Dokter: Stigma dan Hoaks Picu Normalisasi Nyeri Haid dan Pendarahan Berat
Banyak perempuan menormalkan nyeri haid dan pendarahan menstruasi berat (PMB) karena stigma dan hoaks, menurut dr. Boy Abidin, SpOG, Subsp. FER, yang menekankan pentingnya edukasi kesehatan reproduksi.
Jakarta, 21 April 2024 - dr. Boy Abidin, SpOG, Subsp. FER, Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Subspesialis Fertilitas Endokrinologi Reproduksi, mengungkapkan keprihatinannya mengenai banyaknya perempuan Indonesia yang menormalkan nyeri haid dan Pendarahan Menstruasi Berat (PMB) akibat stigma dan informasi kesehatan reproduksi yang tidak akurat.
Pernyataan ini disampaikan dalam temu media di Jakarta pada Senin lalu. Dokter Boy menyoroti kurangnya akses terhadap informasi kesehatan reproduksi yang akurat dan mudah dipahami, menyebabkan banyak perempuan enggan membicarakan masalah menstruasi dan gangguan reproduksi. Padahal, kondisi seperti nyeri haid dan PMB dapat berdampak serius pada kesehatan, bahkan hingga anemia dan penurunan kualitas hidup.
Lebih lanjut, dr. Boy menjelaskan bahwa PMB, yang dialami satu dari tiga perempuan, ditandai dengan pendarahan menstruasi lebih dari tujuh hari atau volume darah yang berlebihan. Selain PMB dan nyeri haid, endometriosis juga menjadi masalah reproduksi yang sering terlambat didiagnosis karena minimnya kesadaran dan pengetahuan. Endometriosis, yang secara global mempengaruhi sekitar satu dari sembilan perempuan usia produktif, seringkali luput dari perhatian.
Stigma dan Kesalahpahaman Seputar Menstruasi
Dokter Boy menekankan pentingnya meluruskan stigma yang menyebabkan normalisasi kondisi yang sebenarnya tidak normal. "Normalisasi terhadap kondisi yang sebetulnya tidak normal merupakan sebuah stigma yang harus diluruskan. Misalnya normal pada menstruasi juga berbeda-beda pada setiap perempuan, namun ada batasan normal yang perlu dipelajari," tegasnya.
Ia menjelaskan bahwa siklus haid normal rata-rata berlangsung 28 hari, tetapi periode antara 21-35 hari masih dianggap normal. Jumlah darah menstruasi yang normal berkisar 3 sampai 5 pembalut atau sekitar 80 cc per hari. Jika melebihi batas tersebut, maka perlu segera mendapatkan penanganan medis.
"Begitu pula dengan sakit pada saat menstruasi dapat menjadi indikasi awal endometriosis pada perempuan," tambahnya. Dokter Boy juga menghubungkan nyeri haid yang berlebihan dengan potensi endometriosis, sebuah penyakit yang seringkali terlambat terdiagnosis.
Pentingnya Edukasi dan Peran Kontrasepsi Modern
Menurut dr. Boy, pemahaman tentang kesehatan reproduksi sangat penting, tidak hanya untuk diagnosis dini, tetapi juga untuk pengambilan keputusan yang tepat mengenai kontrasepsi. Ia menambahkan bahwa kontrasepsi modern, seperti pil KB dan IUD hormonal, tidak hanya mencegah kehamilan, tetapi juga bermanfaat sebagai terapi untuk masalah reproduksi dan meningkatkan kualitas hidup, termasuk mengatasi PMB dan gangguan menstruasi lainnya.
Ia menyimpulkan, "Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sangatlah penting, ketika perempuan sudah dibekali informasi yang tepat, tentunya mereka akan lebih mengerti dan paham terhadap tubuhnya, dan ke depan akan membantu dalam proses diagnosis dan pengobatan yang lebih dini." Hal ini penting untuk memastikan perempuan mendapatkan perawatan yang tepat dan mencegah komplikasi jangka panjang.
Dokter Boy yang berpraktik di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading ini berharap edukasi kesehatan reproduksi yang komprehensif dapat diakses oleh lebih banyak perempuan di Indonesia. Dengan demikian, stigma dan informasi yang salah dapat diatasi, dan perempuan dapat lebih memperhatikan kesehatan reproduksinya.