Percepat Eksploitasi Migas, Target APBN 2025 dalam Bahaya?
Menteri ESDM meminta KKKS Eni percepat eksploitasi Blok North Ganal demi memenuhi target lifting migas nasional di tahun 2025 untuk APBN, seiring defisit minyak yang signifikan.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mendesak kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) minyak dan gas bumi, Eni, untuk mempercepat eksploitasi Blok North Ganal. Permintaan ini disampaikan langsung oleh Menteri Bahlil saat meninjau Fasilitas Penerimaan Darat (ORF) Jangkrik di Kalimantan Timur pada Kamis, 1 Mei 2025. Percepatan eksploitasi ini bertujuan untuk meningkatkan lifting migas nasional dan memenuhi target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025.
Apa yang menjadi latar belakang permintaan percepatan eksploitasi ini? Siapa yang terlibat? Di mana kegiatan ini berlangsung? Kapan permintaan disampaikan? Mengapa percepatan ini penting? Dan bagaimana cara percepatan ini akan dilakukan? Jawabannya adalah kebutuhan mendesak untuk meningkatkan produksi migas nasional guna menutup defisit yang cukup besar, yang melibatkan Menteri ESDM, KKKS Eni, dan berlangsung di Kalimantan Timur pada 1 Mei 2025. Percepatan ini penting karena target APBN 2025 terancam tidak tercapai. Eni diharapkan dapat mempercepat proses eksploitasi yang semula dijadwalkan pada 2029 menjadi 2028.
Percepatan eksploitasi Blok North Ganal diperkirakan akan memberikan tambahan produksi sebesar 1.500 juta metrik standar kaki kubik per hari (MMSCFD) gas dan 90.000 barel oil equivalent per day (BOEPD) kondensat. Hal ini diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan lifting migas nasional. Eni sendiri telah memulai pembangunan infrastruktur untuk eksplorasi Blok North Ganal sejak disetujuinya rencana pengembangan lapangan (POD) oleh SKK Migas pada 17 Agustus 2024, dengan rencana operasi dimulai pada tahun 2025. Penemuan Blok North Ganal ini menjadikan Eni sebagai salah satu penghasil gas terbesar di dunia dengan potensi cadangan 5 triliun kaki kubik (TCF).
Eksploitasi Cepat Blok North Ganal dan Target APBN 2025
Target lifting migas nasional yang tercantum dalam Undang-Undang APBN 2025 adalah 605.000 barel minyak per hari (BOPD) dan 1,01 juta barel setara minyak per hari (BOEPD) gas. Namun, realisasinya saat ini masih jauh dari target. Produksi minyak baru mencapai 580.000 BOPD, sementara konsumsi nasional mencapai 1,5 juta BOPD, sehingga terdapat defisit hampir 1 juta BOPD. Kondisi ini menjadi alasan utama di balik desakan percepatan produksi migas.
Selain meninjau fasilitas ORF Jangkrik, Menteri Bahlil juga meninjau South Processing Unit (SPU) yang dikelola PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM). SPU ini berperan penting dalam mengolah gas dan minyak dari Blok Mahakam dan blok-blok KKKS lain di Selat Makassar bagian selatan. Gas hasil olahan dikirim ke Bontang, sedangkan minyak dikirim ke Kilang Balikpapan.
PHM juga berupaya meningkatkan produksi dengan mereaktivasi sumur-sumur tua dan menerapkan metode perawatan seperti injeksi air dan bahan kimia untuk meningkatkan produksi minyak. Upaya ini terbukti efektif dalam mempertahankan lifting, seperti yang terlihat pada rata-rata lifting minyak dan kondensat PHM sebesar 25.000 barel per hari dan 399 MMSCFD gas per hari hingga Maret 2025.
Tantangan dan Solusi Peningkatan Lifting Migas
Defisit produksi migas yang signifikan menjadi tantangan besar bagi Indonesia. Pemerintah berupaya mengatasi hal ini melalui berbagai strategi, termasuk percepatan eksploitasi Blok North Ganal oleh Eni. Langkah ini diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dalam memenuhi target APBN 2025 dan mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor migas.
Selain percepatan eksploitasi, pemerintah juga mendorong peningkatan efisiensi dan optimalisasi produksi di lapangan-lapangan migas yang sudah ada. Kerja sama dengan KKKS dan perusahaan migas lainnya juga menjadi kunci dalam mencapai target lifting migas nasional. Dengan berbagai upaya ini, diharapkan Indonesia dapat mengurangi defisit migas dan meningkatkan ketahanan energi nasional.
Percepatan produksi migas tidak hanya penting untuk memenuhi target APBN, tetapi juga untuk menjamin ketahanan energi nasional. Indonesia harus mampu memenuhi kebutuhan energi dalam negerinya sendiri agar tidak terlalu bergantung pada impor dan terdampak fluktuasi harga minyak dunia. Oleh karena itu, upaya percepatan eksploitasi dan optimalisasi produksi migas merupakan langkah strategis yang perlu didukung oleh semua pihak.
Keberhasilan dalam meningkatkan lifting migas akan berdampak positif pada perekonomian Indonesia. Peningkatan pendapatan negara dari sektor migas akan berkontribusi pada pembangunan infrastruktur dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah terus berupaya untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi pengembangan sektor migas di Indonesia.