Tahukah Anda? Karhutla Dominasi Bencana Alam di Babel Selama Juli 2025, Capai 12,7 Hektare!
BPBD Babel melaporkan, Karhutla Babel menjadi bencana alam paling dominan pada Juli 2025, dengan 6 dari 9 kejadian. Apa penyebab utama dan bagaimana dampaknya?
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) merilis data terbaru. Bencana alam yang terjadi di wilayah tersebut selama bulan Juli 2025 didominasi oleh kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Fenomena ini menjadi perhatian serius bagi pemerintah daerah dalam upaya mitigasi.
Menurut Plt Kepala Pelaksana BPBD Kepulauan Babel, Ari Primajaya, dari total sembilan kejadian bencana alam, enam di antaranya merupakan peristiwa karhutla. Kondisi cuaca panas ekstrem di Babel diyakini menjadi pemicu utama peningkatan kasus ini. Luas lahan yang terdampak mencapai 12,7 hektare.
Kejadian karhutla ini tersebar di beberapa lokasi, termasuk Belitung Timur, Bangka Tengah, dan Bangka Barat. Selain karhutla, tiga bencana lainnya adalah angin puting beliung. Data ini menunjukkan urgensi penanganan masalah kebakaran lahan di wilayah tersebut secara komprehensif.
Penyebaran dan Dampak Karhutla di Babel
Data BPBD Kepulauan Babel menunjukkan bahwa enam insiden karhutla terjadi di berbagai titik strategis. Lokasi-lokasi tersebut meliputi Desa Suka Damai, Desa Tugu Batu Itam, dan Desa Pembaharuan di Kabupaten Belitung Timur. Selain itu, Desa Penyak di Kabupaten Bangka Tengah serta Desa Lalang Jaya, Belitung Timur, juga menjadi lokasi terdampak.
Total luas lahan yang hangus akibat kebakaran ini mencapai 12,7 hektare. Kabupaten Belitung Timur tercatat sebagai wilayah dengan dampak terluas, mencerminkan kerentanan ekosistemnya. Angka ini menyoroti kerentanan ekosistem lokal terhadap kondisi kekeringan dan aktivitas manusia yang tidak terkontrol.
Sebagai perbandingan, tiga bencana alam lain yang tercatat pada periode yang sama adalah angin puting beliung. Kejadian ini melanda Desa Mislak, Desa Kelabet, dan Desa Berang di Kabupaten Bangka Barat. Meskipun demikian, dominasi karhutla tetap menjadi sorotan utama dalam laporan BPBD.
Penyebab Utama dan Imbauan Pencegahan Karhutla Babel
Ari Primajaya menjelaskan bahwa frekuensi tinggi Karhutla Babel, khususnya di Belitung Timur, tidak lepas dari kebiasaan masyarakat setempat. Praktik pembukaan lahan dengan cara membakar masih sering ditemukan. Meskipun beberapa petani mengklaim menjaga api, risiko penyebaran tetap tinggi dan sulit diprediksi.
BPBD menggarisbawahi bahwa pembakaran lahan tanpa pengawasan ketat sangat berbahaya, terutama di musim kemarau. Kondisi cuaca panas ekstrem disertai angin kencang mempercepat penyebaran api. Semak belukar yang mengering menjadi bahan bakar yang mudah terbakar, membuat api sulit dikendalikan oleh petugas.
Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk tidak melakukan pembakaran lahan secara sembarangan. Larangan juga berlaku untuk membuang puntung rokok sembarangan dan membakar sampah tanpa pengawasan. Langkah-langkah pencegahan ini krusial untuk menghindari kerugian yang lebih besar bagi lingkungan dan masyarakat.
Potensi kebakaran hutan dan lahan yang lebih luas sangat tinggi jika imbauan ini diabaikan. Api dapat dengan cepat merambat, mengancam permukiman dan ekosistem yang ada di sekitarnya. Kesadaran kolektif menjadi kunci dalam upaya mitigasi bencana ini di masa mendatang untuk menjaga kelestarian alam.