Tahukah Anda? Kemiskinan Perdesaan NTB Turun Drastis Berkat Peningkatan Produksi Pangan
Angka Kemiskinan Perdesaan NTB menunjukkan penurunan signifikan pada Maret 2025. Apa faktor utama di balik kabar baik ini?
Badan Pusat Statistik (BPS) Nusa Tenggara Barat (NTB) melaporkan kabar baik terkait penurunan jumlah penduduk miskin di wilayah perdesaan. Sebanyak 18.970 orang berhasil keluar dari garis kemiskinan pada Maret 2025. Angka ini menandai perubahan positif dari 319.860 orang pada September 2024 menjadi 300.890 orang.
Penurunan signifikan ini membawa persentase penduduk miskin perdesaan dari 12,21 persen menjadi 11,51 persen. Fenomena ini kontras dengan kondisi kemiskinan di perkotaan NTB. Di sana, jumlah penduduk miskin justru mengalami kenaikan.
Kepala BPS NTB, Wahyudin, menjelaskan bahwa keberhasilan ini tidak lepas dari sektor pertanian. Peningkatan produksi padi dan jagung, serta kebijakan pemerintah terkait harga beli gabah, menjadi pendorong utama. Ini menunjukkan dampak langsung dari sektor agraria terhadap kesejahteraan masyarakat.
Peningkatan Produksi Pangan sebagai Kunci Penurunan Kemiskinan
Penurunan angka kemiskinan di perdesaan NTB secara langsung berkaitan dengan sektor pertanian. Wahyudin dari BPS NTB menegaskan bahwa peningkatan produksi komoditas pangan, khususnya padi dan jagung, menjadi faktor dominan. Kebijakan pemerintah dalam menaikkan harga beli gabah dan jagung pipilan kering turut berkontribusi besar.
Pada triwulan I 2025, produksi padi di NTB meningkat drastis sebesar 141,09 ribu ton gabah kering giling. Angka ini setara dengan kenaikan 55,43 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, produksi jagung juga melonjak sebesar 221,04 ribu ton pipilan kering, naik 43,88 persen.
Kenaikan produksi ini sangat terasa di wilayah perdesaan, tempat sebagian besar petani padi dan jagung beraktivitas. Pemerintah pusat telah menaikkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk gabah menjadi Rp6.500 per kilogram dan jagung pakan menjadi Rp5.500 per kilogram sejak 1 Februari 2025. Kebijakan ini secara langsung meningkatkan pendapatan petani.
Kontribusi Sektor Pertanian terhadap Pertumbuhan Ekonomi NTB
Sektor pertanian tidak hanya berperan dalam mengurangi kemiskinan, tetapi juga menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi NTB. Pada triwulan I 2025, ekonomi NTB mengalami kontraksi minus 1,47 persen secara tahunan. Kontraksi ini disebabkan oleh penurunan ekspor konsentrat tambang mineral yang signifikan.
Namun, jika dihitung tanpa sektor tambang, pertumbuhan ekonomi NTB justru mencapai 5,57 persen. Angka impresif ini didukung penuh oleh sektor pertanian yang tumbuh 10,28 persen. Kontribusi sektor ini terhadap total pertumbuhan ekonomi mencapai 23,24 persen, menunjukkan vitalitasnya.
Selain itu, sektor pertanian juga menjadi penyerap tenaga kerja terbesar di NTB. Sebanyak 43.660 orang terserap di lapangan usaha ini, yang setara dengan 32,50 persen dari total tenaga kerja. Hal ini mengindikasikan bahwa pertanian tidak hanya meningkatkan pendapatan, tetapi juga menciptakan lapangan kerja yang substansial.
Perbedaan Tren Kemiskinan Perdesaan dan Perkotaan
Data BPS NTB menunjukkan tren yang berbeda antara kemiskinan di perdesaan dan perkotaan. Meskipun kemiskinan perdesaan berhasil ditekan, jumlah penduduk miskin di perkotaan justru mengalami peningkatan. Sebanyak 14.940 orang masuk kategori miskin di perkotaan.
Peningkatan ini mengubah angka penduduk miskin perkotaan dari 338.740 orang menjadi 353.680 orang. Persentase kemiskinan di perkotaan juga naik dari 11,64 persen menjadi 12,02 persen. Fenomena ini menunjukkan bahwa faktor-faktor penyebab kemiskinan mungkin berbeda antara kedua wilayah tersebut.
Wahyudin menekankan bahwa upaya penanggulangan kemiskinan perlu disesuaikan dengan karakteristik masing-masing wilayah. Fokus pada peningkatan produktivitas pertanian terbukti efektif di perdesaan. Sementara itu, strategi yang berbeda mungkin diperlukan untuk mengatasi tantangan kemiskinan di perkotaan.