BI: Masih Ada Ruang Penurunan Suku Bunga
Gubernur BI, Perry Warjiyo, melihat potensi penurunan suku bunga lebih lanjut, didorong inflasi rendah, pertumbuhan ekonomi yang baik, dan nilai tukar rupiah yang stabil.
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, menyatakan masih ada peluang untuk menurunkan suku bunga acuan lebih lanjut. Pernyataan ini disampaikan dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) I Tahun 2025 di Jakarta, Jumat, 24 Januari 2025.
Keputusan BI terkait suku bunga BI-Rate mempertimbangkan beberapa faktor kunci. Pertama, proyeksi inflasi ke depan dibandingkan dengan target 2,5 persen plus minus 1 persen. Kedua, mendukung pertumbuhan ekonomi mencapai target 5,2 persen di tahun 2025. Ketiga, stabilitas nilai tukar rupiah juga menjadi pertimbangan penting.
Inflasi menjadi salah satu faktor utama yang mendukung potensi penurunan suku bunga. BI memprediksi inflasi IHK akhir tahun 2025 sekitar 2,7 persen, dan inflasi inti 2,6 persen. Angka inflasi yang rendah ini memberikan ruang bagi BI untuk menurunkan suku bunga.
Pertumbuhan ekonomi juga menjadi pertimbangan penting. BI berkomitmen untuk mengonsolidasikan kebijakan fiskal dan moneter guna mencapai target pertumbuhan ekonomi 5,2 persen di tahun 2025. Penurunan suku bunga diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi tersebut.
Meskipun demikian, stabilitas nilai tukar rupiah tetap menjadi perhatian. Meskipun rupiah cenderung menguat dan stabil, BI tetap waspada terhadap dinamika global dan domestik yang dapat mempengaruhi nilai tukar. Stabilitas nilai tukar rupiah dijaga melalui intervensi di pasar valas, baik melalui transaksi spot maupun domestic non-delivery forward, serta pembelian Surat Berharga Negara (SBN) dari pasar sekunder.
Beberapa faktor fundamental mendukung stabilitas nilai tukar rupiah, di antaranya inflasi rendah dan pertumbuhan ekonomi yang positif. Selain itu, aliran masuk dana ke SBN yang mencapai Rp1,6 triliun dan SRBI Rp4 triliun di triwulan IV 2024 juga turut berkontribusi pada stabilitas rupiah.
Kebijakan Dana Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) juga diyakini akan meningkatkan pasokan dolar AS. Namun, BI tetap mewaspadai dinamika global, termasuk arah kebijakan Pemerintah AS dan suku bunga Federal Funds Rate (FFR) yang berdampak pada indeks dolar AS. Indeks dolar AS sempat menyentuh angka 109 di Januari 2025, namun kemudian melemah ke kisaran 108 dalam dua hari terakhir.
Kesimpulannya, dari aspek inflasi dan pertumbuhan ekonomi, ruang untuk menurunkan suku bunga memang terbuka. Stabilitas nilai tukar rupiah, yang didukung oleh fundamental ekonomi yang kuat dan kebijakan DHE SDA, juga mendukung potensi penurunan suku bunga tersebut.