Fakta Unik BaliSpirit Festival: Mengapa Wisata Berkelanjutan Harus Jadi Pilar Utama?
Salah satu pendiri BaliSpirit Festival, I Made Gunarta, menekankan pentingnya aspek Wisata Berkelanjutan di setiap lini kegiatan wisata demi masa depan pariwisata yang lestari.
I Made Gunarta, salah seorang pendiri dan penghubung budaya BaliSpirit Festival, menegaskan pentingnya implementasi aspek keberlanjutan dalam setiap lini kegiatan wisata. Penekanan ini disampaikan dalam sebuah diskusi daring yang berlangsung dari Jakarta. Beliau meyakini bahwa pariwisata masa depan harus berlandaskan pada prinsip lestari.
Menurut Made, keberlanjutan mencakup berbagai aspek kemanusiaan, mulai dari sosial, budaya, kesehatan, hingga politik dan lingkungan. Konsep ini berusaha diperkenalkan melalui penyelenggaraan kegiatan pariwisata. Tujuannya adalah menciptakan destinasi wisata yang holistik dan bertanggung jawab.
Sejak merintis BaliSpirit Festival pada tahun 2008, Made Gunarta dan timnya telah mempromosikan acara dengan berbagai program berkelanjutan. Mereka menargetkan pengunjung internasional. Misi utama mereka adalah menjadikan Ubud sebagai pusat wisata yang tidak hanya menarik, tetapi juga berwawasan lingkungan dan sosial.
Misi Holistik BaliSpirit Festival: Merintis Wisata Berkelanjutan
Ketika pertama kali merintis BaliSpirit Festival pada tahun 2008, I Made Gunarta memiliki visi yang jelas untuk mengintegrasikan keberlanjutan. Festival ini dirancang untuk mempromosikan Ubud sebagai destinasi wisata holistik. Persiapan acara selama tiga bulan melibatkan misi besar untuk mewujudkan tujuan tersebut.
Made Gunarta menjelaskan bahwa festival ini memprogramkan berbagai elemen pendukung gaya hidup sehat dan ramah lingkungan. "Beberapa konser, hidup sehat, spiritual, ramah lingkungan, jejaring sosial ini saya coba," ujarnya. Semua aspek ini dirancang untuk menciptakan pengalaman yang mendalam bagi para pengunjung.
Program-program tersebut tidak hanya berfokus pada hiburan, tetapi juga pada peningkatan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan. Dengan menargetkan pengunjung dari luar negeri, festival ini berhasil menyebarkan pesan keberlanjutan secara global. Ini menunjukkan komitmen festival terhadap prinsip-prinsip Wisata Berkelanjutan.
Implementasi Tri Hita Karana: Praktik Nyata Wisata Berkelanjutan
Bali, dengan filosofi kosmologi Tri Hita Karana yang kuat, menjadi landasan inspirasi bagi BaliSpirit Festival. Konsep ini menekankan pelestarian lingkungan dan budaya. I Made Gunarta berupaya memperkenalkan kearifan lokal ini ke kancah internasional melalui festival.
Alih-alih hanya membicarakan filosofi, festival ini menerapkannya secara konkret dalam setiap aspek penyelenggaraan. Semua kegiatan diatur untuk menekankan pentingnya menjaga alam melalui konsep ramah lingkungan. Ini termasuk kebijakan ketat terkait penggunaan material dan produk.
Sebagai contoh, acara tidak memperbolehkan penggunaan plastik untuk barang dagangan. Semua produk harus berorientasi pada kesehatan atau dapat didaur ulang. Makanan yang dijual pun harus bebas dari penyedap rasa (MSG), mendukung gaya hidup sehat. "Kami juga tidak memakai plastik di kepanitiaan," tambah Made, menegaskan komitmen internal.
Komitmen terhadap Wisata Berkelanjutan juga terlihat dari kolaborasi dengan SMK Putra Bangsa. Setiap tahun, sekitar 150 siswa direkrut untuk membantu pelaksanaan festival. Ini tidak hanya memberikan pengalaman kerja, tetapi juga menanamkan nilai-nilai keberlanjutan kepada generasi muda.
Dampak Ekonomi dan Lingkungan: Keberlanjutan dari Hulu ke Hilir
Pengelolaan limbah menjadi prioritas utama dalam BaliSpirit Festival. Panitia menyiapkan tempat sampah terpisah untuk limbah yang dapat didaur ulang dan yang tidak. Peserta juga didorong untuk menggunakan botol minum yang dibagikan, secara signifikan mengurangi sampah plastik di lokasi acara.
Dalam hal infrastruktur, panitia memilih menggunakan rompok bambu alih-alih tenda konvensional. Pilihan ini tidak hanya lebih ekonomis, tetapi juga memungkinkan partisipasi warga lokal dalam proses konstruksi. Tujuan utamanya adalah memutar roda perekonomian lokal dengan membeli bahan baku dari masyarakat sekitar.
I Made Gunarta bahkan pernah menyewa lahan seluas tiga hektare dan membayar petani sesuai dengan nominal hasil panen mereka. Setelah festival selesai, ia memastikan tidak ada satu pun paku atau sisa material yang dapat membahayakan petani atau mencemari lingkungan. Ini menunjukkan komitmen penuh terhadap Wisata Berkelanjutan yang menyeluruh.
Praktik-praktik ini menunjukkan bagaimana BaliSpirit Festival tidak hanya fokus pada aspek lingkungan, tetapi juga pada dampak sosial dan ekonomi. Dengan melibatkan komunitas lokal dan memastikan tidak ada dampak negatif pasca-acara, festival ini menjadi contoh nyata bagaimana sebuah kegiatan wisata dapat menjadi agen perubahan positif.