Tahukah Anda Mengapa SDM Industri Hijau Jadi Kunci Utama Percepatan Ekonomi Indonesia?
Wakil Presiden Direktur TMMIN, Bob Azam, menekankan pentingnya pengembangan SDM Industri Hijau sebagai motor penggerak ekonomi. Mengapa Indonesia harus berinvestasi pada SDM ini?
Bob Azam, Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), menyoroti urgensi pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) industri hijau. Ia menyatakan bahwa SDM yang kompeten adalah kunci utama percepatan ekonomi hijau di Indonesia.
Pernyataan ini disampaikan Bob Azam dalam sebuah kesempatan di Jakarta baru-baru ini. Menurutnya, saat ini Indonesia masih menghadapi kekurangan tenaga ahli di sektor industri hijau.
Kondisi ini memerlukan respons cepat dari berbagai pihak, terutama dalam sektor pendidikan. Penambahan kurikulum khusus di tingkat pendidikan formal menjadi solusi strategis untuk mengatasi kesenjangan ini.
Pentingnya Pengembangan SDM Industri Hijau Melalui Pendidikan Formal
Bob Azam mengungkapkan bahwa bidang-bidang baru dalam industri hijau belum memiliki tenaga kerja yang memadai dari pendidikan formal. Contohnya adalah pengembangan biofuel yang membutuhkan keahlian spesifik.
Ia menekankan perlunya mata kuliah khusus untuk bidang ini, agar SDM dapat disiapkan secara terstruktur. Ketersediaan tenaga ahli akan mendorong pertumbuhan sektor industri hijau secara signifikan.
Dengan SDM yang memadai, lapangan pekerjaan baru akan tercipta. Bob Azam ingin mengubah paradigma, di mana SDM disiapkan terlebih dahulu untuk menjadi motor penggerak industri.
Pendekatan ini diharapkan dapat menarik masuknya investasi industri hijau ke Indonesia. Hal ini memungkinkan Indonesia untuk mendapatkan manfaat optimal dari transisi menuju ekonomi berkelanjutan.
Menghindari Over-Investment dan Greenflation dalam Transisi Energi
Di sisi lain, Bob Azam mengingatkan Indonesia untuk belajar dari pengalaman negara-negara Eropa. Beberapa negara tersebut mengalami over-investment dalam ambisi industri hijau mereka.
Kondisi ini berujung pada greenflation, yaitu kenaikan harga bahan baku ramah lingkungan akibat tingginya permintaan. Indonesia harus berhati-hati agar tidak terjebak dalam situasi serupa.
Yang terpenting adalah mewujudkan transisi energi dengan target emisi karbon yang datar (flat) pada tahun 2030. Proses ini harus dilakukan secara bijak, tanpa terlalu agresif.
Pertimbangan finansial dan berbagai aspek lain harus diperhitungkan secara matang. Kehati-hatian dalam perencanaan dan implementasi menjadi kunci keberhasilan transisi energi di Indonesia.