Tahukah Anda? Makassar-Jepang Jajaki Kerja Sama Pengolahan Sampah Organik Jadi Pupuk Cair
Pemerintah Kota Makassar dan Konsulat Jenderal Jepang menjajaki kolaborasi inovatif dalam pengolahan sampah organik, mengubahnya menjadi pupuk cair. Akankah ini jadi solusi masalah sampah?
Pemerintah Kota Makassar, Sulawesi Selatan, dan Konsulat Jenderal Jepang tengah menjajaki kerja sama strategis dalam pengelolaan dan pengolahan sampah. Inisiatif ini diharapkan dapat membawa solusi inovatif untuk tantangan lingkungan di kota tersebut.
Rombongan Konjen Jepang yang dipimpin oleh Kepala Kantor Konsulat Ohasi Koichi dan Penasihat Kebijakan Pembangunan Daerah JICA Shintani Naoyuki, bertemu dengan Sekretaris Daerah Kota Makassar, Andi Zulkifly, pada Kamis lalu. Pertemuan ini fokus pada pembahasan rencana pengolahan sampah yang akan dikerjasamakan secara komprehensif.
Salah satu poin utama yang menarik perhatian Pemkot Makassar adalah teknologi pengolahan sampah yang diterapkan di Kota Maniwa, Jepang, yang mampu mengubah sampah organik menjadi pupuk cair. Kolaborasi ini juga melibatkan Universitas Hasanuddin (Unhas) sebagai proyek percontohan, memanfaatkan potensi sampah organik yang melimpah di Makassar.
Inovasi Pengolahan Sampah Organik ala Maniwa
Pemerintah Kota Makassar menunjukkan ketertarikan yang besar terhadap teknologi pengolahan sampah yang diterapkan oleh Pemkot Maniwa, Jepang. Teknologi ini berfokus pada konversi sampah organik menjadi pupuk cair, sebuah solusi yang sangat relevan bagi kondisi Makassar.
Makassar memiliki banyak pohon dan industri kuliner yang menghasilkan volume sampah organik signifikan. Potensi ini dapat dimanfaatkan secara optimal melalui teknologi tersebut, mengurangi beban Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan menciptakan produk bernilai tambah.
Andi Zulkifly menekankan bahwa Makassar memiliki banyak taman yang membutuhkan pupuk, sehingga pengolahan sampah menjadi pupuk cair dapat memenuhi kebutuhan tersebut secara berkelanjutan. Ini juga sejalan dengan upaya Pemkot Makassar untuk mereduksi volume sampah yang berakhir di TPA, dengan target reduksi di setiap kecamatan.
Kerja sama ini diharapkan dapat menjadi pilot project yang sukses, tidak hanya dalam mengurangi sampah tetapi juga dalam mendukung sektor pertanian perkotaan (urban farming) di Makassar.
Peran Strategis Unhas dalam Proyek Percontohan
Universitas Hasanuddin (Unhas) memainkan peran sentral sebagai garda terdepan dalam implementasi proyek kolaborasi pengolahan sampah ini. Prof. Dorothea Agnes Rampisela, Direktur Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Unhas, mengungkapkan bahwa Unhas telah sepakat meniru pola Kota Maniwa.
Fokus utama Unhas dalam proyek ini adalah edukasi dan penelitian. Fasilitas pengolahan sampah akan dibangun di lingkungan kampus untuk meningkatkan pemahaman dan memfasilitasi riset mahasiswa mengenai teknologi tersebut. Unhas menjadi salah satu hutan kota di Makassar, menjadikannya lokasi ideal untuk proyek percontohan pengolahan sampah organik.
Proyek ini juga bertujuan mendidik generasi muda agar memiliki kesadaran tinggi dalam memilah sampah dan mengelola limbah secara bertanggung jawab. Kolaborasi ini telah berjalan memasuki tahun kedua dan akan berlanjut hingga tahun ketiga pada tahun depan, menunjukkan komitmen jangka panjang dari semua pihak yang terlibat.
Dengan adanya proyek percontohan ini, diharapkan Makassar dapat mengadopsi praktik terbaik dari Jepang dalam pengelolaan sampah, sekaligus menciptakan model yang dapat direplikasi di daerah lain di Indonesia.