Waspada! Gunung Marapi Berstatus Level II, Potensi Lahar Dingin Ancam Warga Lereng
PGA Gunung Marapi ingatkan warga di lereng untuk waspada potensi lahar dingin, terutama saat hujan, setelah erupsi dan tumpukan material vulkanik.
Petugas Pos Gunung Api (PGA) Gunung Marapi mengeluarkan peringatan serius kepada masyarakat. Warga yang bermukim di lereng Gunung Marapi, tepatnya di Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat, diminta untuk meningkatkan kewaspadaan mereka secara signifikan. Imbauan ini disampaikan menyusul potensi bahaya yang mengintai di musim penghujan.
Peringatan ini disampaikan pada Minggu (27/7) oleh petugas PGA Gunung Marapi, Teguh Purnomo. Ia menyoroti kondisi cuaca hujan yang sedang melanda wilayah tersebut secara intensif. Kondisi ini secara langsung meningkatkan risiko terjadinya banjir lahar dingin yang berasal dari tumpukan material vulkanik di puncak gunung.
Potensi lahar dingin ini muncul akibat tumpukan material vulkanik sisa letusan besar pada 3 Desember 2023. Hingga kini, volume material tersebut belum dapat terhitung secara valid oleh pihak berwenang. Erupsi terbaru yang terjadi pada Minggu siang juga menambah kekhawatiran akan stabilitas material di puncak.
Peningkatan Kewaspadaan di Lereng Gunung Marapi
Teguh Purnomo dari PGA Gunung Marapi secara spesifik mengimbau seluruh lapisan masyarakat. Terutama mereka yang tinggal di sekitar lereng Gunung Marapi dan dekat bantaran sungai yang berhulu langsung dari puncaknya. Kewaspadaan harus ditingkatkan mengingat kondisi cuaca hujan yang terus-menerus.
Imbauan ini didasari kekhawatiran akan potensi banjir lahar dingin yang dapat terjadi sewaktu-waktu. Material vulkanik yang masih mengendap di puncak gunung menjadi ancaman utama yang perlu diperhatikan. Sejak letusan besar pada 3 Desember 2023, jumlah pasti material ini belum dapat dipastikan secara akurat.
Kondisi hujan yang terus-menerus dapat memicu pergerakan material vulkanik secara masif. Ini berpotensi menyebabkan aliran lahar dingin yang sangat membahayakan bagi permukiman di bawahnya. Oleh karena itu, kesiapsiagaan warga di area rawan bencana sangat krusial untuk mitigasi risiko.
Erupsi Terbaru dan Status Gunung Marapi
Pada Minggu siang pukul 13.44 WIB, Gunung Marapi kembali mengalami erupsi. Meskipun demikian, petugas PGA tidak dapat merekam ketinggian kolom abu yang dimuntahkan. Hal ini disebabkan kolom abu tertutupi oleh awan tebal yang menyelimuti puncak gunung.
Erupsi ini terekam jelas di seismograf dengan amplitudo maksimum 30,4 milimeter. Durasi letusan tercatat selama 37 detik, menunjukkan aktivitas vulkanik yang masih berlangsung secara periodik. Data ini menjadi bagian penting dari pemantauan rutin yang dilakukan oleh PGA.
Saat ini, Gunung Marapi masih berstatus Waspada atau Level II. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah mengeluarkan sejumlah rekomendasi penting. Masyarakat dilarang keras untuk melakukan aktivitas apapun dalam radius tiga kilometer dari pusat aktivitas, yaitu Kawah Verbeek.
Rekomendasi PVMBG dan Pencegahan Dampak Abu Vulkanik
PVMBG secara khusus mengingatkan adanya ancaman potensi lahar dingin yang serius. Ancaman ini terutama berlaku bagi masyarakat yang bermukim di sepanjang aliran sungai. Sungai-sungai tersebut diketahui berhulu langsung dari puncak Gunung Marapi, menjadikannya jalur potensial lahar.
Kondisi ini menjadi sangat kritis terutama saat terjadi hujan deras atau memasuki musim hujan. Air hujan akan membawa material vulkanik yang tidak stabil dari puncak gunung ke dataran rendah. Oleh karena itu, pemetaan jalur evakuasi dan peningkatan kesadaran bahaya perlu terus ditingkatkan.
Selain ancaman lahar dingin, masyarakat juga diimbau untuk mewaspadai potensi hujan abu. Apabila terjadi hujan abu, penggunaan masker penutup hidung dan mulut sangat dianjurkan. Ini bertujuan untuk menghindari gangguan saluran pernapasan akut (ISPA) yang dapat disebabkan oleh partikel abu vulkanik.
PGA juga menekankan pentingnya mengikuti informasi dan arahan resmi dari pihak berwenang. Kesiapsiagaan dan respons cepat dari masyarakat dapat meminimalisir risiko dampak bencana. Edukasi mengenai mitigasi bencana vulkanik juga terus digalakkan di wilayah terdampak.