Lagu "Mesem": Simbol Kesetaraan dari Situbondo untuk Kaum Difabel
Sanggar Seni Nusantara Rhytem Situbondo menciptakan lagu "Mesem", sebuah karya musik yang menyimbolkan kesetaraan dan inklusi bagi kaum difabel, mendapat dukungan dari Kemenbud.
Situbondo, 25 April 2024 (ANTARA) - Sebuah karya musik berjudul Mesem (senyum dalam bahasa Madura) telah diluncurkan di Situbondo, Jawa Timur. Lagu ciptaan Ali Gardy Rukmana dari Sanggar Seni Nusantara Rhytem ini menjadi simbol kesetaraan dan inklusi, khususnya bagi kaum difabel. Karya ini mendapat dukungan penuh dari Kementerian Kebudayaan (Kemenbud).
Mesem, yang dimaknai sebagai bahasa universal yang dipahami semua orang terlepas dari latar belakang bahasa atau kemampuannya, lahir dari kesadaran akan kebutuhan representasi bagi kaum difabel. Ali Gardy menjelaskan, "Dimana setiap orang dengan latar belakang bahasa apapun, termasuk difabel maupun non-difabel pasti mengerti arti dari senyum," ujarnya usai peluncuran lagu tersebut.
Ide pembuatan lagu ini muncul dari pemikiran bahwa senyum merupakan bentuk komunikasi yang mudah dipahami semua orang, termasuk mereka yang memiliki keterbatasan pendengaran, penglihatan, atau fisik. Senyum, menurut Ali Gardy, ibarat mantra yang mudah dilakukan dan mampu berbagi energi positif tanpa memandang perbedaan.
Lagu Mesem: Sebuah Karya Musik Inklusif
Lagu Mesem dibangun di atas konsep kesetaraan dan organologi bunyi. Liriknya sederhana namun sarat makna, menyentuh hati dan mudah diingat. Proses pembuatan lagu ini dimulai pada tahun 2021 di masa pandemi, awalnya dalam bentuk instrumental dan sempat terhenti karena peristiwa duka yang dialami Ali Gardy. Namun, berkat dukungan teman-temannya, lagu ini akhirnya dapat diselesaikan.
Ali Gardy berharap Mesem dapat menjadi alternatif seperti lagu-lagu populer lainnya yang dinyanyikan bersama, membawa misi kesetaraan dan menghapus perbedaan antara difabel dan non-difabel. Ia terinspirasi oleh lagu-lagu D'Masiv yang dinyanyikan bersama oleh masyarakat Indonesia.
Proses kreatif lagu ini juga melibatkan eksplorasi instrumen musik tradisional, sesuai dengan komitmen Sanggar Seni Nusantara Rhytem dalam mengampanyekan budaya nusantara.
Lagu ini didedikasikan khusus untuk kaum disabilitas, sebagai bentuk apresiasi dan dukungan terhadap inklusi sosial.
Apresiasi dari Pelopor Peduli Disabilitas Situbondo (PPDiS)
Ketua PPDiS, Luluk Ariyantiny, memberikan apresiasi tinggi atas karya musik Mesem. Ia menilai bait-bait lagu tersebut, meskipun sederhana, sangat mengena dan mampu menyampaikan pesan kesetaraan dengan efektif. Luluk berharap karya seni serupa akan terus muncul, memberikan ruang ekspresi dan apresiasi bagi kaum disabilitas.
Peluncuran lagu Mesem dihadiri oleh seniman dan kaum disabilitas, menandai komitmen nyata untuk menciptakan karya seni yang inklusif dan dapat dinikmati oleh semua kalangan.
Kehadiran Kemenbud dalam mendukung karya ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam mendorong kesenian yang inklusif dan mengangkat isu-isu sosial penting.
Lagu Mesem diharapkan dapat menginspirasi seniman lain untuk menciptakan karya yang lebih inklusif dan ramah bagi kaum difabel, serta mendorong terciptanya masyarakat yang lebih setara dan berempati.