UMKM Bantul Hadapi Gejolak Ekonomi Global: Andalkan Pemasaran Daring
Usaha dompet dan tas kulit di Bantul, Yogyakarta, membuktikan pemasaran daring menjadi kunci keberhasilan menghadapi gejolak ekonomi global, bahkan sejak pandemi.
Yogyakarta, 7 Mei 2024 - Di tengah gejolak ekonomi global, pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menemukan solusi jitu: pemasaran daring. Agus Dwiyanto (37), pemilik usaha dompet dan tas kulit Walker Leather, mengungkapkan strategi ini sebagai kunci keberlangsungan bisnisnya. Ia memulai usahanya pada 2016 dengan penjualan konvensional, namun beralih ke platform daring pada 2018, sebuah keputusan yang terbukti sangat efektif.
Pemasaran digital, menurut Agus, tidak hanya menstabilkan penjualan, tetapi juga memperluas jangkauan pasar tanpa menambah beban operasional yang signifikan. Hal ini sangat penting bagi UMKM yang memiliki keterbatasan modal. "Saya yakin dengan pemasaran daring, usaha ini bisa bertahan. Yang penting konsisten dan terus mengembangkan produk sesuai tren pasar," ungkap Agus saat ditemui di Bantul.
Peralihan ke platform daring memberikan dampak positif yang luar biasa bagi Walker Leather. Agus menjelaskan, eksposur yang didapat melalui program-program kampanye di lokapasar menjadi kunci peningkatan transaksi. Kini, usahanya mampu memproduksi sekitar 200 item dompet dan tas kulit per bulan, dengan rata-rata lima hingga 10 pesanan per hari.
Strategi Pemasaran Daring UMKM Bantul
Keberhasilan Agus dalam menghadapi gejolak ekonomi, termasuk masa pandemi COVID-19, membuktikan keunggulan pemasaran daring. Berbeda dengan toko fisik yang membutuhkan biaya sewa, gaji karyawan, dan promosi konvensional, pemasaran digital jauh lebih efisien dan mudah dikendalikan. "Kalaupun terpengaruh ekonomi global, saya yakin tidak sampai 'collapse'. Beda dengan toko fisik yang kena langsung, apalagi kalau enggak ada yang datang," jelas Agus.
Keunikan produk Walker Leather terletak pada motifnya yang beragam, mulai dari geometris, tumbuhan, hingga desain khusus pesanan konsumen. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi pelanggan. Harga produk ditawarkan cukup kompetitif, berkisar Rp180.000 hingga Rp300.000 untuk dompet dan Rp400.000 hingga Rp1 juta untuk tas kulit.
Selain penjualan ritel, Walker Leather juga melayani pesanan khusus ('custom merchandise') untuk pasar korporat dan lembaga. Hal ini menunjukkan diversifikasi produk yang dilakukan oleh Agus untuk memperluas pasar dan meningkatkan pendapatan.
Keunggulan Pemasaran Daring untuk UMKM
Agus menekankan pentingnya kehadiran digital bagi UMKM. Ia lebih memilih fokus pada penguatan kehadiran digital daripada mengikuti pameran yang membutuhkan biaya besar. "Kalau UMKM seperti kita, enggak ikut platform daring itu akan susah sendiri. Kita enggak punya modal sebesar perusahaan besar untuk ikut pameran ke mana-mana. Platform online itu mengurangi biaya promosi secara drastis, bahkan bisa nol," tegasnya.
Saat ini, strategi pemasaran Agus berfokus pada dua hal: aktif di media sosial untuk membangun hubungan dengan konsumen dan memaksimalkan penjualan melalui lokapasar. Konsumen yang tertarik melalui media sosial diarahkan untuk bertransaksi di toko daring miliknya. Sistem pembayaran yang aman dan terjamin menjadi nilai tambah bagi konsumen.
Meskipun pernah mengalami kendala pengiriman, Agus menyatakan bahwa semua masalah dapat dimediasi dengan baik. Dengan tren permintaan produk kulit yang stabil dan pengalaman selama hampir satu dekade, Agus optimistis usahanya akan terus berkembang. "Asal kita konsisten, terus update desain, dan mendengarkan apa yang pasar mau, saya yakin kita bisa terus jalan," tutupnya.
Kesimpulan: Kisah sukses Agus Dwiyanto dan Walker Leather menjadi contoh nyata bagaimana UMKM dapat memanfaatkan teknologi digital untuk menghadapi tantangan ekonomi global. Strategi pemasaran daring yang tepat, dikombinasikan dengan produk berkualitas dan pelayanan yang baik, terbukti mampu menjaga stabilitas dan pertumbuhan bisnis.