Wabah Wereng Cokelat Ancam Panen Raya di Jawa Timur: Petani Frustrasi, Hama Kebal Pestisida!
Ratusan hektare sawah di Trenggalek dan Tulungagung terancam gagal panen akibat wabah wereng cokelat yang meluas, menimbulkan kekhawatiran serius terhadap ketahanan pangan.
Wabah wereng cokelat (Nilaparvata lugens) tengah mengancam panen raya padi di wilayah perbatasan Kabupaten Trenggalek dan Tulungagung, Jawa Timur. Laporan awal pada Jumat (02/8) menunjukkan bahwa ratusan hektare lahan persawahan di dua kabupaten tersebut mengalami kerusakan parah, dengan tanaman padi mengering akibat serangan hama ini. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran serius di kalangan petani dan pemerintah daerah.
Serangan hama wereng cokelat ini telah meluas di sejumlah desa, termasuk di Kecamatan Durenan, Trenggalek, dan Kecamatan Pakel, Tulungagung. Meskipun para petani telah berulang kali melakukan upaya pengendalian dengan berbagai jenis pestisida, hasilnya masih jauh dari harapan. Hama ini menunjukkan resistensi yang tinggi, membuat upaya pemberantasan menjadi semakin sulit dan menantang.
Situasi ini tidak hanya mengancam pendapatan petani, tetapi juga berpotensi memengaruhi produksi beras di tingkat regional. Dampak jangka panjang dari wabah wereng cokelat yang tidak terkendali dapat mengganggu stabilitas pasokan pangan, khususnya beras, yang merupakan komoditas strategis bagi ketahanan pangan nasional. Oleh karena itu, penanganan cepat dan efektif sangat dibutuhkan.
Skala Kerusakan dan Wilayah Terdampak
Menurut Ahmad Zuhdan, Camat Durenan, sebanyak 238 hektare sawah di 12 desa di wilayahnya telah terdampak serangan wereng cokelat. Tingkat serangan bervariasi, mulai dari ringan hingga parah, menunjukkan penyebaran hama yang signifikan. Dua desa yang paling parah terdampak adalah Pandesaan dengan 35 hektare dan Malasan dengan 30 hektare lahan yang rusak.
Selain kedua desa tersebut, sepuluh desa lainnya juga mengalami tingkat serangan yang berbeda-beda, mengindikasikan bahwa wabah ini bukan masalah terisolasi. Zuhdan menjelaskan bahwa gejala serangan wereng cokelat sangat jelas terlihat: tanaman padi menguning, batang melemah, dan bulir padi tidak berkembang secara optimal. Beberapa lahan bahkan sudah menunjukkan tanda-tanda kegagalan panen yang hampir pasti.
Kondisi serupa juga dilaporkan terjadi di Desa Kendal, Kecamatan Pakel, Tulungagung, yang berbatasan langsung dengan Trenggalek. Hal ini menunjukkan bahwa penyebaran hama wereng cokelat terjadi secara masif melintasi batas administratif kabupaten. Data ini menjadi dasar bagi pemerintah daerah untuk segera mengambil langkah-langkah mitigasi yang lebih komprehensif.
Perjuangan Petani Melawan Hama Resisten
Para petani menghadapi tantangan besar dalam mengendalikan wabah wereng cokelat ini. Muali, salah seorang petani, mengungkapkan frustrasinya karena wereng cokelat yang menyerang saat ini telah kebal terhadap pestisida. “Kami sudah menyemprot hingga 12 kali, tetapi mereka tetap ada dan bahkan terus bertambah banyak,” ujarnya.
Melihat kegagalan pestisida, Muali dan petani lain mencoba metode alternatif, seperti menaburkan pasir yang dicampur solar. Upaya ini menunjukkan tingkat keputusasaan petani dalam menghadapi hama yang semakin resisten. Berbagai metode telah dicoba, termasuk penyemprotan insektisida secara manual dan menggunakan drone, namun skala serangan yang masif dan penyebaran hama yang cepat, diperparah oleh kondisi kekeringan, membuat upaya pengendalian menjadi sangat sulit.
Resistensi hama terhadap pestisida menjadi masalah krusial yang memerlukan solusi jangka panjang. Diperlukan penelitian lebih lanjut dan pengembangan varietas padi yang lebih tahan hama, serta strategi pengendalian hama terpadu yang tidak hanya mengandalkan bahan kimia. Kolaborasi antara petani, peneliti, dan pemerintah sangat penting untuk menemukan solusi berkelanjutan.
Ancaman Terhadap Misi Ketahanan Pangan Nasional
Wabah wereng cokelat di Trenggalek dan Tulungagung menjadi contoh nyata tantangan signifikan terhadap misi ketahanan pangan yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo. Presiden telah menetapkan target ambisius untuk mencapai swasembada pangan nasional, namun perjuangan petani melawan hama wereng cokelat ini menunjukkan realitas di lapangan yang sangat rentan.
Serangan hama, perubahan iklim, dan resistensi pestisida adalah beberapa faktor yang dapat menghambat pencapaian target tersebut. Kejadian ini menyoroti pentingnya sistem peringatan dini yang efektif dan respons cepat terhadap ancaman hama dan penyakit tanaman. Pemerintah perlu memperkuat infrastruktur pertanian, termasuk penyuluhan dan dukungan teknologi, untuk membantu petani menghadapi tantangan ini.
Keberhasilan dalam mengatasi wabah wereng cokelat tidak hanya akan menyelamatkan panen petani di Jawa Timur, tetapi juga akan menjadi indikator penting bagi ketahanan pangan Indonesia secara keseluruhan. Diperlukan koordinasi yang kuat antara Kementerian Pertanian, pemerintah daerah, dan lembaga terkait untuk memastikan bahwa masalah ini dapat ditangani secara efektif dan tidak terulang di masa depan.