Terbukti Efektif di Filipina, Biosekuriti Jadi Kunci Utama Cegah ASF pada Ternak Babi di Sulawesi Utara
Distanak Sulut tegaskan biosekuriti efektif cegah ASF pada ternak babi. Pelajari bagaimana program CABI berhasil menekan penyebaran penyakit mematikan ini di Sulawesi Utara.
Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Sulawesi Utara menegaskan bahwa tindakan biosekuriti merupakan strategi paling efektif untuk mencegah serta mengendalikan penyebaran penyakit Demam Babi Afrika (ASF). Langkah ini menjadi krusial mengingat ancaman serius yang ditimbulkan ASF terhadap populasi ternak babi. Kepala Distanak Sulut, Wilhelmina Pangemanan, menyatakan bahwa konsep desain biosekuriti peternakan yang berhasil diterapkan di Filipina dapat menjadi contoh.
Sulawesi Utara menghadapi tantangan besar terkait ASF, terutama setelah Balai Besar Veteriner Maros pada Juli 2023 mengonfirmasi adanya sampel positif di Kabupaten Minahasa dan Kepulauan Sangihe. Sejak saat itu, populasi ternak babi di provinsi ini mengalami penurunan drastis. Padahal, data Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2022 menunjukkan populasi babi di Sulut mencapai 425.985 ekor, dengan permintaan pasar yang tetap tinggi.
Menyikapi kondisi ini, Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara berupaya keras meningkatkan kembali populasi ternak babi melalui program intervensi. Program Community African Swine Fever Biosecurity Intervention (CABI) menjadi andalan, didukung oleh Kementerian Pertanian, Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO), serta Kementerian Pertanian, Pangan, dan Pedesaan (MAFRA) Republik Korea. Implementasi program ini difokuskan di Kabupaten Minahasa, Minahasa Utara, dan Minahasa Selatan.
Ancaman ASF dan Penurunan Populasi Babi di Sulawesi Utara
Penyakit Demam Babi Afrika (ASF) telah menjadi momok menakutkan bagi industri peternakan babi di seluruh dunia, termasuk di Sulawesi Utara. Virus ini sangat mematikan dan dapat menyebar dengan cepat, menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan bagi peternak. Deteksi kasus positif di Minahasa dan Sangihe pada pertengahan 2023 menjadi peringatan serius bagi pemerintah daerah dan peternak.
Sebelum merebaknya ASF, Sulawesi Utara memiliki populasi ternak babi yang cukup besar, mencapai lebih dari 400 ribu ekor. Angka ini menunjukkan potensi besar sektor peternakan babi sebagai penopang ekonomi lokal. Namun, dampak ASF telah menyebabkan penurunan populasi yang drastis, mengancam keberlanjutan pasokan daging babi di pasar lokal dan regional.
Meskipun terjadi penurunan populasi, permintaan pasar terhadap daging babi tetap tinggi, baik dari konsumen lokal maupun daerah lain. Kondisi ini menciptakan celah antara pasokan dan permintaan yang perlu segera diatasi. Oleh karena itu, upaya pemulihan populasi dan pencegahan penyebaran ASF menjadi prioritas utama bagi Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara.
Program CABI: Solusi Biosekuriti Terpadu untuk Peternak
Dalam menghadapi ancaman ASF, program Community African Swine Fever Biosecurity Intervention (CABI) hadir sebagai solusi komprehensif. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kapasitas peternak dalam menerapkan praktik biosekuriti yang ketat. Konsep CABI telah terbukti efektif di Filipina, memberikan harapan baru bagi peternakan babi di Indonesia.
Di Sulawesi Utara, program CABI melibatkan pelatihan intensif bagi para peternak di tiga kabupaten utama: Minahasa, Minahasa Utara, dan Minahasa Selatan. Materi pelatihan mencakup berbagai aspek penting, seperti biosekuriti kandang yang meliputi sanitasi dan disinfeksi rutin. Selain itu, peternak juga diajarkan mengenai pengelolaan limbah ternak yang benar untuk mencegah penyebaran virus.
Aspek krusial lain dari program ini adalah edukasi tentang deteksi dini gejala ASF dan langkah-langkah pencegahannya. Peternak dibekali pengetahuan untuk mengenali tanda-tanda awal penyakit pada ternak mereka, sehingga tindakan isolasi dan penanganan dapat dilakukan sesegera mungkin. Pelatihan pendukung seperti materi komunikasi, penggunaan desinfektan, dan peralatan pelindung diri (APD) juga diberikan untuk memastikan implementasi biosekuriti berjalan optimal.
Masa Depan Peternakan Babi Melalui Biosekuriti
Penerapan biosekuriti yang konsisten dan menyeluruh menjadi kunci utama dalam menjaga keberlanjutan sektor peternakan babi di Sulawesi Utara. Dengan adanya dukungan dari berbagai pihak, termasuk Kementerian Pertanian, FAO, dan MAFRA Korea, diharapkan peternak dapat mengadopsi praktik terbaik ini secara permanen. Keberhasilan program CABI akan sangat bergantung pada partisipasi aktif dan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan.
Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara terus berkomitmen untuk mendukung peternak dalam menghadapi tantangan ASF dan meningkatkan populasi babi. Upaya ini tidak hanya berfokus pada pencegahan penyakit, tetapi juga pada peningkatan kesejahteraan peternak dan ketahanan pangan daerah. Dengan biosekuriti yang kuat, peternakan babi diharapkan dapat kembali bangkit dan berkembang.
Masa depan peternakan babi yang sehat dan produktif sangat bergantung pada kesadaran kolektif akan pentingnya biosekuriti. Edukasi berkelanjutan dan pengawasan yang ketat akan memastikan bahwa ancaman ASF dapat diminimalisir. Dengan demikian, Sulawesi Utara dapat kembali menjadi salah satu sentra produksi babi yang stabil dan aman dari penyakit.