Trivia Kesehatan: WHO-UNICEF Rekomendasikan Cuti Melahirkan Berbayar untuk Dukung Ibu Menyusui
WHO dan UNICEF menyerukan pentingnya Cuti Melahirkan Berbayar untuk memperkuat dukungan bagi ibu menyusui. Apa saja langkah lain yang disarankan untuk ASI eksklusif?
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan UNICEF secara tegas menyarankan penerapan cuti melahirkan dengan upah. Langkah ini krusial untuk mendukung ibu menyusui dan memperkuat sistem dukungan bagi perempuan. Tujuannya adalah memastikan pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif secara optimal.
Seruan ini disampaikan dalam rangka Pekan ASI Sedunia yang diperingati setiap 1 hingga 7 Agustus. Seluruh pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah hingga sektor swasta, didorong untuk berkolaborasi. Mereka diharapkan dapat mempercepat upaya dukungan melalui kebijakan ramah keluarga dan fasilitas pendukung.
Dr. N. Paranietharan, Perwakilan WHO untuk Indonesia, menekankan pentingnya sistem dukungan yang kuat. Dengan demikian, setiap ibu di Indonesia akan memiliki sumber daya memadai. Hal ini guna memberikan ASI eksklusif selama enam bulan penuh, demi awal kehidupan terbaik bagi anak.
Pentingnya Cuti Melahirkan Berbayar dan Kebijakan Ramah Keluarga
WHO dan UNICEF menyoroti cuti melahirkan dengan upah sebagai fondasi utama dalam mendukung ibu menyusui. Kebijakan ini memungkinkan ibu fokus pada pemulihan pascapersalinan dan inisiasi menyusui. Dukungan finansial selama cuti sangat vital bagi kesejahteraan keluarga.
Selain cuti berbayar, organisasi internasional ini juga merekomendasikan kebijakan ramah keluarga lainnya. Ini termasuk penyediaan ruang laktasi yang memadai di tempat kerja dan fasilitas publik. Pengaturan kerja yang fleksibel juga dianggap esensial untuk ibu bekerja.
Perwakilan UNICEF untuk Indonesia, Maniza Zaman, menegaskan investasi pada sistem dukungan ini. Ia menyebutnya sebagai jaring pengaman penting. Ini memastikan tidak ada ibu yang menghadapi tantangan menyusui sendirian, menciptakan lingkungan yang suportif.
Semua pihak, baik pemerintah, dunia usaha, maupun institusi kesehatan, memiliki peran strategis. Mereka harus bekerja sama mengimplementasikan rekomendasi ini. Tujuannya adalah menciptakan ekosistem yang kondusif bagi keberhasilan menyusui di seluruh Indonesia.
Strategi Komprehensif untuk Keberhasilan ASI Eksklusif
Untuk melengkapi dukungan melalui cuti melahirkan berbayar, beberapa langkah lain juga disarankan. Salah satunya adalah memperluas akses terhadap layanan konseling menyusui yang terampil. Layanan ini dapat diakses melalui fasilitas kesehatan, komunitas, atau telekonseling dari Kementerian Kesehatan.
Fasilitas bersalin juga didorong untuk menerapkan "10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui" secara konsisten. Ini adalah panduan global yang terbukti efektif meningkatkan angka inisiasi dan durasi menyusui. Penerapan standar ini sangat krusial bagi ibu baru.
Penegakan kode internasional pemasaran pengganti ASI juga menjadi prioritas. Ini bertujuan melindungi keluarga dari praktik pemasaran yang tidak etis. Edukasi tentang menyusui juga perlu diintegrasikan ke dalam kurikulum pelatihan tenaga kesehatan.
Indonesia telah menunjukkan komitmen yang signifikan dalam mendukung praktik menyusui. Angka pemberian ASI eksklusif pada bayi di bawah enam bulan terus meningkat. Dari 52 persen pada tahun 2017, kini mencapai 66,4 persen pada tahun 2024. Ini adalah pencapaian luar biasa.
Dampak Positif Menyusui bagi Bangsa
Pemberian ASI eksklusif memiliki dampak positif berantai yang luas. Penelitian menunjukkan menyusui meningkatkan perkembangan kognitif anak-anak secara signifikan. Peningkatan ini mencapai 3-4 poin IQ, memberikan fondasi kuat untuk masa depan mereka.
Selain itu, menyusui juga mengurangi risiko kelebihan berat badan dan obesitas pada masa kanak-kanak. Ini juga memberikan perlindungan seumur hidup terhadap penyakit tidak menular. Manfaat kesehatan ini sangat fundamental bagi generasi mendatang.
Maniza Zaman menambahkan, keberhasilan menyusui tidak hanya berdampak pada tumbuh kembang anak. Hal ini juga memperkuat ketahanan keluarga, meningkatkan kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Pada akhirnya, ini berkontribusi pada masa depan bangsa yang lebih baik.
WHO dan UNICEF merekomendasikan pemberian ASI dalam satu jam pertama setelah kelahiran. Kemudian dilanjutkan dengan ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan. Tanpa tambahan makanan atau cairan lain, ini adalah standar emas nutrisi bayi.