasi dan industrialisasi, meningkatkan nilai tambah produk dalam negeri, dan memperkuat sektor agro yang berkontribusi signifikan pada perekonomian nasional.
Kemenperin melihat potensi besar dalam pengembangan industri kelapa di Saint Lucia. Kelapa, sebagai komoditas yang melimpah di Saint Lucia, selama ini hanya dimanfaatkan untuk produksi minyak kelapa. Kerja sama ini membuka peluang untuk mengolah kelapa menjadi produk turunan lainnya yang bernilai tambah lebih tinggi, sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat Saint Lucia. Hal ini sejalan dengan komitmen Saint Lucia untuk memperluas investasi di sektor agro dan memberdayakan wirausahawan muda.
Pengembangan Inkubator Bisnis dan Mini Plant
Sebagai tindak lanjut pelatihan, BPSDM Kemenperin berencana mengembangkan inkubator bisnis produk kelapa dan turunannya di Saint Lucia. Studi kelayakan (feasibility study) akan dilakukan pada 7-22 Juni 2025 untuk memetakan kebutuhan Saint Lucia dan Guyana dalam pembangunan inkubator bisnis ini. Tujuannya adalah untuk menciptakan sistem yang berkelanjutan dalam mencetak wirausahawan di sektor pengolahan kelapa.
Selain inkubator bisnis, Kemenperin juga berencana membangun mini plant pengolahan kelapa di Saint Lucia dengan dukungan dari Food and Agriculture Organization (FAO), badan PBB bidang pangan. Pembangunan mini plant ini diharapkan dapat mempercepat proses transfer teknologi dan pengetahuan dalam pengolahan kelapa yang efisien dan ramah lingkungan. Dengan adanya mini plant, diharapkan Saint Lucia dapat memproses kelapa secara optimal dan menghasilkan produk-produk turunan dengan kualitas tinggi.
"Bagi kami, kelapa merupakan komoditas yang sangat berharga," kata Duta Besar Saint Lucia, Menissa Rambally. "Jadi, kerja sama dengan Kemenperin ini sangat berarti bagi kami untuk dapat membangun kembali industri kelapa yang lesu, membuat kami dapat melihat manfaat lain dari kelapa, dan tentunya mendukung sektor agro di negara kami." Ia juga menambahkan bahwa Saint Lucia telah memberikan mandat untuk memperluas investasi terhadap wiraswasta dan pelaku usaha muda, terutama di sektor agro.
Kemenperin juga melihat potensi kerja sama di sektor lain, seperti pengolahan sukun dan sargassum. Sargassum, sejenis rumput laut, memiliki potensi untuk diolah menjadi biodiesel, bioetanol, bahkan pupuk. Pengembangan sektor-sektor ini dapat memperluas peluang ekonomi dan meningkatkan ketahanan pangan di kedua negara.
Dukungan Pemerintah Indonesia
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita memberikan apresiasi terhadap kerja sama ini. Ia menyatakan bahwa kerja sama tersebut sejalan dengan program prioritas pemerintah, khususnya dalam melanjutkan hilirisasi dan industrialisasi untuk meningkatkan nilai tambah di dalam negeri. Industri agro, menurutnya, merupakan sektor yang memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional.
Data menunjukkan bahwa neraca perdagangan internasional untuk industri agro pada tahun 2024 menunjukkan hasil positif, dengan nilai ekspor mencapai 67,08 miliar dolar AS dan volume 67,07 juta ton. Realisasi investasi di sektor agro juga mencapai angka yang signifikan, yaitu Rp206,3 triliun dari Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).
Kerja sama Indonesia-Saint Lucia dalam pengolahan kelapa ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi kerja sama antarnegara dalam pengembangan sektor agro. Dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam secara optimal dan memberdayakan masyarakat, kerja sama ini berpotensi besar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memperkuat perekonomian kedua negara.