Wabup Tegaskan: Kesiapsiagaan Bencana Pulang Pisau Krusial Hadapi Risiko Tinggi, Dua Titik Sulit Jadi Perhatian
Wakil Bupati Pulang Pisau menekankan Kesiapsiagaan Bencana Pulang Pisau sangat penting mengingat risiko tinggi karhutla dan banjir, serta tantangan akses di titik rawan.
Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, menghadapi ancaman serius dari potensi bencana alam yang tinggi. Wakil Bupati Pulang Pisau, Ahmad Jayadikarta, menegaskan pentingnya Kesiapsiagaan Bencana Pulang Pisau dan ketangguhan seluruh elemen masyarakat dalam menghadapi situasi ini.
Kabupaten ini dikenal memiliki tingkat risiko bencana yang signifikan, mencakup kebakaran hutan dan lahan (karhutla), banjir, hingga dampak cuaca ekstrem. Situasi ini menuntut sinergi kuat antara pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan untuk memastikan respons yang efektif.
Pernyataan ini disampaikan Jayadikarta saat membuka Fokus Group Discussion (FGD) mengenai kajian penghitungan Indeks Ketahanan Daerah (IKD) terhadap risiko bencana. Ia menekankan agar seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) tidak hanya berorientasi pada anggaran, tetapi juga konsisten dalam program penanggulangan bencana.
Pulang Pisau: Wilayah dengan Risiko Bencana Tinggi
Kabupaten Pulang Pisau diakui sebagai salah satu daerah dengan tingkat risiko bencana yang cukup tinggi di Kalimantan Tengah. Ancaman utama meliputi karhutla yang meluas, banjir musiman, dan dampak perubahan cuaca ekstrem yang semakin tidak menentu. Kondisi geografis dan iklim di wilayah ini berkontribusi pada kerentanan tersebut.
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pulang Pisau, Tekson, mengungkapkan adanya dua titik hotspot karhutla yang menjadi perhatian khusus. Salah satunya berada di perbatasan antara Kota Palangka Raya dan Kabupaten Pulang Pisau, tepatnya di sekitar Kahayan Tengah. Titik ini sangat sulit dijangkau karena aksesnya yang terbatas.
Titik kedua yang juga menjadi perhatian serius adalah wilayah Paduran Sebangau di Kecamatan Sebangau Kuala. Lokasi ini juga memiliki akses yang sulit, menghambat upaya pemadaman dan patroli rutin oleh petugas. Kesulitan akses ini menjadi tantangan besar dalam upaya Kesiapsiagaan Bencana Pulang Pisau.
Pulang Pisau saat ini menghadapi dilema iklim yang kompleks. Sementara wilayah seperti Banama Tingang dan Kahayan Tengah masih mengalami curah hujan, kawasan Jambiren hingga ke wilayah hilir justru menghadapi kondisi kemarau yang sudah cukup ekstrem. Kemarau ini diprediksi akan berlangsung hingga September, dengan puncaknya pada bulan tersebut.
Sinergi dan Konsistensi Kunci Penanggulangan Bencana
Wakil Bupati Ahmad Jayadikarta menekankan bahwa Kesiapsiagaan Bencana Pulang Pisau memerlukan sinergi yang kuat dari seluruh pemangku kepentingan, tidak hanya pemerintah. Ia berharap agar program dan kebijakan penanggulangan bencana dilaksanakan secara konsisten dan penuh tanggung jawab oleh semua pihak terkait. OPD diminta untuk tidak hanya fokus pada penyerapan anggaran, tetapi juga pada implementasi program yang efektif.
Berdasarkan pemantauan BPBD, telah terjadi empat kejadian kebakaran lahan yang sebagian besar diduga akibat kelalaian manusia. Contohnya adalah kebakaran di Desa Petuk Liti di tepi jalan dan kebakaran di belakang kantor DPRD. Lahan yang kering akibat kemarau membuat wilayah ini sangat rentan terhadap insiden seperti membuang puntung rokok sembarangan atau pembakaran lahan tanpa pengawasan yang memadai.
Masyarakat diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan dan berperan aktif dalam upaya pencegahan bencana, terutama karhutla. Edukasi mengenai bahaya pembakaran lahan dan pentingnya menjaga lingkungan menjadi krusial. Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta akan memperkuat ketahanan daerah dalam menghadapi berbagai ancaman bencana.