Pemkot Bandarlampung: Kepatuhan Minum Obat, Kunci Sembuh dari TBC
Pemkot Bandarlampung ungkap kepatuhan pasien dalam mengonsumsi obat TBC jadi kunci kesembuhan, dengan angka keberhasilan pengobatan mencapai 97 persen berkat obat kombinasi dosis tetap.
Pemerintah Kota (Pemkot) Bandarlampung menyatakan bahwa kepatuhan pasien dalam mengonsumsi obat merupakan faktor penentu kesembuhan penyakit Tuberkulosis (TBC). Hal ini disampaikan oleh Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandarlampung, Desti Mega Putri, pada Rabu, 14 Mei 2024 di Bandarlampung. Desti menekankan pentingnya kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan TBC yang melibatkan empat jenis obat sekaligus.
Desti Mega Putri menjelaskan bahwa pengobatan TBC yang efektif menggunakan kombinasi empat jenis obat: Isoniazid, Rifampisin, Pirazinamid, dan Ethambutol. Keempat obat ini kini telah diformulasikan menjadi satu tablet, yang disebut sebagai Obat Anti Tuberkulosis (OAT) atau Fixed Drug Combination (FDC). Inovasi ini bertujuan untuk mempermudah pasien dalam mengonsumsi obat dan meningkatkan kepatuhan pengobatan.
Dengan kemudahan mengonsumsi obat berkat inovasi OAT/FDC, Pemkot Bandarlampung berhasil mencapai angka keberhasilan pengobatan TBC hingga 97 persen. Hal ini menunjukkan dampak signifikan dari kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan. Desti menambahkan bahwa OAT/FDC tidak hanya memudahkan pasien, tetapi juga berkontribusi pada pengurangan jumlah bakteri Mycobacterium tuberculosis penyebab TBC, serta meringankan gejala seperti batuk, demam, dan penurunan berat badan.
Obat Kombinasi Dosis Tetap: Solusi untuk Tingkatkan Kepatuhan Pasien TBC
Penggunaan OAT/FDC dalam pengobatan TBC di Bandarlampung terbukti efektif meningkatkan kepatuhan pasien. Dengan hanya perlu mengonsumsi satu tablet, pasien merasa lebih mudah dan termotivasi untuk menyelesaikan pengobatan. Hal ini sangat penting karena kepatuhan pengobatan merupakan kunci utama dalam memberantas bakteri penyebab TBC dan mencegah penularan.
Menurut Desti, jumlah obat yang lebih sedikit berdampak positif terhadap kepatuhan pasien. Mereka lebih cenderung patuh pada jadwal pengobatan karena kemudahan yang ditawarkan oleh OAT/FDC. Dengan kepatuhan yang tinggi, proses penyembuhan akan lebih cepat dan efektif, serta meminimalisir risiko penularan ke orang lain.
Selain itu, OAT/FDC juga membantu mengurangi gejala TBC yang mengganggu pasien. Pengurangan gejala ini memberikan dampak positif terhadap kualitas hidup pasien dan meningkatkan semangat mereka untuk menyelesaikan pengobatan.
Keberhasilan pengobatan TBC di Bandarlampung juga didukung oleh strategi aktif yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan. Tim Puskesmas tidak hanya memberikan pelayanan di gedung, tetapi juga aktif melakukan skrining TBC dan kampanye pengobatan di masyarakat dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk Kelurahan dan Kecamatan.
Strategi Pemkot Bandarlampung dalam Penanggulangan TBC
Pemkot Bandarlampung telah menerapkan strategi komprehensif dalam penanggulangan TBC, yang tidak hanya berfokus pada pengobatan, tetapi juga pada pencegahan dan deteksi dini. Program skrining aktif di masyarakat membantu mendeteksi kasus TBC sejak dini, sehingga pengobatan dapat segera dimulai dan mencegah penularan lebih lanjut.
Keterlibatan lintas sektor, seperti Kelurahan dan Kecamatan, juga sangat penting dalam keberhasilan program ini. Kerjasama yang baik antara Dinas Kesehatan dengan pemerintah daerah tingkat bawah memastikan jangkauan program lebih luas dan efektif.
Dengan pendekatan yang komprehensif dan inovatif ini, Pemkot Bandarlampung berhasil menekan angka kasus TBC dan meningkatkan angka keberhasilan pengobatan. Program ini menjadi contoh baik bagi daerah lain dalam upaya penanggulangan TBC.
Keberhasilan ini menunjukkan bahwa dengan kombinasi inovasi pengobatan, strategi yang tepat, dan kepatuhan pasien, penyakit TBC dapat dikendalikan dan bahkan diberantas. Program ini menjadi bukti nyata bahwa kerjasama dan komitmen dari berbagai pihak sangat penting dalam upaya kesehatan masyarakat.
Ke depan, Pemkot Bandarlampung diharapkan dapat terus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan memperluas jangkauan program penanggulangan TBC agar lebih banyak masyarakat yang terbantu dan terbebas dari penyakit ini. Dengan demikian, Bandarlampung dapat menjadi contoh bagi kota-kota lain dalam upaya menciptakan lingkungan yang sehat dan bebas dari TBC.