Mengejar Rp2 Miliar: Kisah Sukses Brigade Pangan Mengelola Sawah Berteknologi di Tanah Laut
Brigade Pangan muda di Tanah Laut, Kalimantan Selatan, bertekad meraih Rp2 miliar dari sawah berteknologi modern. Simak strategi dan dukungan pemerintah di balik ambisi besar mereka!
Di tengah hamparan tanah yang kini hidup kembali, sekelompok petani muda yang tergabung dalam Brigade Pangan tengah merancang strategi ambisius. Mereka bertekad meraih target Rp2 miliar dari pengelolaan sawah berteknologi di Desa Ujung, Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Inisiatif ini menjadi harapan baru bagi swasembada pangan daerah dan nasional.
Dengan seragam rompi hijau bertuliskan "Brigade Pangan", para petani ini adalah garda terdepan dalam upaya modernisasi pertanian. Mereka berdiskusi serius di tepi lahan seluas 359 hektare yang disiapkan pemerintah, fokus pada pemanfaatan teknologi canggih. Keberhasilan proyek ini diharapkan membawa kebanggaan dan kesejahteraan signifikan bagi masyarakat lokal.
Kementerian Pertanian bersama Pemerintah Kabupaten Tanah Laut telah menetapkan Desa Ujung sebagai percontohan pertanian modern. Penanaman perdana direncanakan serentak dengan bulan Kemerdekaan RI, mencakup sekitar 230 hektare lahan. Setiap anggota Brigade Pangan berpotensi mendapatkan Rp40 juta per orang dalam satu kali masa panen.
Membangun Kekompakan dan Optimisme
Brigade Pangan Ujung Jaya, yang dipimpin oleh Ahmad Nawawi, memiliki mimpi besar untuk mencapai target pendapatan Rp2 miliar. Angka tersebut bukan sekadar hitungan di atas kertas, melainkan tujuan utama dari pengelolaan sawah berteknologi seluas 230 hektare. Setiap hari, mereka berjuang tanpa mengenal waktu, fokus pada musim tanam empat bulan yang menjadi panggung perjuangan.
Kekompakan tim menjadi modal sosial yang kuat, menguatkan rasa saling percaya di antara mereka. Brigade ini telah menerima berbagai mesin panen modern, seperti rotavator, traktor kecil, dan pompa air. Meskipun traktor roda empat masih menjadi impian, alat-alat yang ada kini membantu mempercepat proses pengolahan lahan.
Pada Agustus ini, tim brigade akan memulai penanaman padi di lahan seluas 230 hektare yang merupakan bagian dari total 359 hektare lahan. Penanaman simbolis telah dilakukan oleh Bupati Tanah Laut Rahmat Trianto bersama perwakilan Kementerian Pertanian. Hal ini menegaskan status Desa Ujung sebagai kawasan percontohan pertanian modern.
Inovasi Teknologi dan Dampak Lingkungan
Penerapan pertanian modern di Desa Ujung melibatkan penggunaan teknologi canggih, termasuk drone atau pesawat nirawak untuk menebar benih. Inovasi ini memungkinkan proses penanaman yang lebih efisien dan presisi. Selain itu, pada September, mereka akan melanjutkan penanaman di lahan optimasi (Oplah) seluas 230 hektare lainnya.
Muhammad Yusri (35), anggota Brigade Pangan Ujung Jaya, meyakini bahwa program Cetak Sawah Rakyat (CSR) ini memiliki manfaat ganda. Selain untuk sektor pertanian, program ini juga mampu memutus siklus kebakaran lahan tahunan yang sering terjadi di daerah rawa. Ini menjadi benteng hijau yang menahan api di musim kemarau.
Meskipun belum memiliki drone pribadi, tim sangat percaya pada teknologi bantuan pemerintah seperti mesin tanam dan pompa air. Alat-alat ini mempercepat langkah menuju panen yang sukses. Bagi mereka, target Rp40 juta per orang setiap panen adalah imbalan manis bagi perjuangan di atas lumpur.
Hubungan erat dengan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) juga menjadi jalur vital yang menjembatani kebutuhan lapangan dengan kebijakan. Arapik (50), petani senior dan anggota Brigade Pangan, kini menjadi penggerak impian panen Rp2 miliar. Dengan bantuan teknologi modern dan pemuda, ia dapat mempercepat olah tanah dan pemupukan secara optimal.
Dukungan Penuh Pemerintah untuk Pertanian Modern
Kementerian Pertanian memberikan dukungan penuh terhadap program ini, mulai dari pembukaan lahan hingga penyediaan sarana produksi dan alat mesin pertanian canggih. Mulyono, Penanggung Jawab Program Swasembada Pangan wilayah Kalimantan Selatan, menyebutkan traktor, rotavator, pompa air, hingga drone penanam benih sebagai "senjata utama". Peralatan ini merombak wajah persawahan tradisional menjadi lahan modern berdaya saing tinggi.
Selain bantuan alat, pelatihan manajemen usaha tani juga diberikan untuk membekali petani dengan pandangan bahwa pertanian adalah bisnis berkelanjutan. Petani muda tidak hanya menggarap tanah, tetapi juga mengelola modal, merancang strategi panen, dan memproyeksikan keuntungan. Semua diarahkan untuk membangun pertanian yang produktif dan menguntungkan.
Target ambisius program ini adalah mengubah lahan yang sebelumnya hanya ditanami sekali setahun menjadi tiga kali tanam. Jika tercapai, ketahanan pangan lokal akan menguat, stok beras nasional terjaga, dan peluang ekonomi desa akan tumbuh berlipat. Brigade Pangan menjadi garda terdepan dengan skala kerja mencapai 200 hektare per tim, termasuk optimasi lahan rawa.
Mewujudkan Perekonomian Berkelanjutan dan Swasembada Pangan
Pemerintah Kabupaten Tanah Laut menyadari bahwa masa depan daerah tidak bisa selamanya bergantung pada sumber daya mineral dan batu bara. Oleh karena itu, pertanian dan perkebunan ditempatkan sebagai penopang utama perekonomian masa depan. Generasi muda menjadi kunci dalam peralihan ini, dengan 83 kelompok Brigade Pangan aktif di wilayah tersebut.
Tanah Laut telah menerima sekitar 900 unit alat mesin pertanian modern dari Kementan, termasuk traktor, rotavator, dan drone. Selain hibah, pendampingan intensif juga diberikan untuk mengajarkan penggunaan, perawatan, dan perbaikan peralatan. Pengetahuan ini penting agar alat dapat dimanfaatkan dalam jangka panjang oleh petani milenial yang terbiasa dengan teknologi digital.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyatakan bahwa program Brigade Swasembada Pangan didukung anggaran Rp30 triliun untuk mewujudkan swasembada pangan. Setiap brigade, beranggotakan 15 orang, ditargetkan mengelola 200 hektare lahan padi. Total target nasional mencapai 1,3 juta hektare di 12 provinsi, termasuk Kalimantan Selatan.
Program ini juga menerapkan sistem bagi hasil, dengan 30 persen untuk pemilik lahan dan 70 persen untuk pengolah lahan atau petani milenial. Petani milenial yang tergabung berpeluang mendapatkan pendapatan hingga Rp15-20 juta per bulan dari budidaya padi. Brigade Pangan adalah langkah strategis untuk mengelola sawah dengan teknologi modern, meningkatkan pendapatan petani, serta memperkuat ketahanan pangan lokal dan nasional secara berkelanjutan.