Terungkap! Ini Dia Temuan Apsifor Terkait Kematian Arya Daru, Diplomat Muda Kemenlu
Asosiasi Psikologi Forensik (Apsifor) Himpsi mengungkap temuan bermakna terkait kematian Arya Daru Pangayunan, diplomat muda Kemenlu, setelah wawancara mendalam dan telaah dokumen. Penasaran apa saja temuannya?
Asosiasi Psikologi Forensik (Apsifor) Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) telah mengungkapkan sejumlah temuan penting terkait kematian Arya Daru Pangayunan, seorang diplomat muda dari Kementerian Luar Negeri (Kemenlu). Pengungkapan ini dilakukan dalam sebuah konferensi pers di Polda Metro Jaya pada Selasa, 29 Juli.
Perwakilan Apsifor Himpsi, Nathanael EJ Sumampouw, menjelaskan bahwa investigasi dilakukan melalui wawancara mendalam. Pihaknya mewawancarai keluarga, rekan kerja, atasan, dan individu lain yang mengenal almarhum secara menyeluruh.
Selain itu, Apsifor juga menelaah dokumen serta informasi relevan mengenai kehidupan pribadi dan profesional Arya Daru. Proses komprehensif ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran utuh dan menemukan aspek-aspek bermakna di balik peristiwa tragis tersebut.
Karakter Positif dan Tekanan Psikologis Arya Daru
Nathanael menyampaikan bahwa Arya Daru dikenal luas sebagai individu dengan karakter yang sangat positif di lingkungannya. "Beliau bertanggung jawab, suportif terhadap rekan kerja, pekerja keras, sangat diandalkan dan merupakan individu yang peduli terhadap lingkungannya," ujar Nathanael.
Almarhum juga dikenal sebagai sosok yang selalu berusaha menampilkan karakter dan kualitas diri terbaik di lingkungan kerjanya. Namun, ia mengalami kesulitan dalam mengekspresikan emosi negatif yang kuat, terutama saat berada dalam situasi tekanan tinggi.
Tekanan tersebut dihayati secara mendalam oleh Arya Daru, yang kemudian memengaruhi bagaimana ia memandang dirinya, lingkungan sekitar, dan masa depannya. Ia cenderung menginternalisasi berbagai emosi negatif yang dirasakan dan berupaya keras untuk tidak menunjukkannya di hadapan orang lain.
Meskipun demikian, Apsifor menemukan bahwa almarhum memiliki riwayat upaya mengakses layanan kesehatan mental secara daring. Data yang dihimpun menunjukkan bahwa ia pernah mengakses layanan tersebut kurang lebih pada tahun 2013 dan 2021, mengindikasikan adanya pergulatan internal yang serius.
Bantahan Isu Bullying di Lingkungan Kerja
Nathanael juga menyoroti kondisi psikologis Arya Daru menjelang akhir hidupnya. Ia menyebutkan bahwa yang bersangkutan mengalami tekanan psikologis yang signifikan pada periode tersebut. "Lalu berkaitan dengan perilaku 'self harm', memang itu sesuatu yang umumnya pada beberapa kasus dilakukan individu," jelasnya.
Namun, Nathanael menambahkan bahwa perilaku self-harm tersebut tidak teramati oleh orang-orang yang berinteraksi dengan Arya Daru pada periode terakhir kehidupannya. Hal ini menunjukkan bahwa almarhum sangat pandai menyembunyikan pergulatan batinnya.
Terkait isu bullying yang sempat beredar, Apsifor menyatakan tidak menemukan data yang mendukung hal tersebut. "Kami mendapatkan data malah sebaliknya. Di lingkungan kerja yang bersangkutan dipersepsikan oleh atasan sebagai staf yang sangat bisa diandalkan," tegas Nathanael.
Almarhum Arya Daru Pangayunan (ADP) justru dipersepsikan oleh rekan kerja sebagai kolega yang sangat positif, bertanggung jawab, dan bahkan menjadi tempat bertanya. Ia juga dikenal sebagai sosok yang sering memberikan motivasi kepada rekan kerja, terutama kepada para juniornya.