Warga Binaan Lapas Jambi Raih Premi dari Hasil Produk UMKM, Bukti Sukses Pembinaan Kembangkan Keterampilan
Warga binaan Lapas Kelas IIA Jambi berhasil meraih premi dari penjualan produk UMKM hasil program pembinaan kemandirian, membuktikan kesuksesan program dalam meningkatkan keterampilan dan perekonomian mereka.
Sebanyak 40 warga binaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Jambi berhasil meraih premi dari hasil penjualan produk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang mereka kembangkan. Prestasi ini merupakan buah dari program pembinaan kemandirian yang digagas pihak Lapas. Program tersebut tidak hanya memberikan pelatihan keterampilan, tetapi juga memberikan kesempatan bagi warga binaan untuk meningkatkan taraf hidup mereka setelah menjalani masa hukuman.
Kepala Seksi (Kasi) Kegiatan Kerja Lapas Kelas IIA Jambi, Jailani, menjelaskan bahwa premi yang diterima warga binaan mencapai 50 persen dari total nilai jual produk. Sisa keuntungan dibagi menjadi 35 persen untuk dana penunjang operasional UMKM dan 15 persen sebagai modal pengembangan usaha. Program ini terbukti efektif dalam memberikan insentif bagi warga binaan untuk aktif berpartisipasi dan berkreasi.
Berbagai jenis keterampilan diajarkan dalam program pembinaan kemandirian ini, mulai dari pertanian dan perikanan hingga keterampilan kerajinan seperti menjahit, membatik, dan pengelasan. Bahkan, beberapa warga binaan telah berhasil menciptakan produk-produk inovatif di bidang tata boga dan batik, menunjukkan kreativitas dan potensi yang luar biasa.
Program Pembinaan Kembangkan Keterampilan dan Wirausaha
Program pembinaan kemandirian di Lapas Kelas IIA Jambi tidak memaksa warga binaan untuk berpartisipasi. Proses seleksi dilakukan untuk memastikan minat dan kesiapan mereka dalam mengikuti program UMKM. "Jika ada bakat atau mau belajar maka kita bantu menyalurkan," ujar Jailani. Hal ini menunjukkan komitmen Lapas dalam memberikan kesempatan yang setara bagi setiap warga binaan untuk mengembangkan potensi diri.
Para warga binaan diberikan pelatihan dan pendampingan yang intensif untuk meningkatkan keterampilan mereka. Mereka juga dibimbing dalam hal manajemen usaha, pemasaran, dan pengelolaan keuangan. Hal ini penting untuk memastikan keberlanjutan usaha mereka setelah keluar dari Lapas.
Pemasaran produk dilakukan melalui berbagai cara, mulai dari penjualan langsung kepada orang terdekat hingga mengikuti pameran atau bazar. Strategi pemasaran yang beragam ini membantu meningkatkan jangkauan pasar dan penjualan produk-produk UMKM warga binaan.
Kesuksesan Program dan Testimoni Warga Binaan
Salah satu warga binaan, Raden, mengungkapkan rasa syukurnya atas kesempatan yang diberikan Lapas. "Terima kasih kami difasilitasi kegiatan batik, berkebun dan bertani sehingga tidak ada rasa bosan selama di sini," katanya. Pernyataan ini menunjukkan dampak positif program pembinaan kemandirian terhadap kesejahteraan mental dan psikologis warga binaan.
Keberhasilan program ini tidak hanya diukur dari segi ekonomi, tetapi juga dari segi pembinaan karakter dan pengembangan keterampilan. Program ini memberikan kesempatan bagi warga binaan untuk memperbaiki diri, mengembangkan potensi, dan mempersiapkan diri untuk kembali ke masyarakat sebagai individu yang produktif dan mandiri.
Dari total 1.470 warga binaan, 40 orang telah mengikuti program UMKM. Angka ini mungkin terkesan kecil, namun keberhasilan mereka menunjukkan potensi besar program ini untuk dikembangkan lebih lanjut. Dengan dukungan dan pembinaan yang tepat, lebih banyak warga binaan dapat diberdayakan melalui program serupa.
Ke depan, diharapkan program pembinaan kemandirian di Lapas Kelas IIA Jambi dapat terus ditingkatkan dan diperluas. Hal ini akan memberikan dampak positif yang lebih besar bagi warga binaan dan masyarakat sekitar.
Kesimpulannya, program pembinaan kemandirian di Lapas Kelas IIA Jambi telah menunjukkan hasil yang signifikan. Dengan memberikan pelatihan keterampilan dan kesempatan berusaha, program ini telah berhasil memberdayakan warga binaan dan meningkatkan taraf hidup mereka. Semoga program ini dapat menjadi contoh bagi lembaga pemasyarakatan lain di Indonesia.