Menag Harap Pesparani Perkuat Spiritualitas Umat di Tengah Globalisasi
Menteri Agama berharap Pesparani dapat memperkuat spiritualitas umat dan menjadi media penyucian jiwa di tengah tantangan globalisasi.
Jakarta, 11 Mei 2024 - Menteri Agama (Menag), Nasaruddin Umar, menyampaikan harapannya agar Pesta Paduan Suara Gerejani (Pesparani) dapat menjadi wadah untuk memperkuat spiritualitas dan pembinaan jiwa umat. Beliau menekankan bahwa nyanyian rohani bukan hanya sekadar ajang syiar, melainkan juga bentuk penghayatan iman yang mendalam. Pernyataan ini disampaikan Menag saat membuka Musyawarah Nasional (Munas) III Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesparani Katolik Nasional (LP3KN) di Jakarta.
Menag Nasaruddin Umar menjelaskan, "Pesparani bukan hanya ajang syiar, tapi sebuah penghayatan. Nyanyian suci dapat melembutkan jiwa kita yang mulai mengeras akibat kerasnya kehidupan dan pengaruh virus globalisasi." Beliau melihat kegiatan keagamaan seperti Pesparani sebagai media penyucian jiwa, bukan sekadar perayaan biasa. Lebih lanjut, Menag mengingatkan bahwa menjauhnya seseorang dari nilai-nilai agama akan membuka celah bagi berbagai permasalahan sosial.
Dalam sambutannya, Menag juga menekankan pentingnya peran seni dalam memperkuat nilai-nilai keagamaan. Beliau menyatakan bahwa seni dan agama bersifat universal dan mempersatukan. Oleh karena itu, Menag mendorong agar ajaran agama dipadukan dengan seni yang membumi dan mampu menyentuh hati umat lintas budaya. "Di Indonesia, kita harus menjunjung tinggi seni. Agama manapun membutuhkan seni sebagai media dakwah dan pendekatan rohani," tegas Menag.
Munas III LP3KN: Merawat Persaudaraan untuk Gereja Bangsa
Munas III LP3KN yang mengangkat tema "Merawat Persaudaraan untuk Gereja Bangsa" diikuti oleh 217 peserta dari 38 delegasi LP3K daerah se-Indonesia. Ketua Panitia Munas, Reginal R. Capah, melaporkan bahwa munas ini menjadi ajang penting untuk merumuskan arah strategis organisasi dan memperkuat kolaborasi LP3KN dengan masyarakat. Meskipun mengakui adanya kekurangan, beliau optimistis bahwa acara tersebut akan berjalan lancar dan sukses berkat semangat gotong royong.
Pembukaan Munas diawali dengan Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Uskup Keuskupan Bogor, Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM, dan Uskup Sintang, Mgr. Valentinus Saeng, CP. Kedua uskup menekankan pentingnya menjadikan Pesparani sebagai pesta iman yang menyatukan umat Katolik seluruh Indonesia dalam semangat persaudaraan.
Pesan ini sejalan dengan ajakan Paus Fransiskus dan semangat Paus Leo XIV yang baru terpilih, yang menekankan pentingnya persaudaraan dan persatuan dalam keragaman. Hal ini menunjukkan bahwa Pesparani tidak hanya sekadar perlombaan paduan suara, tetapi juga sebagai sarana untuk memperkuat persatuan dan kesatuan umat Katolik di Indonesia.
Menag juga menambahkan bahwa LP3KN berperan sebagai “bengkel spiritualitas”, tempat memperbaiki jiwa yang rusak akibat pengaruh globalisasi. Hal ini menunjukkan keprihatinan Menag terhadap dampak negatif globalisasi terhadap nilai-nilai spiritualitas umat.
Pentingnya Seni dan Agama dalam Membangun Persatuan
Dalam konteks Indonesia yang majemuk, peran seni dan agama dalam membangun persatuan sangatlah penting. Pesparani, sebagai perpaduan antara seni dan agama, diharapkan dapat menjadi contoh nyata bagaimana seni dapat digunakan sebagai media dakwah dan pendekatan rohani yang efektif dan menyentuh hati. Kegiatan ini juga diharapkan dapat memperkuat ikatan persaudaraan antar umat Katolik di Indonesia.
Melalui Munas III LP3KN, diharapkan akan tercipta strategi yang lebih efektif dalam mengembangkan Pesparani sebagai media pembinaan spiritualitas dan persatuan umat. Dengan semangat gotong royong dan kolaborasi yang kuat, diharapkan Pesparani dapat terus berkontribusi dalam memperkuat nilai-nilai agama dan persatuan di Indonesia.
Pesparani, dengan demikian, tidak hanya menjadi ajang kompetisi, tetapi juga sebagai sarana untuk memperkuat spiritualitas, membangun persaudaraan, dan mempersatukan umat Katolik di Indonesia dalam keragaman.
Ke depannya, diharapkan Pesparani dapat terus berkembang dan menjadi wadah yang lebih inklusif dan efektif dalam memperkuat spiritualitas dan persatuan umat di tengah tantangan globalisasi.