Harmoni Nusantara: Lima Lagu Daerah Iringi Penutupan HUT ke-80 RI di Istana Merdeka
Gita Bahana Nusantara (GBN) sukses memukau Istana Merdeka dengan lantunan lagu daerah dalam penutupan HUT ke-80 RI, mengungkap makna mendalam di balik setiap melodi yang dibawakan.
Grup orkestra Gita Bahana Nusantara (GBN) sukses memukau Istana Merdeka dengan alunan lagu-lagu daerah yang menggugah jiwa. Penampilan istimewa ini menjadi penutup rangkaian peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia.
Pada Minggu (17/8), di jantung ibu kota, GBN menghadirkan harmoni nusantara yang tak hanya menghibur, tetapi juga sarat makna. Mereka membawakan beberapa lagu daerah ikonik dari berbagai penjuru Indonesia.
Kehadiran GBN dalam acara kenegaraan ini tidak sekadar sebagai pengisi acara. Grup musik ini dibentuk dengan tujuan mulia untuk membangun karakter bangsa, memupuk rasa nasionalisme, serta meningkatkan apresiasi generasi muda terhadap kekayaan budaya Indonesia.
Melodi Penuh Kisah dari Barat Nusantara
Dalam penampilan mereka yang memukau, Gita Bahana Nusantara membawakan lagu "Piso Surit" yang berasal dari Sumatra Utara. Lagu ciptaan Djaga Depari ini, khususnya dari suku Karo, mengisahkan kerinduan seorang pria terhadap kekasihnya, diibaratkan seperti kicauan burung pincala atau burung kacer.
Alunan musik orkestra yang menawan berhasil merepresentasikan kekayaan budaya suku Karo. Melalui melodi dan liriknya, lagu ini secara indah mengungkapkan perasaan mendalam yang universal.
Tak ketinggalan, lagu "Lancang Kuning" dari Provinsi Riau turut dipersembahkan. Lagu ini tidak hanya sekadar melodi, melainkan memiliki peran penting dalam sejarah Riau. Lancang Kuning sendiri adalah jenis kapal kayu ramping khas Melayu yang menjadi simbol identitas budaya Riau, digunakan untuk perdagangan, transportasi, dan bahkan perang.
Harmoni Persatuan dari Tengah hingga Timur
Dari Jawa Tengah, GBN membawakan lagu "Prau Layar" karya Ki Narto Sabdo, yang menggambarkan suasana menyenangkan saat berwisata di laut. Lagu ini secara sederhana mengingatkan akan pentingnya waktu santai untuk melepas penat, atau yang kini dikenal dengan istilah healing.
Liriknya yang sederhana namun penuh makna juga menekankan pentingnya keseimbangan antara kerja dan waktu luang. "Prau Layar" sempat populer di kalangan anak-anak, menunjukkan daya tarik universalnya.
Selanjutnya, lagu "Sajojo" karya David Rumagesan dari Papua turut menyemarakkan suasana. Lagu ini bercerita tentang seorang gadis cantik yang menjadi pusat perhatian banyak pria di desanya. Kisah cinta sederhana ini sarat akan nilai keterbukaan masyarakat Papua dalam menerima siapa saja tanpa memandang latar belakang.
Sebagai penutup, "Rasa Sayange" ciptaan Paulus Pea dari Maluku dibawakan dengan penuh semangat. Lagu ini melukiskan rasa cinta dan rindu akan keindahan alam serta kehidupan di Maluku. "Rasa Sayange" juga menyimpan filosofi mendalam tentang pentingnya melestarikan budaya dan menjaga hubungan baik antarmanusia.
Semangat Kebangsaan dalam Perayaan Akbar
Penampilan Gita Bahana Nusantara menjadi puncak perayaan yang mengukuhkan semangat kebangsaan. Grup orkestra ini secara khusus dibentuk untuk mengisi acara kenegaraan seperti HUT Kemerdekaan RI. Mereka berperan penting dalam memupuk rasa nasionalisme dan meningkatkan apresiasi terhadap seni budaya di kalangan generasi muda.
Peringatan HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia Tahun 2025 sendiri mengusung tema "Bersatu Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju". Tema ini bukan sekadar slogan, melainkan cerminan semangat kebangsaan yang harus terus dijaga.
Melalui tema tersebut, bangsa Indonesia diajak untuk melangkah maju dengan fondasi persatuan dan kedaulatan yang kuat. Harmoni lagu daerah yang dibawakan GBN menjadi simbol nyata dari keragaman yang menyatukan Indonesia menuju masa depan yang lebih cerah.