TPS Surabaya Tingkatkan Layanan Bongkar Muat Lewat Pelatihan P&C
PT Terminal Petikemas Surabaya (TPS) melatih 16 pekerja dalam program Technical Planning and Control untuk meningkatkan efisiensi dan standardisasi layanan bongkar muat peti kemas.
PT Terminal Petikemas Surabaya (TPS), bagian dari Subholding Pelindo terminal Petikemas (SPTP), berkomitmen untuk meningkatkan kualitas layanannya. Hal ini dibuktikan dengan diikutsertakannya 16 pekerja dalam program pelatihan intensif selama lima hari tentang Technical Planning and Control atau layanan operasional berbasis Plan & Control (P&C). Pelatihan ini bertujuan untuk mentransformasi dan menstandardisasi layanan bongkar muat peti kemas secara berkelanjutan.
Menurut Sekretaris Perusahaan PT TPS, Erika Asih Palupi, pelatihan ini memberikan pemahaman komprehensif tentang pola pelayanan operasional bongkar muat. Materi pelatihan mencakup berbagai aspek perencanaan dan eksekusi di terminal peti kemas, mulai dari perencanaan tambatan dermaga (berth planning) hingga perencanaan lapangan penumpukan (yard planning).
Selain itu, pelatihan juga mencakup perencanaan muatan kapal (ship planning), pembagian tenaga kerja operasional (manning deployment), serta perencanaan dan eksekusi operasi kapal (ship talker) dan lapangan (yard talker). Semua materi ini merupakan pengembangan dari modul Basic Container Terminal Operation (CTO) yang telah disesuaikan dengan kebutuhan operasional terkini di TPS Surabaya.
Peningkatan Kompetensi Teknis SDM Operasional
Tujuan utama pelatihan Technical Planning and Control adalah untuk meningkatkan kompetensi teknis Sumber Daya Manusia (SDM) operasional. Dengan pelatihan ini, diharapkan para pekerja akan lebih terampil dalam merencanakan dan mengeksekusi layanan bongkar muat secara efektif dan efisien. Hal ini sejalan dengan komitmen TPS untuk memberikan layanan yang prima kepada pelanggan.
Pelatihan ini tidak hanya berfokus pada peningkatan kualitas layanan bongkar muat di dermaga, tetapi juga memberikan perhatian khusus pada aspek pelayanan penerimaan dan pengeluaran peti kemas (receiving and delivery service) di lapangan penumpukan TPS. Standar waktu layanan Truck Round Time (TRT) menjadi sorotan utama. Target yang ditetapkan adalah maksimal 30 menit untuk proses penerimaan peti kemas ekspor (receiving) dan 45 menit untuk pengeluaran peti kemas impor (delivery).
Hasilnya pun cukup membanggakan. Saat ini, TPS telah berhasil memenuhi target tersebut, bahkan melampauinya. Rata-rata TRT yang dicapai adalah 28 menit untuk receiving dan 42 menit untuk delivery. Keberhasilan ini menunjukkan efektivitas pelatihan dan dedikasi para pekerja dalam meningkatkan efisiensi operasional.
Optimalisasi Box per Ship per Hour (BSH)
Salah satu indikator penting keberhasilan operasional terminal peti kemas adalah kecepatan proses bongkar muat peti kemas per kapal per jam, yang dikenal sebagai box per ship per hour (BSH). TPS Surabaya telah mencapai angka 52 box per jam, sebuah pencapaian yang signifikan.
Meskipun angka tersebut telah melampaui target, manajemen TPS menyadari bahwa peningkatan layanan harus terus dilakukan. Upaya untuk mengoptimalkan BSH akan terus dilakukan guna mendukung logistik dan layanan kepelabuhanan di Indonesia agar lebih berdaya saing di kancah internasional. Komitmen ini menunjukkan bahwa TPS tidak hanya puas dengan pencapaian saat ini, tetapi terus berupaya untuk menjadi yang terbaik.
Dengan pelatihan ini, TPS Surabaya menunjukkan komitmennya dalam pengembangan SDM dan peningkatan layanan. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi operasional, mempercepat proses bongkar muat, dan pada akhirnya meningkatkan daya saing pelabuhan Indonesia di tingkat global. Keberhasilan TPS dalam mencapai dan melampaui target TRT dan BSH menjadi bukti nyata dari komitmen tersebut.