PPA Garut Bantu Pemulihan Trauma Dua Anak Usia 10 Tahun Pasca Kericuhan di Pendopo
UPTD PPA Garut menerjunkan tim untuk bantu pemulihan trauma dua anak usia 10 tahun yang terdampak kericuhan di Pendopo. Bagaimana kondisi mereka sekarang?
Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Kabupaten Garut bergerak cepat dalam menangani dampak psikologis insiden kericuhan pesta rakyat di Pendopo Garut. Tim khusus telah diterjunkan untuk melakukan pemulihan trauma pada dua anak yang terlibat dalam peristiwa tersebut. Langkah ini diambil guna mencegah trauma berkepanjangan pada korban yang masih berusia sangat muda.
Kedua anak yang menjadi fokus penanganan UPTD PPA Garut ini adalah teman bermain dari anak yang meninggal dunia dalam insiden tragis pada Jumat (18/7) siang. Peristiwa kericuhan di gerbang Pendopo Garut tersebut menyebabkan banyak warga pingsan dan menelan korban jiwa, termasuk salah satu teman dari kedua anak ini. Keterlibatan langsung dalam insiden memilukan ini meninggalkan jejak emosional yang mendalam bagi mereka.
Kepala UPTD PPA pada Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Kabupaten Garut, Santi Susanti, menyampaikan bahwa kedua anak berusia 10 tahun tersebut kini menjalani proses pemulihan. Penanganan ini merupakan respons cepat pemerintah daerah untuk memastikan kesehatan mental anak-anak yang terdampak. Fokus utama adalah mengembalikan kondisi psikologis mereka agar dapat beraktivitas normal kembali.
Upaya UPTD PPA Garut dalam Penanganan Trauma Anak
UPTD PPA Garut telah menerjunkan tim psikolog profesional untuk memberikan pendampingan dan pemulihan trauma kepada kedua anak tersebut. Santi Susanti menjelaskan bahwa salah satu anak merupakan warga Garut, sementara anak lainnya berasal dari Tasikmalaya. Penanganan terhadap anak asal Tasikmalaya telah dirujuk ke Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) PPA di daerah asalnya untuk mendapatkan penanganan lanjutan yang lebih komprehensif.
Proses asesmen awal telah dilakukan oleh tim psikolog untuk mengidentifikasi tingkat trauma yang dialami oleh masing-masing anak. Untuk anak warga Garut, kondisinya menunjukkan perkembangan positif dan tidak lagi mengalami trauma berat. Hal ini menunjukkan efektivitas intervensi awal yang diberikan oleh tim UPTD PPA Garut dalam mendukung pemulihan psikologisnya.
Namun, anak yang berasal dari Tasikmalaya memerlukan pemulihan lebih lanjut karena tingkat traumanya yang lebih dalam. Kasus ini menjadi perhatian khusus bagi UPTD PPA, yang berkoordinasi dengan pihak terkait di Tasikmalaya untuk memastikan anak tersebut mendapatkan dukungan psikologis yang memadai. Penanganan lintas daerah ini menunjukkan komitmen dalam memberikan perlindungan maksimal bagi anak-anak.
Dampak Psikologis pada Anak dan Imbauan Kewaspadaan
Santi Susanti mengungkapkan bahwa sesaat setelah kejadian kericuhan, anak yang berasal dari Tasikmalaya menunjukkan gejala trauma yang signifikan. Anak tersebut mengalami rasa takut yang mendalam dan merasa tidak nyaman setiap kali melihat Alun-Alun Garut atau daerah sekitar Pendopo. Kondisi ini menunjukkan bagaimana peristiwa traumatis dapat memengaruhi persepsi dan emosi anak terhadap lingkungan sekitarnya.
Lebih lanjut, anak tersebut juga merasakan stres dan rasa bersalah yang kuat atas insiden yang terjadi pada temannya. Gejala seperti ini memerlukan penanganan psikologis yang berkelanjutan untuk membantu anak memproses emosinya dan mengatasi perasaan negatif. Dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitar juga sangat krusial dalam proses pemulihan trauma anak.
Menyikapi insiden ini, Santi Susanti berharap kejadian tersebut menjadi pelajaran berharga bagi seluruh pihak. Ia mengimbau masyarakat untuk lebih berhati-hati dan menghindari kerumunan orang yang berisiko membahayakan anak-anak. Acara yang melibatkan banyak orang dan berpotensi menimbulkan kericuhan sebaiknya dihindari, terutama jika membawa serta anak-anak, demi keselamatan dan perlindungan mereka dari potensi bahaya.