Merajut Asa di Kota Tepian: Sekolah Rakyat Samarinda Buka Pintu Harapan Baru bagi Generasi Prasejahtera
Sekolah Rakyat Samarinda hadir sebagai oase pendidikan gratis bagi anak-anak prasejahtera di Kaltim, memberikan harapan baru dan memutus mata rantai kemiskinan.
Jari-jemari keriput Eri Suwiryo, seorang tukang kayu di Samarinda, kini tak lagi hanya memegang pahat dan gergaji. Ada seulas senyum tipis yang sering tersungging di bibirnya setiap kali memandang Nur Asyifa, cucu satu-satunya. Di rumah kayu mereka yang sederhana, secercah harapan baru mulai terpancar setelah Syifa diterima di jenjang SMA Sekolah Rakyat Samarinda.
Tak hanya Eri, Nurhaidah, seorang petani singkong, dan Bunga Tan, istri kuli bangunan, juga merasakan kelegaan serupa. Anak-anak mereka kini memiliki kesempatan mengenyam pendidikan tanpa beban biaya. Sekolah Rakyat hadir sebagai jawaban atas doa dan perjuangan keluarga prasejahtera di Kota Tepian.
Program Sekolah Rakyat Terintegrasi (SR) 24 Samarinda resmi membuka pintunya bagi 100 murid prasejahtera jenjang SMP dan SMA. Inisiatif ini bertujuan memutus mata rantai kemiskinan dengan menyediakan pendidikan berkualitas dan lingkungan yang suportif. Dimulai dengan adaptasi psikologis, sekolah ini bertekad membangun fondasi kuat bagi masa depan generasi muda.
Rumah Didik Murid Prasejahtera
Sekolah Rakyat Terintegrasi (SR) 24 Samarinda bukan sekadar lembaga akademis, melainkan sebuah rumah baru yang hangat bagi para siswanya. Berlokasi sementara di kompleks Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Kaltim, sekolah ini mengusung misi mulia. Sistem asrama penuh diterapkan untuk membangun rasa nyaman dan kesiapan mental siswa sebelum memulai pembelajaran formal.
Kepala Sekolah Rakyat Terintegrasi 24 Samarinda, Hasyim, menjelaskan bahwa kurikulum utama pada bulan-bulan pertama bukanlah matematika atau fisika, melainkan adaptasi dan pemulihan psikologis. Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di sini berlangsung tiga minggu hingga tiga bulan. Hal ini krusial untuk membangun fondasi psikologis sebelum memulai pembelajaran akademik formal.
Pemerintah menanggung sepenuhnya seluruh kebutuhan siswa, termasuk makan tiga kali sehari, makanan ringan, hingga delapan setel seragam gratis. Fasilitas ini membebaskan siswa dari kekhawatiran kebutuhan dasar, sehingga mereka bisa fokus pada proses belajar dan pengembangan diri. Setiap 10 siswa didampingi satu wali asuh, berperan sebagai mentor, sahabat, dan orang tua pengganti.
Pihak sekolah melakukan serangkaian tes awal untuk memetakan kemampuan dasar, kondisi kesehatan, serta minat dan bakat siswa. Pemetaan ini memungkinkan sekolah merancang intervensi personal dan tepat sasaran. SR 24 Samarinda membuktikan bahwa pendidikan bukan hanya soal transfer ilmu, tetapi juga tentang membangun manusia seutuhnya.
Mengukir Harapan Bersama Para Pendidik
Denyut Sekolah Rakyat baru mulai terasa di sebuah asrama yang terletak di dalam kompleks Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Kalimantan Timur. Sejak 31 Juli 2025, dua belas guru dari berbagai daerah telah menempati asrama ini. Mereka adalah pionir SR Terintegrasi 24 Samarinda yang siap memulai proses pendidikan pada 15 Agustus 2025.
Indra Bagus Yudistira, Wakil Kepala Pengembangan Mutu/Kurikulum, menjelaskan bahwa guru-guru mayoritas berasal dari luar Kaltim, sehingga disediakan asrama untuk memudahkan mereka. Proses belajar akan diawali dengan masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) ditambah program persiapan selama hampir tiga bulan. Tujuannya adalah menyatukan siswa dari latar belakang beragam dan membiasakan mereka dengan kehidupan berasrama.
Meskipun semangat membara, ada tantangan berupa kekurangan lima tenaga pengajar dari kebutuhan ideal 17 guru. Namun, pihak sekolah telah menyiapkan solusi dengan mengoptimalkan guru yang ada untuk mengajarkan beberapa mata pelajaran yang dinilai mampu. Proses rekrutmen tahap kedua masih bergulir untuk melengkapi formasi ideal.
Bidang studi vital seperti PPKN, Bahasa Inggris, Matematika, Biologi, TIK, serta Bahasa Indonesia dan IPS telah terisi. Nantinya, 100 siswa yang terdiri dari 50 siswa SMP dan 50 siswa SMA akan dibagi ke dalam empat rombongan belajar. Tanggal 15 Agustus bukan sekadar hari pertama sekolah, melainkan hari di mana asa dirajut dan dedikasi belasan guru bertemu dengan harapan 100 anak didik.
Tiga Rintisan Sekolah Rakyat di Kaltim
Harapan bagi pendidikan anak-anak dari keluarga miskin ekstrem di Kalimantan Timur kini mulai terwujud. Pemerintah Provinsi Kaltim secara serius menggarap program Sekolah Rakyat, sebuah inisiatif pemerintah pusat. Sebagai langkah awal, tiga lokasi di Samarinda telah disiapkan untuk memulai program ini pada tahun ajaran 2025-2026.
Kepala Dinas Sosial Kaltim, Andi Muhammad Ishak, menerangkan bahwa lokasi rintisan ini memanfaatkan fasilitas yang sudah ada. Gedung Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) adalah yang paling siap untuk jenjang SMP dan SMA. Sementara itu, gedung Balai Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BPVP) serta SMA Negeri 16 Samarinda juga akan membuka kelas untuk tingkat SD, SMP, hingga SMA.
Semua lokasi ini tidak hanya berfungsi sebagai sekolah, tetapi juga sebagai asrama bagi para siswanya. Program ini secara khusus menyasar anak-anak yang terdata dalam kategori sangat miskin (desil 1 dan 2). Ini adalah upaya konkret pemerintah dalam pemerataan akses pendidikan dan memutus rantai kemiskinan.
Pembangunan sekolah permanen yang lebih besar juga sudah di depan mata. Sebuah lahan di sekitar Stadion Utama Palaran, Samarinda, sedang dibangun. Sekolah ini nantinya dirancang untuk menampung hingga 1.000 siswa dari SD hingga SMA, dengan anggaran mencapai Rp210 miliar.