Pendidikan Humanis di Rote: Merawat Mimpi Lewat Kepercayaan Diri
Rote Hospitality Academy di Nusa Tenggara Timur menerapkan pendidikan humanis yang menekankan kepercayaan diri dan potensi siswa, bukan paksaan, demi mencetak generasi masa depan yang tangguh dan bermartabat.
Apa, Siapa, Di mana, Kapan, Mengapa, dan Bagaimana? Di Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT), sebuah pendekatan pendidikan humanis tengah diterapkan di Rote Hospitality Academy oleh Nora Bawazier. Pada Mei 2023, Nora memulai inisiatif ini untuk mengatasi sistem pendidikan yang terlalu menekankan disiplin dan kontrol, yang dianggapnya menghambat potensi siswa. Ia percaya pendidikan seharusnya membangun hati dan pikiran, menumbuhkan rasa ingin tahu, keberanian, dan kekuatan untuk bangkit. Metode ini dipilih karena sistem pendidikan konvensional dinilai terlalu kaku dan kurang memberi ruang bagi perkembangan potensi anak muda di Indonesia bagian timur.
Pendekatan yang diterapkan Nora berbeda dari sistem pendidikan konvensional yang kaku. Alih-alih hukuman dan aturan ketat, Rote Hospitality Academy menciptakan lingkungan belajar yang hangat dan suportif. Para siswa didorong untuk mengeksplorasi potensi diri, bukan sekadar menghafal materi. Inisiatif ini penting karena mencerminkan kebutuhan akan pendekatan baru dalam pendidikan Indonesia, yang lebih menekankan pada pengembangan karakter dan potensi individu.
Rote Hospitality Academy menjadi contoh nyata pendidikan yang memanusiakan. Lembaga ini tidak hanya fokus pada keterampilan perhotelan, tetapi juga membangun kepercayaan diri dan kesadaran akan nilai-nilai pribadi siswa. Nora Bawazier, sebagai direktur, berperan sebagai pendamping, bukan sebagai pemimpin otoriter. Ia percaya bahwa pendidikan yang dilakukan dengan hati akan menciptakan ruang dialog antara guru dan murid, masa lalu dan masa depan, sehingga menghasilkan generasi yang lebih tangguh dan bermartabat.
Membangun Kepercayaan Diri Melalui Pendidikan Humanis
Rote Hospitality Academy menekankan pentingnya kepercayaan diri dalam proses belajar. Siswa tidak dipaksa untuk patuh, melainkan ditantang untuk mengenali dan mengembangkan potensi mereka. Menurut Nora, "Ketika siswa mulai mempercayai kemampuan mereka untuk belajar, beradaptasi, dan tumbuh, mereka akan menghadapi tantangan bukan dengan rasa takut, tetapi dengan antusiasme. Mereka menjadi pembelajar yang tangguh, berani mencoba, jatuh, dan bangkit kembali." Hal ini menciptakan lingkungan belajar yang positif dan memotivasi siswa untuk berkembang.
Kurikulum di Rote Hospitality Academy dirancang untuk mengembangkan kemampuan siswa secara holistik. Selain keterampilan perhotelan, program ini juga menekankan pentingnya kearifan lokal, seperti keramahtamahan. Keramahtamahan bukan hanya sekadar kemampuan menyapa tamu dengan sopan, tetapi juga mencakup kepekaan terhadap kebutuhan orang lain, ketulusan dalam memberi pelayanan, dan rasa hormat terhadap perbedaan. Nilai-nilai ini diintegrasikan ke dalam proses pembelajaran, sehingga siswa tidak hanya menguasai keterampilan teknis, tetapi juga memiliki karakter yang baik.
Sukses Rote Hospitality Academy tidak bergantung pada fasilitas mewah, tetapi pada hubungan yang berkualitas antara guru dan siswa. Para pendidik di akademi ini menjadi teladan bagi siswa, menyapa dengan empati, membuka ruang diskusi tanpa menghakimi, dan hadir sebagai cermin karakter yang baik. Lingkungan yang aman dan suportif ini memungkinkan siswa untuk belajar dari kesalahan dan tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik.
Pendidikan sebagai Percakapan yang Membebaskan
Pendidikan di Rote Hospitality Academy bukan instruksi satu arah, melainkan percakapan yang membebaskan. Ini menciptakan ruang belajar yang mempercayai potensi siswa, bukan sistem yang mengontrol dan menekan. Metode ini terbukti efektif dalam membangun kepercayaan diri dan potensi siswa, menghasilkan lulusan yang siap menghadapi tantangan masa depan.
Transformasi yang diharapkan Nora Bawazier tidak hanya sebatas peningkatan keterampilan kerja lulusan. Ia berharap para siswa dapat mengenal diri mereka sendiri, berani bermimpi besar, dan mencapai mimpi tersebut dengan jalan yang bermartabat. Contohnya, seorang anak muda yang tadinya takut bicara kini mampu memandu tamu asing dengan percaya diri, atau seorang remaja yang tumbuh dalam keterbatasan kini berani bermimpi memiliki usaha pariwisata sendiri.
Model pendidikan di Rote Hospitality Academy memberikan pelajaran berharga bagi sistem pendidikan Indonesia. Masa depan bangsa tidak dapat dibentuk dengan cara-cara lama yang menekan dan menyeragamkan. Pendidikan yang menekankan hasil tanpa merawat proses akan gagal menjawab tantangan zaman. Sebaliknya, pendidikan yang memberi ruang bagi rasa ingin tahu dan keberanian akan melahirkan generasi yang siap membentuk dunia baru.
Nora Bawazier menyimpulkan, "Kita harus bertanya pada diri sendiri tentang masa depan seperti apa yang ingin kita ciptakan? Masa depan yang dibentuk oleh ketakutan dan ketaatan, atau masa depan yang diinspirasi oleh cinta, keberanian, dan rasa ingin tahu? Jawabannya terletak pada bagaimana kita memilih untuk mengajar, bukan dengan paksaan, tetapi dengan cahaya." Rote Hospitality Academy membuktikan bahwa mendidik bukan soal metode, tetapi tentang niat dan keberpihakan pada martabat manusia dan potensi lokal.